Bab 39||Kesimpulan Sai

4.6K 501 34
                                    

Pada keesokan harinya, Naruto sedang bersantai karena memiliki libur setelah menjalankan misi.  Naruto tidur terlalu larut malam kemarin, dia baru pulang dari Yakiniku saat sudah hampir tengah malam.

Meskipun kemarin sempat ada keributan, untung saja situasinya bisa di kendalikan. Sakura dapat di tenangkan, dan Sai masih tetap seperti biasa yang begitu menyebalkan dengan wajah pucat miliknya. Jadi karena Naruto tidur selama seharian, dia baru saja bangun ketika matahari berada di puncaknya;

Tok!

Tok!

Tok!

Prak!

Brak!!!

“Naruto!!!” suara melengking seorang gadis membuat Naruto langsung berdiri, sehingga dia berjalan keluar dari kamarnya dan membuka pintu rumahnya.

“Sakura-chan, ada apa?” dia mengucek matanya yang masih kelelahan.

“Bangunlah, nona Tsunade memanggil kita.”

Huh, untuk apa nenek tua itu mencari kita?

Naruto mengambil jaketnya lalu dengan malas mengikuti Sakura ke gedung hokage. Ketika mereka tiba di sana, Naruto bisa melihat wajah malas Tsunade, itu membuatnya bertanya lagi.

Jika malas bertemu kami, kenapa memanggil?

“Kalian berdua apa benar berpesta kemarin malam?” Godaime bertanya pada mereka berdua.

Sakura melihat bahwa Naruto tidak dapat di harapkan jadi dia dengan segera menjawab: “Ya, nona Tsunade”

“Dan kalian sama sekali tidak mengundang aku? Apa kalian pikir aku sudah tidak mampu?”

“Nenek, kau kan sudah tua. Berkumpul dengan anak muda, apa yang akan kau lakukan? Sebaiknya nenek berkumpul dengan yang seumuran, seperti ketiga tetua Konoha, sekalian ajak Petapa genit juga.”

“Kau berpikir aku sudah setua itu, anak nakal?” Tsunade menatap kesal pada anak asuhan  Jiraya itu.

“Itukan benar,  aku ingat dulu ketika meninggalkan Konoha, Ero-sanin pernah memintaku memanggilnya kakek jadi itu artinya kau adalah nenekku. Lagi pula kalian berdua sampai sekarang juga masih belum menikah...”

Tsunade memulihkan telinganya agar tidak mendengar ucapan Naruto. Sakura sendiri sudah ingin memukul kepalanya karena telah melanggar privasi wanita. Tapi dia tidak dapat melakukannya disini.

“Sudah selesai bicaranya?” Tsunade bertanya setelah dia tidak mendengar suara Naruto lagi.

“Belum... oh, iya benar. Kenapa nenek tidak menikah? Aku lihat meski Petapa genit mesum, dia selalu memperlakukan nenek dengan cara berbeda, bahkan selalu menuruti nenek untuk mengambil misi, padahal dia suka mengintip gadis-gadis mandi...”

Pukk!

“Berhenti membicarakan hal mesum Naruto!” Sakura berbicara dengan nada kesalnya, bagaimanapun juga mereka jadi membahas tentang pernikahan gara-gara topik random Naruto.

Melihat tindakan Sakura, membuat hati Tsunade diam-diam menghangat. Dia bisa melihat bayangan dirinya dalam diri Sakura ketika dia marah pada Jiraiya.

Membuatnya kembali mengingat masa lalu lagi, Tsunade mengetahui perasaan Jiraiya padanya, sayangnya dia tidak suka dengan pria mesum yang suka mengintip gadis-gadis muda mandi di pemandian air panas.

Jadi itu sudah tidak mungkin jika dirinya dan Jiraiya akan menikah. Di sisi lain, Tsunade memiliki cintanya sendiri. Dia jatuh cinta dengan seorang pemuda di masa mudanya, sayangnya cinta itu tidak mendapatkan akhir yang bahagia.

KELAHIRAN KEMBALI UNTUK MENGIKAT MATAHARI ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang