Bab 48||Kakak

5.2K 543 22
                                    

Sasuke berlari dengan cepat, menelusuri hutan. Dia belum lama ini mendapatkan informasi seperti yang terjadi di kehidupannya yang dulu, Itachi kakaknya sedang menunggu dirinya di sana.

Tempat pertarungan mereka...

Jantungnya berdetak lebih cepat, dan napasnya tidak baik, disudut matanya ada genangan air. Hatinya terasa sakit, dan pikirannya terus saja memberikan memori masa lalu yang sudah berniat dia lupakan.

Rasa sakit yang ditinggalkan oleh kakaknya sendiri, di malam pembantaian klan mereka. Tangisnya ingin pecah, tapi dia tidak dapat melakukannya sekarang.

Padahal belum lama ini, Sasuke baru saja merasa senang dengan hati yang berbunga-bunga karena sudah berhasil mengaku pada Naruto.

Siapa yang akan menyangkah, di perjalanan mereka bertemu dengan orang suruhan Itachi.

“Itachi sialan!”

Dia berteriak, karena sudah tidak dapat menahannya lagi.

Karin hanya mengikuti Sasuke, dia merasa iba pada pemuda itu. Baru saja merasakan cinta sekarang dia harus merasakan perasaan sesak seperti ini.

Karin tidak suka.

Dia lebih suka Sasuke dengan perasaan yang hangat dari pada Sasuke dengan perasaan yang buruk seperti ini.

“Karin, dimana dia sekarang?”

“Lurus, sudah dekat.”

Jadi, Sasuke bergegas untuk menuju ke tempat dimana kakaknya berada sekarang. Sebenarnya dia tahu, tapi tampaknya agak aneh jika tiba-tiba Sasuke tidak bertanya pada Karin.

Di kehidupan yang lalu, dirinya bertarung dengan sang kakak.  Mereka benar-benar menghancurkan lokasi tempat pertarungan mereka.

Situasi yang membuat Sasuke benar-benar terkejut ketika Itachi kembali melakukan kebiasaan lamanya dengan mematok dahi Sasuke dengan tangannya.

Kemudian, setelah kematian kakaknya Sasuke baru tahu tentang segalanya. Bahkan dia mengetahui tentang penyakit yang sudah sejak lama di derita oleh Itachi.

Hatinya sekarang kembali rapuh, sebenarnya dia tidak tahu apa apa yang sebaiknya dia lakukan saat bertemu dengan kakaknya lagi.

“Sasuke, masuklah. Aku akan menjaga tempat ini.”

“Hn,”

Jadi Sasuke pergi meninggalkan Karin sendiri, gadis berkacamata itu lalu menghela napasnya; “Paling tidak ucapkan terima kasih, baka.”

Memasuki tempat itu, jantung Sasuke berdetak kencang meskipun tidak seekstrim saat dia berhadapan dengan Dobe kesayangannya.

Ruangan itu tidak terlalu terang, tetapi Sasuke masih bisa merasakan aura kakaknya. Ada bayangan seseorang yang terlihat sedang duduk, dan menatapnya ke.vali dengan mata yang sama seperti malam itu.

Deg!

Pria dengan rambut yang agak panjang dan wajah yang sama persis dalam ingatan kehidupan masa lalunya duduk di kursi kebesaran seperti seorang pemimpin klan.

Wajah keriput!

Hei, ayolah Sasuke tidak menyadari itu sebelumnya. Perasaan saat dia kecil, kakaknya tidak memiliki keriput tua seperti kakek-kakek.

Kenapa sekarang lebih parah, atau dirinya yang memang tidak peka sebelumnya?

Entahlah, yang terpenting sekarang adalah Apa yang harus aku lakukan sekarang!

Menyerang kakaknya

Atau

mengomelinya?

KELAHIRAN KEMBALI UNTUK MENGIKAT MATAHARI ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang