Sudah siap bertemu Bara kan ya ...
Happy reading
...
.Dua anak manusia yang semula mengerjakan PR di meja makan itu kini telah berpidah ke ruang tv. Duduk lesehan di depan meja kecil dengan Kelaya sesekali akan menyuapi Bara dengan camilan hasil buruan mereka sebelumnya di supermarket.
Kelaya yang semula menggebu gebu ingin belajar nyatanya merebahkan kepala ke atas meja menghadap Bara. Tiba-tiba saja ia mengantuk.
"Abang dulu makannya apa sih, kok bisa sepintar ini?"
Pertanyaan random dari Kelaya membuat Bara yang tengah sibuk membuat kotak-kotak berisi catatan kecil di samping jawaban—agar Kelaya mudah memahami jalan penyelesaian soal—itu menoleh pada Kelaya sejenak.
Saat Bara menoleh, Kelaya menyuapi Bara kembali—yang tentu Bara terima dengan senang hati.
"Saya makan kaya orang kebanyakan, Ay. Nasi. Semua orang juga pasti begitu." Lelaki itu mencoret kertas kembali. "Ini saya buat catatan ya, Ay. Supaya kamu mudah belajarnya nanti."
Kelaya mengangkat kepala, bertepuk tangan sejenak melihat Bara telah selesai mengerjakan lima soal, sisa dua soal lagi. "Kalo aku yang ngerjain, besok belum tentu kelar nih soal, kok Abang bisa sih? Padahal nggak ada contoh soalnya loh."
"Bintang ngirim foto-foto materinya juga, Ay. Ini juga bukan itung-itungan yang gimana-gimana, cuman nentuin rumus struktur."
Tiba-tiba Kelaya tertawa, tawa miris lebih tepatnya. Inilah letak ketimpangan dia dengan Bara. Mana mungkin dia bisa menyaingi Bara yang merupakan mantan anak akselerasi dari SD sampai SMA? "Itu susah Bang, yang mudah itu ngitung duit."
Bara hanya tersenyum. "Kamu suka ngitung duit?"
Pertanyaan itu membuat sebagian kantuk Kelaya berkurang. "Suka, siapa sih yang nggak suka ngitung duit?"
"Selain suka ngitung duit, kamu suka apa lagi?"
Dengan kepala yang kembali rebah di atas meja, Kelaya tersenyum polos seraya menatapi Bara. "Aku suka Abang."
Kali ini Bara meletakkan pulpennya, menatap Kelaya yang tersenyum tanpa dosa. Lelaki itu speechless. "Kamu ngomong apa tadi, Ay? Bisa diulang lagi nggak?"
Kelaya menegakkan badan, ia meraih pulpen yang Bara letakkan kemudian mengembalikan ke genggaman lelaki itu. Namun, gadis itu tak mengatakan apa pun, hanya tersenyum sambil menatapi Bara. Sibuk mengagumi pahatan indah di depannya, sambil sesekali berpikir, kebaikan apa yang ia pernah perbuat hingga bisa diberi lelaki seperti Bara?
Ah, Kelaya lupa—dia dapat pacar jalur orang dalam. Bintang.
"Kelaya?" Bara memanggil pelan, bahaya kalau Kelaya menatapnya dengan pandangan seperti itu. Kalau ia kebablasan nyium gimana? Alamat tidak selesai PR Kelaya dan Bintang. Lebih parahnya lagi, mereka bisa melanjutkan yang di kasur tadi.
Bara berdehem, mengusir bayang-bayang tubuh telanjang Kelaya dari benaknya. Akan tetapi yang terjadi setelahnya membuat usahanya mengusir bayang-bayang tersebut gagal total.
Cup!
Kelaya mencium rahang lelaki itu. "Aku suka, Abang."
Keadaran Kelaya datang terlambat, ia baru tersadar setelah sukses mendaratkan kecupan lembut diiringi pernyataan cinta. Sepertinya, terlalu lama menatapi wajah tampan Bara, dapat menyebabkan masalah serius pada kendali tubuh Kelaya.
Di lain sisi, Bara tak kalah kaget dari Kelaya. Lelaki itu menatap Kelaya tak habis pikir. Kelaya itu penuh kejutan, takut di perawanin, tapi suka mancing-mancing. Kalau Bara khilaf gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Doctor (21+) [END]
Romansa"Bantuin ngebuktiin kalau Abang gue masih normal, Ay. Mau ya ... ya mau ya? Please, nggak bakal yang macam-macam kok caranya, lo tenang saja." *** Bagi Kelaya yang jarang terlibat hubungan romantis, menyetujui misi dari Bintang untuk menggoda Bara a...