13.cairan merah

18 2 0
                                    

"Bunda!? "

"D-darah siapa itu? "

Rendra tak sanggup untuk memberitahu vania darah siapa yang ada di jaket milik Rendra itu

"JAWAB BUNDA NARENDRA MAHEZA"

"Nauren bun" jawab Rendra dengan nada yang bergetar

"Kamu pasti becanda kan?! "

"Rendra ga bercanda bun ini darah nauren "

"Gak ga mungkin itu banyk banget" ucap vania dengan nada yang bergetar hebat

Dan sekarang vania terlah terjatuh lemah di lantai rumah sakit sambil melihat darah yang terus menetes ke lantai

Vania menangis sejadi jadinya merasa tka percaya dengan apa yang ia lihat sekarang

"P-papahh"

"Kamu kenapa sayang kok nangis? "

"Nauren kecelakaan pahh" ujar vania dengn nada yang bergetar

"APAA?! "

"Bercanda nya ga lucu banget sih bun"

"Bunda ga bercanda pah bunda serius"

Di sisi lain eksa pun sudah terduduk lemas di dekat meja kantornya panggilan itu telah usai dengan suara tangisan vania

Dengan tergesa-gesa eksa pun berlari menuju parkiran lalu menuju rumah sakit di mana nauren di rawat bi aya telah mengirimkan lokasi rumah sakit tersebut

Eksa mengendarai mobil dengan sangat mengebut bahkan beberapa kali ia hampir saya menabrak pengendara lain namun eksa tak menghiraukan itu tujuan eksa hanya menemui nauren ia takut jika ini merupakan pertemuan dengan anak nya untuk yang terakhir kali

Setelah sampai di depan ruang IGD eksa pun menghampiri vania yang telah terduduk lemas di lantai

"Darah? "

Benar saja rendra terlalu sibuk untuk menenangkan vania hingga lupa untuk menyingkirkan jaket tersebut

"Darah siapa? Itu jaket kamu kan Rendra jawab papah itu darah siapa"

Rendra ragu untuk menjawab pertanyaan eksa setelah apa yang terjadi kepada vania setelah mengetahui darah siapa yang ada di jaket nya itu

"Non nauren tuan" jawab bi aya sedikit terbata bata

Cairan bening telah membasahi pipi semua orang yang ada di sana dan tak lama dari itu dokter bersama suster pun keluar dari ruang IGD

"Keluarga korban? "

"Saya papah nya"

"Saya ibu nya dok"

"Ikut saya ke ruangan saya ingin berbicara tentang keadaan nauren"

Mereka pun berjalan menuju ruangan dokter tersebut dan hanya tersisa bi aya dan Rendra

"Bi Rendra takut"

"Bibi lebih takut den dari tadi malah"

"Bibi takut kenapa? "

"Jaket nya den Rendra masih di pegang gitu aja Bibi takut sma darah den " jawab bi aya sambil menujuk ke arah jaket tersebut

"Sini kasih ke gue biar gue yang nyimpen cuci tangan lo " ucap jendra tiba tiba datang ntah dari mana

"HEH SETANN, ngagetin mulu lo jin"

"Buruan."

"Iya nih " jawab Rendra sambil memberikan jaket nya kepada jendra

"Bentar ya bi Rendra cuci tangan dulu"

SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang