Bab 26. With You

320K 8.6K 323
                                    

Hai ketemu lagi kita 💐

Selamat bertemu Bara dan Kelaya 💐💐💍

Melenceng dari rencana sebelumnya. Ternyata mereka baru bisa pergi ke Gramedia jam dua siang. Kelaya sama sekali tak menyangka kalau ia bisa tidur senyenyak itu. Tak bangun sama sekali saat Bara memindahkannya dari mobil hingga ke apartemen lelaki itu.

Bahkan setelah bangun dan makan, Kelaya ingin kembali bergelung di balik selimut. Tenaganya terkuras habis setelah pergulatan panas bersama Bara. Namun, demi mendapatkan buku incaran, akhirnya dengan masih terkantuk-kantuk, Kelaya memilih untuk pergi ke Gramedia bersama Bara.

Niat hanya ingin sebentar, tapi ... Kelaya salah! Kantuknya langsung hilang saat menginjakkan kaki di Gramedia. Pemandangan tumpukan buku serta aroma khas buku sukses membuat mata Kelaya terbuka maksimal.

Dirinya bahkan langsung melangkah ceria menyusuri rak-rak buku, meninggalkan Bara yang berinisiatif mengambilkan keranjang belanja untuk Kelaya. Lelaki itu sesekali akan mengeluarkan ponsel, memotret Kelaya tanpa sepengetahuan gadis itu. Saat Kelaya terlihat kebingungan memilih di antara dua buku, barulah Bara mendekat.

"Kenapa, Ay?"

"Ini," gadis itu memperlihatkan dua buku yang ia pegang. "Wish list aku ini, tapi aku tiba-tiba pengen yang ini. Cover sama sinopsisnya lucu banget. Coba deh Abang bandingin."

Bara sebenarnya tak terlalu paham seperti apa novel yang Kelaya suka. Namun, kalau kata Bintang sih—yang baper, Bang. Masalahnya, Bara tidak tahu, kadar baper bagi Kelaya itu seperti apa. Dan, hal paling menyebalkan dari Bintang adalah, adiknya itu suka memberi informasi setengah-setengah.

Beberapa menit setelahnya Bara habiskan untuk membandingkan dua sinopsis yang tertera di belakang buku. Mencoba melihat menggunakan kacamata Kelaya.

"Bagusan yang mana Bang?" pacar kecil Bara itu kembali bertanya. Menuntut jawaban.

Nahas, Bara belum menemukan jawaban. "Dua duanya bagus, Ay. Tapi kayaknya yang ini konfliknya lebih berat dari yang ini."

Dari semua pendapat yang ada di otaknya, Bara malah melontarkan pendapat—yang menurutnya—tak terlalu berbobot.

"Berarti aku ambil ini aja." Tanpa berpikir dua kali, Kelaya mengambil buku bersampul hijau itu dari Bara. Pada akhirnya, gadis itu memilih buku yang ada di wish list-nya.

Bara mengusap tengkuknya yang tak gatal. Kelaya menghabiskan setidaknya hampir lima belas menit memilih antara dua buku itu, tapi ujung-ujungnya gadis itu kembali ke pilihan pertama, wish list-nya.

Masih memegang buku pilihannya, Kelaya kembali senyam senyum sambil membaca sinopsis novel tersebut. "Cowoknya lucu bangeeet loh Bang. Masa nembak lewat email, kan jadi baper."

"Kamu mau saya lamar seperti itu juga?"

Kelaya yang masih sibuk menatapi novel di tangannya itu kontan mengangkat kepala. Bara menatapnya intens.

"Nanti saya buatin sekalian sama proposal permohonan diterima jadi suami ibu Kelaya Anggraini." Senyum Bara terbit sempurna. Manis sekali hingga jantung Kelaya berpacu cepat tak terkendali.

"Ih, apa sih." Kelaya menutup mukanya dengan buku, menyembunyikan senyum salah tingkah. "Nggak ada proposal begitu."

"Ada, nanti saya yang buat."

"Nggak usah." Kalau saja mereka sedang tak di Gramedia, Kelaya akan dengan senang hati melanjutkan obrolan yang mengarah ke pernikahan ini, tapi berhubung situasinya sedang tidak memungkinkan Kelaya memilih mengakhiri momen manis itu.

Oh My Doctor (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang