Zean menutup pintu kamar lalu berjalan ke arah kalender duduk yang berada di meja belajarnya.
Ia memeriksa tanggal yang dilingkari dengan bentuk love itu. Kemudian tersenyum saat mengetahui satu bulan lagi mendekati tanggal ulang tahun orang yang istimewa baginya.
Zean pun duduk di kursi. Menarik laci, lalu mengeluarkan beberapa cetak foto yang selalu ia simpan dengan baik dalam sebuah album.
Ini pemberian seseorang. Zean juga tak mengerti kenapa orang itu memberikan foto-foto ini padanya dan meminta untuk disimpan dengan baik.
Jika dihitung, ada tiga belas foto.
Dengan senyuman yang sama.
Senyuman seorang gadis kecil hingga menjadi remaja.
Dalam setiap foto, ada kue ulang tahun.
Ya, karena foto itu diambil setiap satu tahun kali. Tepatnya di hari ulang tahun.
Zean terus menggulir setiap album. Memeriksa senyum menggemaskan si gadis dari tahun ke tahun.
Zean jadi iri.
Kalau dia masih ada, foto-foto ini pasti akan terus tercetak setiap tahun sampe kamu dewasa. Batin Zean.
Disituasi ini, apakah mungkin jika dirinya merayakan hari ulang tahun gadis itu?
Itu mustahil. Zean pikir itu pasti tidak akan terjadi. Karena gadis itu sudah sangat membencinya. Dan keadaan tidak memberi celah untuk membuat Zean tetap berada didekatnya.
Maka Zean putuskan. Untuk memberikan album-album ini sebagai hadiah.
Lebih baik aku berikan ini besok. Karena kalau aku kasih bulan depan, dia pasti gak mau menerimanya.
.....
Kanaya turun dari kamarnya untuk makan malam bersama keluarga kecilnya.
Tangan dan matanya sibuk berkutat pada ponsel saat berjalan menuruni tangga.
"Kanaya perhatikan langkah kaki kamu."
Suara ayah menyeruak di telinga Kanaya. Gadis itu mendongak cepat lalu menurunkan ponsel ke samping tubuh.
Reyhan menghela napas kasar kala Kanaya sudah duduk bergabung di meja makan.
Pasalnya, putrinya terus sibuk berkutat pada ponsel.
"Tangan satu pegang hp satunya lagi pegang sendok. Heran banget ayah liat anak jaman sekarang."
"Ihh ayah ngomel terus."
"Kalau gak mau di omel ya nurut," balas Reyhan.
"Kanaya lagi bahas tugas sekolah ini."
"Setelah makan kamu baru bisa bahas supaya fokus. Cepat simpan ponselnya." Reyhan menodong ponsel dengan sendok ditangannya.
Kanaya pun cemberut. "Ayah jahat."
"Cepat makan."
Nina tersenyum melihat interaksi keduanya. Ia bersyukur keadaan rumah jadi membaik beberapa bulan ini, karena setelah kejadian Reyhan menampar Kanaya keadaan rumah sempat hening dan suram.
Ayah dan anak itu sempat bermusuhan. Karena Kanaya ngotot ingin mencari bukti tentang kakaknya.
Tapi sekarang Nina bersyukur karena Kanaya tidak lagi membahas soal kematian Raya dan memilih melupakannya.
"Bulan depan ulang tahun Kanaya, tanpa kak Rara lagi. Pasti sepi banget," ucap Kanaya ketika makannya sudah habis.
Reyhan dan Nina langsung terdiam dan saling menatap satu sama lain.
Tak lama Nina tersenyum. "Kan ada mama dan ayah sayang. Kok sepi sih?"
"Sepi aja, Mah. Gak ada yang beliin Kanaya donat kesukaan Naya lagi."
"Ayah belikan, sayang. Sudah jangan sedih. Bukannya kamu lagi bahas tugas sekolah? Sana pergi ke kamar."
Kanaya mengangguk. "Yaudah Kanaya ke kamar duluan. Selamat malam."
Kanaya naik menuju lantai dua setelah mendapat kecupan hangat sang ibu. Tiba dikamar, cepat-cepat ia mengetikkan pesan pada Seira.
Seira cepu.
Gue udah lapor polisi. Mereka bakal ngeluarin surat penangkapan. Gue gak sabar, Ra.
Lo yakin polisi bakal nangkap mereka?
Kalau gak ditangkap gue bakal terus datang ke kantor polisi setiap hari.
Gila lo.
Emang.
Kanaya merebahkan tubuhnya ke atas kasur sembari tersenyum senang. Ia benar-benar tak menyangka Seira dapat membantunya mencarikan bukti.
Selama ini Kanaya dn Seira sangat bekerja keras. Keduanya terus menggali informasi di internet melalui berita kecelakaan yang di alami Raya.
Seira bahkan membaca satu per satu kolom komentar hingga menemukan satu komentar yang cukup aneh.
'Itu bukan kecelakaan. Itu pembunuhan yang disamarkan.'
Kanaya terkejut saat mengetahui bahwa ada oranglain yang curiga bahwa itu adalah pembunuhan.
Kanaya ingin bertemu dengan orang itu namun, ternyata tidak sengampang itu karena akun orang tersebut sudah lama mati.
Maka dari itu Kanaya menyuruh seorang hacker untuk meretas akunnya.
Hingga akhirnya, Kanaya tau alamat pribadinya.
Semua hal terasa berjalan mulus. Orang itu bersedia menjadi saksi.
Karena ia punya bukti dalam sebuah video.
Pria berumur 26 tahun itu merekamnya.
Saat supir truk yang menabrak mobil Raya tampak memeriksa kondisi Raya sebelum pergi ke arah satu mobil hitam di sebrang jalan.
Di dalam mobil tersebut ada Radith. Si sopir truk berbicara pada Radith.
Itu terekam jelas dalam video.
"Kayaknya hadiah ulang tahun Kanaya kali ini adalah, mengungkap kematian kak Rara di pengadilan."
Ucapnya sebelum menutup mata.
..
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love (END)
Teen FictionSebelumnya, aku ingin dikenal ketika mereka belum tau aku bisu. Tapi mereka menjauh saat tau aku bisu. Kenapa kamu gak begitu, Kanaya?