Bab 23. Siaga Level Maksimal

392K 9.8K 1.9K
                                    



Selamat membaca Bara

Selamat membara baraa

🔥🔥🔥


Perlu persiapan panjang untuk Bara agar bisa pergi ke rumah Kelaya dengan tenang. Pokoknya lakukan apa pun agar ular dalam dirinya ini tak menggeliat dan bangun. Akan tetapi bayang-bayang mimpi itu terus menghantuinya, saat push up Bara terbayang Kelaya di bawahnya, saat mandi dia terbayang tubuh telanjang Kelaya basah dan licin bergabung dengannya di bawah shower. Apalagi saat menatap kasur, Bara hampir gila rasanya.

Sempat terselip keinginan untuk membatalkan janji dengan Kelaya, tapi hal itu tak mungkin ia lakukan. Kelaya pasti akan sedih. Selain itu, Bara juga rindu dengan Kelaya.

Satu jam berusaha keras mengendalikan diri sambil bersiap-siap, Bara akhirnya bisa berangkat menjemput Kelaya. Tak ada yang perlu dirisaukan karna mereka akan berada di tempat ramai hari ini. Mereka akan pergi ke Taman Kota, ruang terbuka hijau yang selalu ramai saat weekend seperti ini.

Akan tetapi, semesta tak berpihak pada Bara. Saat ia sampai di rumah Kelaya, langit yang sebelumnya sudah mendung mendadak turun hujan. Bara menarik napas dalam, sekali lagi menatap lagit sebelum ke luar dari mobil. Langit menghitam, sejauh mata memandang tak ada tanda-tanda hujan akan reda. Perasaan Bara mendadak tidak enak.

Tok tok tok!

Bara terlonjak, tak menyadari Kelaya telah berdiri di sisi mobilnya. Tersenyum lebar sambil membawa payung.

Separuh beban di hati Bara luntur seketika. Ternyata sedahsyat itu dampak Kelaya pada dirinya.

Mengenyahkan kekhawatirannya, Bara lekas ke luar mobil. Segera mengambil alih payung dari Kelaya. Sebelah tangan Bara yang bebas mendarat di puncak kepala Kelaya-berniat mengacaknya gemas, tapi sadar Kelaya telah menata rambutnya, lelaki itu urung, dan berakhir hanya mengelusnya pelan.

"Terima kasih payungnya," katanya sambil tersenyum, "perhatian banget sih pacar saya." Lelaki itu merangkul Kelaya, mencondongkan payung lebih banyak ke arah gadis itu, lalu mereka berjalan cepat ke teras rumah.

Kelaya tertawa pelan, wajah cerahnya kontras sekali dengan keadaan pagi ini. Bagaimana pun cuacanya, suasana hati gadis itu akan tetap cerah selama dapat kembali bertemu Bara setelah hampir satu minggu tak bertemu.

"Bahu Abang basah." Kelaya pikir, ia tak kena tempias sama sekali akibat dirangkul Bara, ternyata lelaki itu mengarahkan lebih hampir 70% bagian payung padanya.

Bara menepuk kemeja lengan pendeknya dengan santai. Meski jarak teras dan mobil Bara tak terlalu jauh, dengan hujan lumayan deras, cukup untuk membuat bahunya lembap.

"Sebentar lagi juga bakal kering kok, Ay. Nggak papa."

"Keringin dulu bajunya di dalam, Bang." Tanpa persetujuan Bara, Kelaya menarik lelaki itu masuk ke dalam rumah. Namun, jangankan masuk ke dalam rumah. Tarikan Kelaya sama sekali tak membuat Bara bergeser dari posisinya.

Kelaya menatap lelaki itu penuh protes. "Bang ..."

"Di rumah ada Mama Papa, kan, Ay?" Dengan begitu, Bara akan aman.

Sayang beribu sayang, gadis itu menggeleng. "Mama Papa lagi kondangan, Bang. Siang baru pulang."

Pantas saja, Hana dan Kaivan tak terlihat saat Bara tiba. Biasanya orang tua Kelaya itu akan jadi orang paling semangat menjemput kedatangan Bara.

Oh My Doctor (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang