PERHATIAN !!!
Semua karakter dalam cerita ini tidak ada kaitannya dengan artis/idol di kehidupan nyata. Cerita ini juga mengandung unsur dewasa usia 21 TAHUN KEATAS harap BIJAK dalam membaca
***********************
Pagi yang cerah, matahari sudah menunjukkan dirinya, ini masih pukul tujuh pagi tapi baik Jervey dan Valerie masih sibuk dengan mimpinya masing-masing. Hingga Kepala pelayan Choi yang bertugas melayani semua keperluan Jervey merasa risih karena tuannya belum bangun bahkan ketika jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Tidak biasanya Jervey bangun terlambat, yang kepala pelayan Choi tau, Jervey akan bangun sekitar pukul enam pagi dan akan langsung membersihkan dirinya. Ia tidak pernah sekalipun membangunkan Jervey. Tapi karena rasa gelisahnya kepala pelayan Choi mulai mempertimbangkan untuk mengecek keadaan Jervey.
Sementara itu Jervey sebenarnya sudah terbangun tiga puluh menit yang lalu, ia juga terkejut saat melihat jam sudah melewati jam biasanya ia bangun, Jervey merasa benar-benar tertidur lelap saat itu. Matanya masih menatap kearah Valerie yang tertidur. Jervey terdiam disana, tidak berniat untuk membangun Valerie.
Suara pintu terbuka membuat Jervey menoleh, itu adalah kepala pelayan Choi. Pria paruh baya itu membulatkan matanya setelah menemukan keberadaan Valerie di dalam sana. Tatapan Jervey juga menyeramkan, Jervey menggerakkan tangannya menyuruh kepala pelayan Choi untuk segera keluar.
Detik berikutnya Jervey kembali membenarkan posisinya menghadap kearah Valerie, ia diam memandangi Valerie hingga gadis itu mulai bergerak dan melenguh "hnnghh" Valerie meregangkan tubuhnya. Ia membuka sebelah matanya, dan menyadari kalau dia tidak sedang berada di kamarnya.
Ia menengok mendapati Jervey yang sudah membuka matanya, menatap Valerie dalam "sepertinya kita harus menghapus satu kesepakatan, karena baik kamu ataupun saya sudah sama-sama melanggar itu" Jervey membuka suara. Valerie tidak bergeming jantungnya berdebar sangat kencang mendapati Jervey yang tidur di sampingnya dan kini menatapnya dengan senyum.
Mereka terdiam beberapa saat, seakan waktu berhenti untuk berputar hanya untuk mereka. Dalam pikirannya, Jervey menyadari kalau dia baru saja merasakan yang namanya tertidur nyenyak setelah dua tahun ini, dan itu saat ia berada di samping Valerie. Jervey memang tidak ingin menyimpulkan begitu saja, tapi rasanya sungguh berbeda, semalam setelah ia memejamkan matanya, ia benar-benar mulai tertidur tanpa mendengarkan banyak suara-suara di dalam kepalanya.
Sementara itu Valerie sibuk mengartikan perasaannya saat ini, tubuhnya terasa sangat berat untuk digerakkan. Entah karena ia masih mengantuk atau karena tatapan mata Jervey yang seakan menahannya untuk tetap disana berbaring di sebelahnya.
Valerie segera membuyarkan lamunannya dan terduduk, ia tidak ingin terlarut dalam pikirannya "maaf Om sepertinya semalam aku ketiduran" Jervey ikut terduduk "kita harus mulai menghapus satu kesepakatan Valerie"
Jantung Valerie semakin cepat berdetak "masing-masing dari kita sudah melanggar kesepakatan itu, jadi bagaimana kalau kita mulai menghapusnya dari daftar" Jervey berbalik membuka laci nakas dan mengeluarkan kertas peraturan dan kesepakatan yang pernah mereka tanda tangani "mulai sekarang hapuskan poin ini" Jervey duduk dan menunjuk salah satu poin dimana mereka tidak boleh masuk kamar tanpa izin. Valerie menegak silvanya "kita bahkan sudah tidur bersama, dan tidak terjadi apa-apa, terlebih kamu yang lebih dulu melanggar kesepakatan ini" Jervey mengangkat sebelah sudut bibirnya "bagaimana?" Valerie terdiam sejenak, semuanya memang dimulai dari dirinya. "b-baiklah" Valerie mengambil pulpen dan mencoret poin yang Jervey maksud "k-kalau begitu aku kekamar dulu, ini sudah terlambat" dengan gelagapan Valerie mengumpulkan buku catatan dan dokumennya yang berada di meja nakas dan segera berlari keluar kamar. Ia khawatir Jervey mendengarkan suara detak jantungnya.
Para pelayan di rumah Jervey juga tidak bisa menahan senyumnya saat melihat Jervey dan Valerie harus terlambat ke kantor. Ternyata Kepala Pelayan Choi sudah menceritakan apa yang baru saja ia lihat di kamar Jervey ke pelayan lainnya.
Setelah kesepakatan itu, mereka benar-benar menjadi lebih terbuka. Awalnya Valerie cukup ragu apalagi Jervey adalah seorang pria dewasa yang bisa berpikir untuk melakukan apa saja padanya, tapi setelah ia pikir kembali jikapun Jervey ingin, mungkin ia sudah meniduri Valerie saat menurunkan zipper gaunnya waktu itu. Setidaknya otak Jervey tidak sekotor otak Tuan Jang. Sekarang pintu kamar mereka sudah jarang tertutup rapat. Jervey juga sudah merasa terbiasa dengan pakaian pendek yang selalu Valerie gunakan, setidaknya untuk saat ini seperti itu.
----
Hari ini adalah waktu dimana kakek Valerie akan menghubungi mereka. Sebelumnya Tuan Edderson pernah berpesan bahwa ia mungkin hanya bisa menghubungi cucunya sebulan sekali dan ini adalah hari yang sangat Valerie tunggu "Om apa kakek sudah mengabarimu?" Valerie masuk ke kamar Jervey sementara pria itu keluar dari ruang pakaian dan sedang mengancing piyamanya "belum"
Kringg!!
Senyum mengembang di bibir Valerie saat mendengar suara panggilan itu. Jervey segera meraih ponselnya dari meja kecil di samping sofa kamarnya "kemari" Jervey duduk bersandar di sebuah sofa panjang dengan membentangkan sebelah tangannya "harus seperti itu?" Valerie tau apa maksud dari gerakan Jervey "bukankah kamu bilang ingin menunjukkan pada kakek kalau kamu baik-baik saja?" Valerie mendekat namun belum memutuskan untuk duduk "tapi apa harus aku berada di pelukanmu?"
"kalau begitu saya tidak usah menerima pang-" Valerie segera mendudukkan dirinya disamping Jervey dan bersandar di lengannya "cepat angkat!"
Baik Valerie maupun Jervey berusaha untuk menunjukkan ekspresi terbaiknya seperti seorang suami istri yang akhirnya bahagia. Tuan Edderson sangat bahagia mendengar cucunya yang jatuh ke tangan orang yang tepat dan dia juga bangga karena Jervey bisa sabar mengajari Valerie hingga wanita itu bisa mengelola perusahaan.
"kakek apa perjalanan kakek menyenangkan?" Valerie dengan instingnya mencari posisi yang benar meletakkan sebelah tangannya melingkar di perut Jervey. Matanya masih fokus ke layar ponsel yang Jervey pegang 'tentu saja, kakek juga berjalan-jalan di setiap tempat' pria tua itu berusaha berbohong serapih mungkin "syukurlah kalau kakek menikmati perjalanan bisnisnya" dari panggilan video itu terlihat kakeknya yang sedang berada di sebuah ruangan berlatar putih dengan cahaya lampu "kalau begitu kakek lanjutkan saja pertemuan bisnisnya, dan ingat jangan lupa meminum vitamin yang aku berikan kakek!" Tuan Edderson menampilkan senyum terbaiknya 'pasti Valerie, kalau begitu sudah dulu nanti kakek kabari lagi' Valerie mengangguk "sampai jumpa kakek" ucapnya sambil melambaikan tangan 'eoh, terimakasih juga untukmu Jervey' kalimat terakhir sebelum panggilan video itu berakhir.
Valerie segera melepaskan dirinya yang menempel di tubuh Jervey "kalau begitu selamat malam" ucap Valerie lalu meninggalkan kamar Jervey. Sementara pria itu masih larut dalam pikirannya, pandangannya teralih pada sebelah tangannya yang beberapa menit lalu merangkul pundak Valerie. Jervey terdiam memandangi tangannya. Desiran dihatinya mulai muncul.
Jervey berpikir itu hanya sebuah percikan perasaan yang biasa, terlebih mereka juga sudah semakin sering berinteraksi. Tapi justru perasaan-perasaan aneh semakin lama semakin muncul di dalam benaknya, dan itu cukup menganggu. Entah itu saat ia sedang bekerja atau saat tidak melakukan apa-apa
Seperti saat ini, Jervey sedang berada di kolam renang belakang rumahnya, berendam di sana dengan cahanya lampu yang menerangi gelapnya malam. Jervey hanya berdiri di sana namun pikirannya justru terarah ke Valerie. Rasanya sedikit berbeda, jika dibandingkan dengan saat ia bersama Helena dulu, keberadaan Valerie selalu menyita perhatian Jervey. Ia masih tidak tau apa itu cinta atau hanya sebuah gairah dan obsesi semata.
To Be Continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
What If? [END]
FanfictionIngin dapat pengalaman berbeda saat baca ff ini bisa cek instagram @abouthymnt.arts Dua orang berbeda usia akhirnya terjebak dengan ikatan pernikahan karena alasan terpaksa. Pernikahan terjadi dengan dasar kontrak kerja sama yang hanya di ketahui ol...