Bab 42. Kisah Kita [END]

245K 7K 349
                                    

Happy reading 🫶🫶

Bab ini panjaaan buangeeet nget nget 🤯🤯

***


Hal paling menyenangkan sekaligus langka bagi Kelaya adalah bangun di pelukan Bara. Lelaki itu biasanya bangun lebih dulu, olahraga singkat sebelum kemudian mandi lalu membangunkan Kelaya. Kali ini berbeda, Kelaya yang bangun lebih dahulu, seluru tubuhnya pegal-pegal terutama bangian paha sampai pinggang. Kalau saja hari ini ia tidak harus berangkat sekolah, Kelaya ingin Bara memijitnya. Namun, itu juga bukan opsi bagus sebenarnya, sebab memijit versi Bara dan versi Kelaya itu sedikit berbeda.

Kelaya menengadah sedikit, hanya untuk bertatapan dengan rahang kokoh Bara yang teramat sempurna dari sudut pandangnya. Perempuan itu tersenyum kecil, ia harap anak mereka nanti mewarisi wajah Bara. Seluruhnya dari Bara pun juga tak apa, Kelaya ikhlas lahir batin.

Terkadang ia bertanya-tanya, bagaimana ada manusia bisa sesempurna ini? Baik fisik, tutur kata dan tindakannya. Kelaya mengagumi semua yang ada pada diri Bara. Kecuali .. sifat mesumnya. Yah ... Kelaya akan berkompromi dengan hal itu sebab masih banyak poin plus dibanding minus dari seorang Bara Ady Pratama.

Bulu mata panjang itu terlihat bergerak saat Kelaya menyentuhnya, refleks perempuan itu menjauhkan tangan. Pelukan Bara tiba-tiba mengerat, membuat tubuh polos mereka kian menempel. Kelaya menoleh pada jam dinding, setengah lima pagi.

"Hm ... Sayang ..." suara khas serak Bara saat baru bangun tidur seperti ini adalah favorit Kelaya. Sexy sekali.

Untuk sesaat perempuan itu tak berkedip menatap mata Bara yang terbuka sayu. Lelaki itu tersenyum kecil lantas mengecup puncak kepala Kelaya.

"Selamat pagi cantik ..."

Aduuh, jantung Kelaya sungguh tak kuat kalau Bara manis seperti ini. Pipinya merona, tanpa membalas ucapan selamat pagi Bara—Kelaya menenggelamkan wajah di dada bidang lelaki itu.

"Oh, belum pagi ya Ay." Bara terkekeh ringan setelah melihat jam dinding, ia lantas kembali mengecupi puncak kepala Kelaya. Memeluknya erat dengan senyum merekah.

Bara sering kali gemas kalau Kelaya mode malu-malu seperti ini. Padahal tadi malam, perempuan itu merengek memintanya bergerak lebih cepat.

"Mas ... cepetin please ... jangan main-main begini."

Bahkan masih terekam jelas di otaknya bagaimana tarik napas memburu Kelaya, matanya yang sayu, bibirnya yang cemberut, dan pipinya yang merona penuh gairah.

Ah sial, Bara tegang lagi.

Kira-kira kalau Bara meminta tambahan satu ronde, Kelaya mau tidak ya? Bara janji hanya satu ronde, masih banyak waktu sebelum matahari terbit.

Tangan lelaki itu yang memeluk pinggang Kelaya kian turun hingga ke bokong, mengelus bongkahan mulus tersebut dengan gerakan menggoda lalu tergelincir mulus ke tempat sensitif Kelaya.

"Mas ..." Kelaya menggigit bibir, terkutuklah jemari Bara yang mengerjainya dari belakang sana. Serta suasana dingin yang membuatnya terbuai untuk mengikuti permainan Bara saat ini.

"Lebarin kakinya dikit dong, Sayang."

Bara bersorak dalam hati saat Kelaya melebarkan kakinya. Lampu hijau. Bara bisa menambah satu ronde sebelum mereka pergi mandi.

Oh My Doctor (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang