Sudah beberapa hari ini Rio dan Rose jadi jarang bertemu, karena sang gadis masih sibuk mencari penerima donor jantung milik Jisoo, dan Rio mengalah tak mencerca Rose dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyelidik karena ia percaya sang kekasih setia.
Tapi nihil, sudah sebulan pencarian Rose, tapi tak ada hasil nya, sampai akhir nya, ia memilih untuk mengunjungi rumah Sandara, yang tanpa di duga, bertepan dengan datang nya orang yang mengirim barang ke toko Sandara, Rose pun melirik surat yang harus Dara tanda tangani.
Deg
"Dokter Choi Minho" batin Rose terkejut bukan main.
"Terima kasih tuan" ucap Sandara, dan pria itu hanya membungkuk hormat.
"Eomma ingat kapan oppa meninggal dunia?" Tanya Rose pada Dara.
"Iya ingat, tanggal empat februari, kenapa?"
"Tidak, Rose pamit dulu eomma" gadis itu buru-buru pergi.
Kriinggg. . .
Ponsel Rose berdering.
"Hallo"
"Hallo oppa"
"Kamu dimana Rose?"
"Aku. . . Aku. . ."
"Aku rindu, kita jarang bertemu sekarang, karena kamu sibuk, apa kamu tak merindukan ku?" Rengek Rio.
"Aku mau ke rumah sakit lagi oppa"
"Kamu sakit? Temui uncle ya, biar aku hubungi dia" Rose terdiam, bingung mencari alasan, ia duduk tak tenang di dalam bus menuju ke rumah sakit.
"Aku jemput kesana ya? Jangan pulang tunggu aku" Rose tak menjawab.
Dan setiba di rumah sakit, Rose berjalan menyusuri lorong ruang ICU.
"Unnie" panggil nya pada Wendy yang tengah bertugas hari itu.
"Rose, kamu disini? Menjenguk siapa?" Tanya Wendy.
"Tidak unnie, aku hanya ingin mencari tahu tentang sesuatu" jawab Rose
"Rosie" panggil Rio, yang juga sudah tiba di rumah sakit
"Oppa tunggu sebentar ya?" Rose memberi kode agar Rio tak mendekat dan menunggu nya lebih dulu, Wendy pun menatap kedua nya bergantian.
"Dia calon suami ku unnie, nama nya Rio oppa" ucap Rose.
"Oh, kamu mau bertanya apa?" Kata Wendy.
"Saat Jisoo oppa meninggal, unnie bertugas waktu itu kan?"
"Iya"
"Apa unnie tahu, siapa orang yang menerima donor jantung oppa?" Tapi yang ditanya malah fokus menatap Rio yang berdiri agak jauh dari mereka, dengan tatapan terkejut, gugup, was-was, ragu, takut, semua jadi satu.