9. Setahun Kemudian

1K 192 12
                                    

"Bagaimana?" Tanya Siwon pada Rio yang tengah memegang cermin ditangan kanan nya, memeriksa hasil kerja sang ayah.

"Bagaimana?" Tanya Siwon pada Rio yang tengah memegang cermin ditangan kanan nya, memeriksa hasil kerja sang ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya appa, Rio suka, terima kasih" sang putra tersenyum puas dengan hasil kerja sang ayah.

"Ayo kita bersihkan dulu badan mu" ajak Siwon, ia membawa Rio ke kamar mandi, sedangkan sang ibu membersihkan kursi roda nya dari sisa rambut Rio tadi.

Dan setahun setelah operasi, Rio kini sudah bisa berjalan dengan normal dan dia ikut bekerja di kantor sang ayah, ia masih ditemani sang eomma kemana pun pergi nya, termasuk ke kantor, sebab jadwal nya tak sama dengan sang ayah, yang tengah berbicara dengan Yuri diruangan nya.

"Sebulan lagi pendaftaran mahasiswa baru di buka bukan?"

"Ya tuan"

"Kirimkan uang untuk biaya kuliah dongsaeng nya, yang bungsu akan masuk bangku senior high school juga tahun ini" interuksi Siwon.

"Baik tuan" Yuri pun pamit, ia kemudian ke rumah Jisoo, untuk memberikan uang bagi pendidikan Jihoon dan Winter, Sandara tak pernah bertanya siapa penerima donor jantung sang putra, sebab ia sudah menandatanagi surat perjanjian, meski awal nya ia menolak menerima sumbangan dari keluarga penerima, akhir nya ia tak bisa mengelak, seban Sandara butuh.

Rose, gadis itu telah kembali bekerja sekarang, di sebuah caffe, ia tak mau kembali bekerja di toko baju nya yang dulu sebab itu akan membuat dia jadi selalu teringat akan kenangan nya dengan Jisoo.

"Satu latte dan satu slice lemon cake" pesan seorang pelanggan.

"Baik tuan" Rose pun dengan cekatan melayani setiap pembeli yang datang.

"Rose, makan lah dahulu" Joy datang menggantikan posisi Rose, agar teman nya itu bisa beristirahat untuk makan siang selama satu jam, selesai makan, Rose duduk diruang istirhat, kepala nya ia sandarakan pada dinding, sampai ia tertidur.

"Rosie" panggil Jaehyun

"Jam istirahat mu habis" Rose terjengkit kaget.

"Ah, maafkan aku" ia pun terburu-buru ke kamar mandi untuk mencuci muka, lalu kembali menyusul yang lain ke depan, melanjutkan pekerjaan nya.

Sepulang bekerja, Rose tak langsung kembali ke rumah, ia mengunjungi makam Jisoo lebih dahulu.

"Eomma" kaget Jisoo bertemu dengan Sandara secara tak sengaja di makan Jisoo

"Rose" Dara membuka kedua lengan nya dan Rose pun langsung memeluk wanita paruh baya itu.

"Eomma dimana sekarang? Rose ke apartemen tapi eomma sudah tak disana?" Tanya nya cemas, Sandara tersenyum.

"Eomma kembali ke rumah lama" jawab nya.

"Rose boleh ke sana kan eomma?"

"Tentu sayang" mereka berdua pun berjalan bersama menuju ke rumah Jisoo, Sandara langsung membuka toko kelontong nya yang berada di depan rumah mereka.

"Eomma punya toko sekarang" kaget Rose tak percaya, Sablndara hanya tersenyum.

"Ayo masuk" ia mengajak Rose masuk dan duduk di dekat meja kasir nya, sedangkan sang tamu nampak mengamati isi toko yang begitu lengkap.

"Tak ada lagi yang bisa eomma andalkan setelah Jisoo pergi, jadi semua tanggung jawab harus eomma pikul kembali" ujar Sandara, ia tak menceritakan perihal jantung Jisoo dan dari mana ia bisa mendapatkan kembali rumah nya yang pernah ia jual pada Rose, setelah melepas rindu untuk sejenak, Rose pun pamit pulang, ia duduk termenung menunggu bus di halte, pikiran nya terbang entah kemana, tepat di depan Rose, mobil yang Yoona kendarai bersama Rio berhenti, karena lampu lalu lintas menyala merah.

"Ada apa sayang?" Tanya Yoona melohat Rio gelisah.

"Jantung Rio eomma" keluh nya

"Kenapa?" Cemas Yoona

"Rio tidak tahu" jawab nya sambil menekan dada kiri nya sendiri.

"Apa yang kamu rasakan?"

"Detakan nya terlalu cepat eomma"

"Kita temui uncle mu" Yoona langsung melajukan mobil nya, sedangkan Rose, ia nampak celingukan mencari seseorang yang ia rindukan tapi siapa ia tak tahu

"Mungkin karena aku memikirkan oppa" batin nya, ia lalu menaiki bus yang sudah datang.

Yoona tiba di rumah sakit, ia langsung menghubungi Minho yang langsung turun menjemput sang keponakan dilobby

"Kamu masih bisa berjalan sendiri kan?" Tanya Minho, Rio mengangguk.

"Ayo ke ruangan uncle" Yoona mengikuti Rio dan paman nya itu, dan menemani sang putra yang sedang diperiksa oleh sang paman.

"Apa dada mu terasa nyeri?" Tanya Minho, Rio menggeleng.

"Sesak nafas?"

"Tidak uncle"

"Lalu?"

"Hanya detakan nya terasa sangat cepat tidak seperti biasa nya, bukan kah uncle bilang jika Rio merasakan keanehan, Rio harus mengatakan nya?" Balas sang keponakan.

"Iya, kamu benar, Rio masih memimpikan gadis itu?"

"Masih uncle"

"Tidak mungkin ada hubungan nya, pemilik jantung Rio adalah namja" batin Minho.

"Baiklah"

"Bagaimana Minho-yaa?" Tanya Yoona khawatir.

"Normal noona, tidak ada masalah apa-apa" jawab nya juga heran, sebab detak jantung Rio sudah ia periksa tapi tak ada yang aneh.

"Setelah satu tahun, kenapa Rio baru merasakan keanehan nya sekarang?" Heran Yoona.

"Jika nanti dia merasakan hal yang sama lagi, kita akan melakukan pemeriksaan menyeluruh noona, untuk memastikan nya" kata Minho.

"Baiklah, semoga semua baik-baik saja" gumam Yoona.

"Ayo sayang kita pulang" ajak Yoona.

"Terima kasih uncle" ucap Rio pada sang paman.

"Ya, hati-hati boy" Rio memang masih memimpikan perihal gadis bernama Chaeyoung itu setiap hari, tapi sekarang ia tak ambil pusing karena sudah terbiasa, dan mimpi itu pun juga bukan lah mimpi yang menggangu.

#TBC

Heart BeatsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang