Aku update nggak kemaleman hari ini❤️🔥🏳🏳
Selamat beristirahat semuanya.
Selamat membaca bab gemas gemas ini ❤️🔥❤️🔥
***
Entah kebaikan apa yang pernah Kelaya lakukan hingga diberi lelaki seperti Bara.
Maksudnya, tidak ada yang istimewa dari seorang Kelaya Anggraini. Pintar? tak terlalu. Walau Kelaya beberapa kali masuk ranking 10 besar, tapi ia tidak pernah sekali pun bisa naik tingkat ke 5 besar. Apalagi bisa berada di tingkat Bara yang selalu juara satu umum paralel. Bisa-bisa orang tua Kelaya syukuran tujuh hari tujuh malam.
Kelaya juga tak secantik rekan-rekan Bara yang glowing shining shimmering splendid.
Ah terserahlah, lupakan semua hal tak bermutu yang seharusnya tak Kelaya pikirkan. Kalau Bara telah memilihnya, ribuan perempuan di luar sana bisa apa?
Sebaiknya Kelaya berterima kasih kepada Tuhan yang semurah hati itu menyandingkan seseorang yang ia pikir tak bisa tergapai, kini menjadi suaminya.
Akh, pagi-pagi Kelaya sudah baper maksimal. Bagaimana ini? Bara itu memang 100% suamiable.
Lihat, lelaki itu tengah menyiapkan sarapan. Berkutat bersama pisau dengan posisi membelakangi Kelaya.
Punggung lebar itu begitu menggoda untuk dipeluk. Jadi berhubung sekarang Bara sudah jadi suami, lebih baik Kelaya memeluknya. Pemandangan menggoda ini terlalu sayang kalau dilewatkan.
"Mas kenapa nggak bangunin aku?" Kelaya memeluk perlahan, takut Bara terkejut karna kedatangannya.
"Hm? Sudah bangun?" Untuk sejenak, Bara berhenti memotong daun bawang, tersenyum menatapi tangan Kelaya yang melingkar di perutnya.
Bara menyukainya. Ia bahkan tak masalah kalau seandainya Kelaya bergelayut padanya selama ia memasak. Itu akan jadi hal yang menyenangkan. Istrinya itu ringan, tak akan menghambatnya sama sekali.
"Kamu kecapean, Ay." Bara mengusap tangan Kelaya. "Mana mungkin Mas tega bangunin kamu."
Jangan tanya bagaimana ekspresi Kelaya saat ini. Sungguh tak terkondisikan. Pun tangannya kian erat memeluk perut Bara. Ah ... bersandar di belakang Bara ternyata senyaman ini. Kelaya belum pernah memeluk Bara dari belakang seperti ini.
"Mas lagi masak apa?"
"Nasi goreng sama telur dadar. Kamu bilang mau sarapan itu," Bara mejawab lembut.
"Aku? Kapan?"
"Sebelum tidur, Sayang."
"Oh, ya?" Otak Kelaya berkerja cepat. Beberapa detik setelahnya, ia akhirnya mengangguk-meski tahu Bara tak akan melihatnya. "Oh iya! Ingat-ingat hehe. Makasih sudah dikabulkan, Mas."
"Masama."
Bara berniat ingin memeluk Kelaya sejenak, tapi sebelum ia berbalik, istrinya itu telah lebih dulu melepaskan pelukannya dan berdiri di sisi Bara.
Apa yang ingin istri kecilnya ini lakukan?
"Ada yang perlu aku bantu, Mas Suami?" tanya Kelaya dengan wajah cerah.
Bara kontan meletakkan pisaunya. Sempurna menghadap Kelaya yang menatapnya berbinar-binar. Siap dimintai bantuan.
Lelaki dalam balutan kaos abu-abu itu tersenyum geli. Perasaan hangatnya berbaur satu dengan salah tingkah yang datang di saat tak tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Doctor (21+) [END]
عاطفية"Bantuin ngebuktiin kalau Abang gue masih normal, Ay. Mau ya ... ya mau ya? Please, nggak bakal yang macam-macam kok caranya, lo tenang saja." *** Bagi Kelaya yang jarang terlibat hubungan romantis, menyetujui misi dari Bintang untuk menggoda Bara a...