Bab 3. Bara Ady Pratama

462K 17.2K 719
                                    

Kangen nggak?

...

..

.

"Kenapa lo malah nolak diajak nginap sama Abang gue sih, Ay?" tanya Bintang tak habis pikir. Secara, ini Bara loh, Bara ... Abangnya Bintang yang sering di bangga-banggain Mamanya dan jadi inceran para ibu-ibu arisan. Kenapa Kelaya malah menolak kesempatan bagus itu?

"Lah, kok lo malah tanya kenapa gue nolak, sih?" Kelaya lebih tak habis pikir lagi dengan respon Bintang ketika ia curhat mengenai Bara yang menawarinya menginap. "Jelas gue tolak lah, Bin. Kalau terjadi apa-apa sama gue gimana? Kalau pulang-pulang gue nggak perawan ting-ting lagi, gimana?"

Lebih tepatnya, bagaimana kalau Kelaya hilaf? Bara itu terlalu menggoda untuk dianggurin.

"Bagus dong."

Kontan saja Kelaya menoyor kepala Bintang. "Bagus dari mananya?!"

Bintang tertawa nyaring. Terlebih ekspresi ngeri yang ditampilkan Kelaya makin-makin membuatnya terbahak. "Ya bagus lah. Gue bakal dapat ponakan, plus ipar bestie sendiri."

Kelaya mendengus. Ia merebahkan badan di samping Bintang yang bersandar di headboard kasur. Kelaya telah selesai mandi dan memakai kaos milik Bintang. Perbedaan tinggi mereka yang lumayan membuat kaos oversize Bintang kian kebesaran ketika dipakai Kelaya. Bahkan sampai menutup setengah pahanya.

Beginilah nasib kalau menginap tanpa persiapan, Kelaya yang tak mungkin meminjam underware Bintang akhirnya memakai celana dalamnya lagi, minus bra. Kelaya tahu ini jorok, tapi ia terpaksa. Dan, berhubung tak baik tidur dengan memakai bra, jadi Kelaya tak mempermasalahkan payudaranya menggantung tanpa penopang. Paling yang melihat putingnya ngejiplak hanya Bintang. Tak masalah.

"Lo pengin banget ya, Bin kita iparan?" tanya Kelaya setelah beberapa saat hening. Pasalnya Bintang tak sekali dua kali nyeletuk ingin iparan dengan Kelaya. Sahabatnya itu sering berkata demikian, meski sambil tertawa dan dengan nada bercanda.

Yang ditanya malah cengengesan sambil membalas tatapan Kelaya. "Ya pengen lah, Bin. Siapa sih yang nggak mau iparan sama sahabat sendiri. Emang lo nggak mau iparan sama gue?"

Pertanyaan Bintang membuat Kelaya berpikir. Iparan sama Bintang, jadi istrinya Bara dong?

"Lo nggak mau begitu sama Abang gue? Abang gue ganteng loh Ay, nggak usah diragukan lagi kegantengan seorang Bara Ady Pratama. Nggak jarang cewe-cewe pura-pura sakit cuman ingin diobatin abang gue doang. Lah, elo? Malah mau ngehindar diobatin Abang gue. Aneh, deh."

Kelaya menghela napas, bukan tidak mau diobatin Bara. Dia hanya takut menganggu jadwal dokter tampan itu. Dan ngomong-ngomong soal Bara, lelaki itu tak kembali ke apartemen setelah mengantar Kelaya untuk menginap di rumah orang tuanya—orang tua Bara maksudnya. Lelaki itu menginap di sini.

"Begini ya Bin. Sejujur-jujurnya, sebagai seorang cewek normal, gue mau lah punya suami kayak Abang lo. Yang jadi masalah adalah Abang lo. Dia nggak suka cewek." Itu masalah besar yang sering Bintang keluhkan, bukan hanya Bintang. Orang tua Bara pun sering mengeluh hal yang sama. "Lo sendiri yang bilang dia gay."

Bintang memijit kepalanya yang tiba-tiba berdenyut.

"Bin, jangan-jangan Abang lo sebenarnya punya cewek, tapi dianya saja yang nggak ngenalin ke orang tua elo. Bisa jadi, kan?"

"Ay." Bintang menoleh dramatis. "Lo ngeraguin jiwa detektif emak gue? Satpam komplek punya pacar baru aja emak gue tahu. Apalagi masalah Abang Bara. Emak gue punya banyak teman di rumah sakit tempat abang gue kerja, jadi gerak-gerik Abang gue, mak gue pasti tahu."

Oh My Doctor (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang