Selamat hari rabu semua
Saatnya bertemu Bara Kelaya 🐯🐯
...
..
.Detik-detik menunggu kedatangan Bara adalah detik paling membuat Kelaya gugup. Ia beberapa kali melihat ponselnya, kalau-kalau Bara mengirim pesan tapi tak ada satu pun. Yah, Kelaya tahu Bara sedang di jalan dan sibuk menyetir.
Kelaya berpikir, kira-kira malam ini Bara pakai baju apa ya? Setengah jam sebelum berangkat lelaki itu sempat menanyakan Kelaya pakai baju warna apa dan katanya akan menyesuaikan. Bagaimana Kelaya tidak salah tingkah kalau Bara yang ia kira dingin menyeramkan ternyata bisa se manis itu.
"Ay, calon mantu Mama masih lama lagi nggak ya?" Sambil menata kembali menu makan malam di meja, Hana bertanya pada Kelaya yang juga ikut membantunya.
Nah ini salah satu alasan yang membuat Kelaya bolak balik nge cek ponsel. Mamanya terus menerus menanyakan kapan Bara akan sampai, bahkan lima menit setelah Kelaya mengabari Bara berangkat ke rumah mereka, Mamanya sudah bertanya. Jelas sekali Bara masih di jalan.
"Sepuluh menit lagi kayaknya, Mah." Kaivan yang baru bergabung ke meja makan menyahut. "Coba lihat Papa, sudah ganteng belum?"
Kelaya hanya mengacungkan jempol untuk penampilan Papanya—tak berkomentar apa pun, meski Kelaya gatal ingin menggoda Papanya yang teramat sangat antusias bersiap bertemu Bara. Lelaki itu bahkan memakai kemeja lengan pendek super rapi, padahal biasanya ayah Kelaya itu hanya kaosan saja. Tak peduli sudah bolong-bolong atau tidak. Katanya selama nyaman dan masih bisa dipakai, Kaivan tidak akan mengganti bajunya.
"Iih, Papa ganteng banget, Pah." Hana mendekat pada suaminya kemudian memperbaiki sedikit kerah dari kemeja lengan pendek tersebut. "Papa pakai parfum se botol, ya?"
Tawa Kelaya mengudara mendengar celetukan tersebut. Bahkan dari tempatnya berdiri ia dapat mencium jelas parfum Papanya. Apalagi sang Mama yang berdiri tepat di depan lelaki berlesung pipi tersebut.
"Mana ada, Papa nggak pernah tuh pakai parfum satu botol." Berbanding terbalik dengan kata-katanya yang melontarkan protes, Kaivan malah melabuhkan ciuman singkat di pipi sang istri. "Papa pakainya satu toko."
Lalu gelak tawanya terdengar diiringi protesan Hana yang tak suka pipinya dicium karena takut make up rusak.
"Papa ih, kalau make up Mama geser gimana?"
"Lah, kata Mama make up-nya anti badai."
"Papaaah!"
Dan Kelaya hanya bisa menahan senyum melihat keharmonisan pasutri itu. Kalau dulu ia akan iri, sekarang tak lagi Ia sudah punya Bara, jadi tak perlu iri dengan kemesraan pasutri yang suka tak tahu tempat itu.
"Ay, lain kali kalau Bara mau ke sini, kasih tahu Mama H-2 sebelum Bara berkunjung. Biar Mama bisa masak enak-enak. Lah ini mama cuman bisa beli doang. Apa yang bisa dibanggain sama Bara kalau begini, Ay."
Dibanding Kelaya yang notabennya adalah pacar Bara—orang tuanya lebih antusias menyambut lelaki itu.
"Masak kayak biasanya juga nggak papa, Ma. Masakan Mama selalu enak kok. Bang Bara pasti suka."
"Ih, Ayaaa." Ibu satu anak itu menoel bahu Kelaya.
"Jangan terlalu di puji, Ay, nanti Mama kamu terbang."
"Papah!"
Kelaya tergelak sambil kembali merapikan makanan yang telah terhidang. Ada Ayam asam manis, sop ayam, capcay seafood, tempe krispi dll. Kelaya sampai geleng-geleng kepala melihat meja makan yang biasa hanya dihiasi dua atau tiga menu itu kini penuh. Kelaya berani bertaruh semua masakan ini tak akan habis. Ketika ia bertanya siapa yang akan menghabiskan kalau semua masakan tak habis? Dengan enteng mamanya menunjuk ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Doctor (21+) [END]
Romance"Bantuin ngebuktiin kalau Abang gue masih normal, Ay. Mau ya ... ya mau ya? Please, nggak bakal yang macam-macam kok caranya, lo tenang saja." *** Bagi Kelaya yang jarang terlibat hubungan romantis, menyetujui misi dari Bintang untuk menggoda Bara a...