Bab 9. Gadis Nakal

719K 16.6K 1.1K
                                    

Happy reading ✨

...
..
.

"Lo nanti ikut masuk kan, Bin?"

Dengan mengambil tempat paling pojok, dua sahabat itu saling berdempetan. Pakaian mereka yang masih memakai seragam SMA tampak sangat mencolok dibanding para pasien lain yang lebih banyak datang bersama pasangan.

"Ngapain gue ikut masuk? Yang ada gue jadi obat nyamuk." Bintang ikut berbisik, "Siapa tahu kan, lo mau iya iya sama Abang gue."

"Heh!" Kelaya melotot. Gara-gara perkataan Bintang, ia jadi kembali teringat ciuman panas mereka semalam. Kadang ia bertanya-tanya, kalau seandainya malam tadi orang tuanya tak jadi pulang, apa yang akan terjadi antara ia dan Bara? Kemana kah ciuman panas itu akan bermuara?

Setelahnya dua sahabat itu menunggu dengan tenang—walau tak benar-benar tenang. Topik obrolan mereka tak pernah habis, dari menebak-nebak bagaimana reaksi Bara saat melihat Kelaya masuk ke ruangannya, sampai mengomentari beberapa ibu hamil yang ikut mengantri bersama mereka—lebih tepatnya diam-diam menggosip pasangan muda yang suaminya sibuk main game, bahkan ketika nama istrinya dipanggil dia acuh dan tak menemani masuk ke dalam ruangan.

"Nanti kalau lo hamil, Abang gue nggak akan seperti dia, Ay. Gue jamin abang gue jadi suami idaman buat lo."

"Lo juga, kalau nanti nyari pasangan jangan yang begitu, Bin. Makan hati tiap hari. Mau enaknya doang, tanggung jawab kaga."

"Iya, yang sudah punya pasangan."

"Ih aku serius."

"Siap, Nyonya Pratama."

Waktu menunggu antrian kemudian dihabiskan dengan membahas tipe-tipe suami idaman. Kelaya sampai geleng-geleng kepala mendengar rentetan list tipe idaman Bintang yang panjangnya di luar nalar. Dan, obrolan mereka terhenti ketika nama Kelaya dipanggil, gadis itu meremas tangannya sendiri, mendadak gugup.

"Ayo, Ay. Semangat, Ay."

Semangat dari Bintang tak berefek apa pun, jantung Kelaya kian berdegup cepat. Gugup bukan main, terlebih saat ia memutuskan untuk membuka ruangan Bara, dan ketika lelaki itu menoleh padanya, semua skenario—termasuk alasan kenapa ia bisa berakhir di ruangan Bara—yang sudah ia susun baik-baik diotaknya hancur seketika.

***

Bara tak dapat menahan keterkejutannya melihat Kelaya masuk ke ruangannya. Ia tahu pasien selanjutnya bernama Kelaya, tapi tak menyangka kalau itu adalah Kelaya yang sama dengan Kelaya miliknya. Gadis berseragam SMA dengan rambut tergerai yang kini duduk ragu di depan Bara.

"Kenapa kamu bisa ada di sini? Kamu nggak sekolah?"

Suara maskulin Bara kian membuat kata-kata yang coba Kelaya susun dalam otaknya bubar jalan. Padahal ia sudah menyiapkan jawaban dari pertanyaan yang mungkin Bara tanyakan, tapi praktiknya ternyata tak segampang yang Kelaya bayangkan.

"A-aku mau periksa Bang, eh Dok." Itu bukan jawaban yang ingin Kelaya berikan, tapi mulutnya refleks menjawab demikian. Pun, ia bertekat untuk memanggil Bara dengan sebutan Dokter—selama lelaki itu berada pada jam kerja.

Bara menipiskan bibirnya, menatap Kelaya lamat-lamat hingga membuat sang gadis menunduk. Tak sanggup bertatapan dengan mata tajam Bara. Lelaki itu seakan menggerogoti isi kepala Kelaya melalui tatapan matanya.

"Jawab saya dengan jujur Kelaya, kenapa kamu bisa ada di sini?"

Kelaya menghela napas, ia memang pembohong yang buruk, dan gugup kian membuat semuanya kacau balau. Kalau sudah seperti ini lebih baik Kelaya jujur saja. Mau Bara terima alasannya atau tidak ya sudah, Kelaya pasrah.

Oh My Doctor (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang