12

34 2 0
                                    

PERHATIAN !!!

Semua karakter dalam cerita ini tidak ada kaitannya dengan artis/idol di kehidupan nyata. Cerita ini juga mengandung unsur dewasa usia 21 TAHUN KEATAS harap BIJAK dalam membaca

***********************

Dua bulan mereka bersama akhirnya cukup untuk membuat mereka jadi lebih dekat. Valerie akhirnya menyadari bahwa ia kini mula memandang Jervey seperti seorang kakak laki-laki baginya, Jervey selalu membantu Valerie, menjawab setiap pertanyaan Valerie, dan memberikan banyak saran yang bisa membuka pikirannya. Meskipun terkadang ucapannya cukup menohok hati. Valerie mengesampingkan debaran hatinya dan memilih untuk menilai Jervey sebagai sosok saudara. Ia merasa kagum karena di balik sifat Jervey yang dingin ternyata ada kehangatan disana.

Mereka sudah terlihat seperti teman yang sangat dekat, tidak ada lagi ketukan pintu jika ingin masuk ke kamar masing-masing.

Jervey sendiri merasakan hal lain setelah dua bulan mereka bersama. Mungkin karena ia tidak pernah begitu intens berinteraksi dengan wanita, hingga keberadaan Valerie cukup mengalihkan perhatiannya. Jervey jadi lebih bisa mengendalikan dirinya meskipun sikap keras dan dominan itu masih ada, tapi ia merasa tidak perlu menunjukkan itu lagi pada Valerie karena gadis itu sudah tidak sesulit dulu untuk di kendalikan.

Jervey malah semakin menyadari adanya insting-insting aneh yang mulai muncul dari dirinya. Mulai dari tidak bisa berhenti memandangi Valerie baik secara diam-diam atau dengan terang-terangan, apalagi saat wanita itu tertawa, sampai ia ingin melakukan hal-hal kecil yang membuat wanita itu terkejut. Seperti saat ini, di acara kelulusan Valerie, Jervey mengosongkan kegiatannya dan menyempatkan diri untuk datang dengan membawa se-bouquet bunga ditangannya "tau dari mana aku merayakan kelulusan hari ini?" Jervey menyodorkan bunga itu pada Valerie "memangnya kamu pikir saya tidak lihat semalam kamu hanya memandangi jubah kelulusanmu" Valerie mengerutkan keningnya "Om ke kamar aku semalam?" Jervey mengangguk. Percakapan mereka terpotong saat teman-teman Valerie meminta mereka berpose untuk mengambil gambar keduanya.

Kelulusan Valerie akhirnya juga sebagai penanda bahwa ia sudah sepenuhnya mengambil alih perusahaan milik kakeknya, Jervey hanya bertindak sebagai konsultan ketika memang Valerie tidak bisa menemukan titik terang dari masalah kontrak atau projek kerja sama perusahaannya.

Lambat laun semuanya terasa berubah, mereka mulai sibuk masing-masing sampai Jervey juga sudah mulai kembali memantau pabrik produksi dan penyedia barang untuk kepentingan mobil-mobilnya. Meskipun hanya memantau tapi berkendara ke sebuah pabrik yang lokasinya ada di pinggiran kota selama beberapa hari juga membuat dia kewalahan, belum lagi masalah yang Bibi Valerie lakukan yang hampir merusak citra perusahaan Valerie. Kasus penggelapan dana itu akhirnya di bawa ke pengadilan.

Siang ini Valerie berniat untuk menanyakan kelanjutan tentang sidang pada Jervey karena pria itu akan berangkat ke luar kota sore nanti.

"jadi bagaimana dengan bibi Anna, apa dia masih belum mau mengaku?" Jervey menggeleng "tapi seluruh bukti sudah mengarah padanya, dia dan suaminya mungkin akan bangkrut dalam waktu dekat"

Mereka berdiri di samping kaca besar yang menyuguhkan langsung pemandangan jalanan perkotaan dibawah langit cerah "mungki aku pu- OM!" Valerie menghentikan kalimatnya ketika melihat sesuatu di wajah Jervey. Pria itu menyadari ada cairan panas yang keluar dari salah satu lubang hidungnya. Segera ia menahan dengan punggung tangannya dan berlari ke toilet di sudut ruangannya. Valerie ingin ikut menyusul tapi langkahnya tertahan "kamu pulang saja" Jervey menutup pintu kamar mandi menyisakan Valerie yang berdiri mematung disana dengan beberapa lembar tisu di tangannya.

What If?  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang