002. Not give up

5.3K 303 8
                                    

Akhirnya bel pulang yang Kanaya tunggu-tunggu terdengar. Gadis itu segera mengemas buku dan alat tulisnya ke dalam tas kemudian berlari keluar kelas dengan tergesa.

"Nay! Tunggu!"

Kanaya menghentikkan langkahnya begitu mendengar pekikan Seira--teman terdekatnya.

"Lo mau kemana sih buru-buru banget?" tanya Seira penasaran.

"Mau nemuin Sean."

"Lo udah pacaran sama Sean?" tanya Seira lagi. Kanaya sontak mengerutkan alisnya.

"Nggak. Kata siapa gue pacaran sama Sean?"

"Lo gak tau kalo fans fans fanatik Sean pada gibahin lo. Mereka bilang kalo lo udah kegenitan sama Sean sampai dia mau deket sama lo."

Mendengar hal itu, Kanaya mengerling bola matanya. "Dulu, gue emang sempat mengagumi dia. Tapi sekarang, nggak lagi, Ra. Gue cuma temenan sama Sean. Lo jangan kemakan omongan mereka."

Seira terdiam sejenak. "Ohh begitu. Yaudah deh. Tuh Sean baru keluar kelas, Nay."

Kanaya menoleh ke arah kelas yang Seira tunjuk. "Yaudah gue duluan ya, Ra. Byee!"

"Bye, Nay!"

Setelah berpamitan, Kanaya kembali berjalan menghampiri Sean yang sedang bercanda dengan beberapa temannya.

"Sean."

Saat melihat Kanaya melambai tangan padanya, Sean segera berjalan menghampiri gadis itu. Alhasil teman-teman Sean saling bersiul menggodanya. "Kenapa, Nay?"

"Gue minta nomor Zean."

"Nggak."

Kanaya mengerut alisnya. "Pelit amat sih lo."

"Dia bakal marah sama gue kalo ngasih nomornya ke oranglain tanpa sepengetahuan dia."

"Dia udah tau kok. Gue udah bilang sama dia waktu di taman," ujar Kanaya mencari alasan.

"Kalo gitu, kenapa gak lo minta langsung aja kemarin?" tanya Sean heran.

Kanaya terdiam seribu bahasa. Dia sudah ketahuan berbohong.

"Zean bukan orang yang mudah di ajak berteman, Nay. Zean itu sangat pemilih. Dan kayaknya dia gak terlalu suka sama lo."

"Apa?" Mata Kanaya melotot tak terima. "Emangnya dia bilang kayak gitu sama lo hah?!"

"Ya, nggak sih." Sean menatap Kanaya sinis. "Lebih baik lo nyerah aja, Nay. Lo gak mungkin bisa dekat dengan Zean."

"Gak! Gue gak akan nyerah!" pekik Kanaya cepat. "Liat aja, ya, An. Gue bakal cari seribu cara buat bisa lebih dekat sama dia."

Mendengar itu Sean pun terkekeh meremehkan. "Serah lo, deh, Nay."

.....

Selesai makan malam bersama kedua orangtuanya, Kanaya langsung beranjak menuju kamarnya di lantai dua. Menutup pintu, kemudian duduk di kursi meja belajar seraya menidurkan kepalanya di atas tumpuan tangan. Tatapan gadis itu tertuju ke arah langit malam yang dihiasi beberapa bintang.

Terimakasih Kanaya. Tapi aku gak mau kamu tenggelam karena ombak yang datang suatu hari ini.

"Apa itu artinya Zean gak mau berteman dengan gue?" gumamnya pelan. Kanaya benar-benar dibuat bingung dengan ucapan Zean kemarin. Karena setelah mengutarakan hal itu, Zean langsung bangkit berdiri kemudian pergi begitu saja dari taman.

"Sebenarnya apa yang ada dipikiran Zean tentang gue?"

Drtt. Drt.

Mendengar ponselnya bergetar, Kanaya meraih benda pipih yang tergeletak tak jauh dari jangkauannya itu. Kemudian memeriksa notip yang barusaja masuk.

08********1.

Ini Zean. Apa kamu udah tidur Kanaya?

Kanaya langsung menegakkan tubuhnya dengan mata yang membulat kaget. "Zean chat gue?" monolognya masih tak percaya.

Sekali lagi, Kanaya memastikan pesan itu. Tapi tulisannya tetap tidak berubah yang artinya ia tidak sedang berkhayal. "Gue gak halu. Ternyata ini beneran." Kanaya pun segera mengetik balasan untuk Zean.

Belum, Ze.

Kamu lagi belajar?

No. Aku lagi mikirin seseorang.

Siapa? Pacar kamu?

Kanaya tersenyum gemas begitu membaca balasan Zean. Kenapa Zean langsung berkesimpulan seperti itu? Sangat lucu sekali.

Bukan. Aku anak baik jadi
gak pacaran.

Bagus, Na.

Kembali senyum Kanaya terbit.

Aku lagi liat bintang di langit, Ze.

Aku juga.

Kamu suka bintang atau bulan?

Aku suka langit. Bukan bintang atau
bulan.

Kenapa?

Karena langit warnanya biru.

Sekarang aku tau kalau kamu suka
warna biru, Ze.

Iya. Ze menyukai warna biru. Kamu
segera tidur Naya, karena besok harus sekolah.

Oke, Zeeeee.
Selamat malam ^-^

Malam ^^

....

Kanaya langsung meloncat ke atas kasur dan berguling-guling kesenangan di sana. Kanaya benar-benar ingin berteriak sekeras-kerasnya. Ia sungguh gemas saat Zean menyebut dirinya sendiri 'Ze.'

"Iya. Ze menyukai warna biru. Aarrghhh!!" Karena tak tahan, Kanaya akhirnya meninju bantal gulingnya berkali-kali.

Ceklek.

"Naya, kamu kenapa jerit-jerit gitu? Kamu baik-baik aja kan?"

Kanaya langsung menoleh ke arah pintu begitu mendengar suara ibunya. "Ka-kanaya gak apa-apa, Mah! Kanaya cuma lagi nonton drama korea jadinya ikutan salting hehehe."

"Ohh pantesan," ujar Nina kemudian berkata lagi, "Udah malem, Nay. Jangan nonton terus. Kalau ayah tau pasti kamu dimarahin. Cepetan tidur."

"I-iya, Mah! Kanaya tidur."

Setelah Nina kembali menutup pintu kamar dan pergi, Kanaya kembali berguling-guling bak orang kesurupan.

"Zean Mahesyaka. Lo harus tanggungjawab karena udah buat gue kayak orang setres!"

.
.
.
.
.
.
.
.

Silent Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang