Bab 10. Pemeriksaan

612K 14K 768
                                    

Tarik napas dulu sebelum baca 🔥🔥

Utamakan sendiri 🤣

Bareng pasangan boleh sekalian praktik 🐒

...
..
.

Kelaya belingsatan dengan semua rangsangan yang Bara berikan, tangan dan mulut lelaki itu teramat lihai membuatnya terbuai. Rambut Bara tak lagi karuan tertata akibat remasan tangan Kelaya. Gadis itu tak tahu bagaimana melampiaskan semua sensasi memabukkan yang ia dapatkan selain meremas rambut Bara. Sesekali ia akan menjambak ketika gigi Bara ikut bermain pada puncak dadanya.

Semakin keras jambakan Kelaya, Bara kian menggila. Pun, desahan lirih gadis itu seolah undangan terbuka untuk Bara menjamahnya lebih jauh. Tangan lelaki itu ikut bermain-main pada sebelah dada Kelaya yang bebas. Tak membiarkan satu pun dari kekenyalan itu menganggur. Terlalu sayang untuk dilewatkan. Dalam kesempatan mereka yang singkat, di ruang yang sempit dan terbatas. Bara ingin Kelaya mengingatnya. Mengingat semua sentuhannya, tatapannya dan bagaimana ia menyebut nama Kelaya penuh perasaan.

Kelaya terengah-engah saat Bara lepaskan mulutnya dari dadanya. Jempol lelaki itu mengusap basah dari puncak kemerahan tersebut.

"Cantik."

Bara mengusap pelipis Kelaya yang dipenuhi keringat. Bara ingin sekali membuat Kelaya kian terengah-engah, ia ingin gadis itu menjeritkan namanya keras-keras, pun ia juga ingin Kelaya menjambaknya lebih dan lebih lagi.

Ia ingin merasakan bagaimana Kelaya menggigitnya saat miliknya menerobos masuk ke dalam lembah hangat gadis itu. Pikiran liarnya selalu tak terkendali kalau melihat Kelaya pasrah seperti ini. Bibir yang bengkak dan badan separuh telanjang. Mana mungkin Bara bisa menahan kewarasannya? Kalau bukan mengingat mereka sedang di rumah sakit-di ruang kerja Bara-lelaki itu pasti akan mengajak Kelaya meniti surga dunia bersamanya.

"Abang ..." Suara Kelaya terdengar serak.

"Shhtt ..." Bara meretakkan jari telunjuknya di bibir Kelaya. "Jangan bersuara dahulu."

Bagai terhipnotis Kelaya menurut. Matanya tak lepas dari pahatan sempurna lelaki di depannya. Kulit putih bersih, rahang kokoh, hidung mancung serta mata yang tajam. Kelaya tak akan pernah bosan mengagumi setiap inci wajah Bara. Dan bibir penuh itu ... bibir yang selalu bisa membuat bibirnya bengkak.

"Abang mau apa?" Kelaya tak dapat menahan diri untuk tak bersuara saat Bara menarik dirinya untuk bangkit dan melepaskan seragam serta bra yang ia pakai.

Bara tak langsung menjawab, ia mengangkat Kelaya duduk di pangkuannya. Lelaki itu meringis merasakan bokong Kelaya menduduki miliknya yang mengeras di bawah sana. Selesai mengendalikan diri, Bara menatap Kelaya dengan senyum kecil.

"Saya akan memeriksa kamu." Jemarinya menyelipkan rambut nakal Kelaya ke belakang telinga gadis itu. "Kamu bilang mau periksa 'kan?"

Kelaya menahan napas, pemeriksaan apa yang dilakukan dengan Kelaya yang separuh telanjang seperti ini? Dengan posisi yang ... ah sudahlah.

"Periksa apa?"

Sorot mata Bara turun dari mata Kelaya ke dada gadis itu lalu kembali lagi menatap wajah Kelaya. Ia menikmati setiap perubahan raut Kelaya. Terlebih sorot terkejut diikuti rona merah muda saat tangannya mengelus lembut dada bawah gadis itu.

"Kamu pernah melakukan sadari?"

"Sadari?"

"Periksa payudara sendiri maksud saya."

Kelaya menggeleng.

"Kalau begitu, saya yang periksakan."

Jantung Kelaya kembali jumpalitan tak karuan, meski mereka tadi telah melewati hal yang lebih panas dari ini, tapi tetap saja, mendapat tatapan penuh dari Bara, diiringi tekanan lembut pada dadanya dimulai dari sisi luar hingga bagian dalam membuat Kelaya panas dingin. Namun, yang tak Kelaya tahu, keadaan Bara tak jauh lebih baik. Lelaki itu mati-matian untuk tak meremas kekenyalan tersebut dan mengulumnya kembali.

Oh My Doctor (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang