Bab 22. Iblis Kecil Bara

432K 9.8K 931
                                    

Malam semuaaa 🔥🔥

Dingin dingin  bagusnya baca Bara-Kelaya

Supaya makin panas 🤣

.
 

"Abang udah mau pulang?" Kelaya memeluk erat Bara dari samping. "Aku masih kangen."

Setelah melakukan pemeriksaan dan tak mendapati ada yang salah dari tubuh Kelaya. Bara memutuskan untuk berpamitan pulang—tentu saja sebelum itu ia memberikan wejangan panjang untuk Kelaya taati. Kelaya tidak boleh bergadang, tidak boleh banyak pikiran, tidak boleh makan sembarangan dan tidak boleh, tidak boleh yang lain. Kalau dituliskan, wejangan Bara bisa mengisi satu halaman buku. Lelaki itu juga memberikan vitamin plus obat—sekadar jaga-jaga kalau Kelaya tiba-tiba demam.

"Kamu harus istirahat, Ay." Bara melepaskan pelukan Kelaya dengan lembut. Sebenarnya, Bara juga tidak ingin pulang, ia ingin bersama Kelaya lebih lama, tapi mereka besok juga akan bertemu lagi. Terlebih, sekarang Kelaya hanya memakai kaos dan celana pendek—Kelaya bahkan tak memakai bra di balik bajunya. Benar-benar menguji iman Bara.

Seandainya saja ...

"Tapi aku belum mau pisah." Pelukan Kelaya kali ini membuat tubuh Bara tersentak. Dada gadis itu sukses menempel di tubuhnya.

Bara menarik napas dalam, mengontrol diri sebaik mungkin. Tahan Bar ... ingat kamu lagi di rumah Kelaya, di ruang keluarga ...

"Abang nggak kangen sama aku?" Gadis itu mulai merengek. "Abang belum meluk aku loh, masa udah mau pulang? Abang juga belum cium, kita nggak ciuman hampir satu minggu, Abang nggak kangen emangnya?"

Ya, Tuhan!

Bara mengumpat, menyumpah serapah dalam hati. Perkataan Kelaya sukses membangkitkan gairahnya. Namun, lelaki itu masih punya setitik kewarasan yang tersisa. Ia melepaskan pelukan Kelaya kembali lalu menatap gadis itu lamat-lamat.

"Sayang ..." Bara mengelus pipi Kelaya dengan jempolnya. "Saya harus pulang sekarang. Bahaya kalau saya disini lebih lama. Kamu paham maksud saya, kan?"

Kelaya menggigit bibirnya, gadis itu cemberut. Ia menarik ujung baju Bara, menggoyang-goyang baju lelaki itu seraya berkata. "Mama papa sudah tidur kok Bang, kalau itu yang Abang takutin."

Bara mengusap rambutnya kasar. Sial, Kelaya terlalu menggoda untuk diabaikan.

Lelaki itu lantas meletakkan tasnya kembali lalu beralih menghadap Kelaya sepenuhnya. Perbedaan tinggi mereka membuat Bara menunduk, sorot matanya berubah, menatap Kelaya lapar seakan ingin menelannya hidup-hidup.

"Ay ..." Tangan Bara mendarat di pinggang Kelaya, menelusuri samping tubuh gadis itu hingga sampai pada sisi tubuh yang amat menggoda.

Napas Kelaya memburu ketika jempol Bara mengusap lembut pinggiran dadanya. Tangannya meremas kemeja depan Bara gugup, mendongak dengan pipi memerah.

"Kamu sengaja menggoda saya?" tanya Bara serak. Tangannya gatal ingin merambat ke depan lalu merasakan kelembutan Kelaya dalam genggamannya.

Bara pikir Kelaya akan mengelak tuduhannya, akan tetapi gadis itu malah memberikan usapan pada dada Bara—yang lelaki itu artikan sebagai godaan terbuka.

"Abang yakin mau pulang?"

Bara menganga syok, dasar iblis kecil. Lelaki itu tak dapat menyembunyikan senyumnya disertai terkekeh. Karena Kelaya yang memulai lebih dulu, maka tak ada alasan bagi Bara untuk tak menyambutnya.

Oh My Doctor (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang