Mari membangun hubungan mutualisme
Aku update, kalian vote dan komen 🦄😚
..
.
Mungkin, untuk saat ini, hal berbahaya dalam hidup Kelaya satu-satunya adalah berduaan dengan Bara di ruang tertutup. Namun, meski tahu hal itu berbahaya Kelaya tetap mau-mau saja berduaan dengan dokter tampan itu. Kemarin pun, ia menginap di apartemen Bara, tidur berdua, saling berpelukan, tapi tak terjadi apa pun selain tidur. Tidur dalam artian sebenarnya.
Sekarang, bibir lembut itu kembali menjamah bibirnya, melumat bibirnya atas bawah dengan posisi Kelaya sepenuhnya berada di pangkuan Bara. Dapat ia rasakan dengan jelas debar jantung lelaki itu dari telapak tangannya yang menyentuh dada Bara.
Untuk sejenak ciuman mereka terlepas saat Kelaya menepuk pelan dada bidang Bara. Gadis itu terengah-engah dengan bibir memerah akibat ulah Bara, matanya tak fokus menatapi wajah tampan yang berjarak tak sampai sejengkal dari wajahnya.
Bertatapan dengan jarak sedekat itu membuat Kelaya tanpa sadar menyentuh ujung hidung Bara yang mancung, diam-diam mengagumi indahnya pahatan garis wajah yang diberikan sang pencipta pada lelaki itu.
"Abang ..." lirihnya.
Bara menahan napas, tangannya meraih jemari yang kini menyusuri garis bibirnya sebelum kemudian mengecup telapak tangan Kelaya.
"Hm?" Fokus Bara telah terpecah saat Kelaya menyentuh hidungnya, dan kini matanya sibuk menatapi bibir yang tampak sangat menggiurkan untuk dilahap itu. Bara ingin melumatnya lagi, menjadikan bibir merah muda itu lebih bengkak akibat ulahnya. Ia juga ingin bermain-main di dalam mulut Kelaya. Membuat gadis itu melenguh indah dalam jalinan lidah mereka.
Tatapan Bara pada bibirnya membuat Kelaya lupa ingin mengatakan apa. Semua kosa kata yang sempat tersusun di otaknya bubar jalan begitu saja. Ia meremas kaos Bara dengan gugup.
Lalu entah apa yang merasuki pikiran Kelaya. Ia memajukan wajah, menyatukan bibir mereka—dan tentu Bara terima dengan senang hati. Tangan lelaki itu dengan cepat melingkar erat di tubuh Kelaya, mendorong punggung gadis itu untuk kian menempel dengan dirinya.
Ketika kekenyalan dada Kelaya menyentuh dadanya dengan lembut, Bara mengumpat dalam hati. Ia memperdalam ciuman mereka, tubuhnya tak lagi dapat bersandar tenang sebab pusat tubuhnya telah mulai menggeliat bangun. Sentuhan Kelaya di garis lehernya pun kian membuat-nya mengeras.
Meski sudah beberapa kali berciuman panas dengan Bara, Kelaya tetap belum terbiasa, ia selalu kualahan menghadapi belitan lidah lelaki itu dalam mulutnya. Lidah panas Bara selalu menghantarkan rasa aneh sekaligus memabukkan. Candu untuk dicicip terus menerus.
Kelaya terengah-engah saat ciuman mereka terlepas, belum sempat mengambil nafas dengan benar, Bara telah mengangkat tubuhnya, mengubah posisi Kelaya yang semula duduk menyamping di pangkuan lelaki itu menjadi duduk mengangkanginya—membuat rok yang dipakai Kelaya tersingkap ke atas, hampir menampilkan celana dalamnya.
"A-abang, ini." Tersadar, Kelaya mencoba membenarkan roknya, tapi Bara malah menahan tangannya. Lelaki itu menggeleng pelan sambil menatap Kelaya.
"Biarkan," katanya serak.
Satu kata itu cukup membuat Kelaya berhenti mencoba memperbaiki roknya, gadis itu juga tak protes saat Bara menuntun tangannya untuk mengalung di leher lelaki itu.
Degup jantung Kelaya yang kian menggila menanti apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah mereka akan berakhir di kasur lagi kali ini?
"Ah!" Kelaya terkesiap saat Bara tiba-tiba menarik tubuhnya, membuat mereka tak lagi berjarak. Dapat ia rasakan sesuatu yang keras menusuk bokongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Doctor (21+) [END]
Romance"Bantuin ngebuktiin kalau Abang gue masih normal, Ay. Mau ya ... ya mau ya? Please, nggak bakal yang macam-macam kok caranya, lo tenang saja." *** Bagi Kelaya yang jarang terlibat hubungan romantis, menyetujui misi dari Bintang untuk menggoda Bara a...