Hai, jumpa lagi kita 🤗
Vote dulu yuk sebelum baca. Dan jangan lupa ramein kolom komentar biar ni cerita keliatan rame gitu 🙃
Selamat membaca!
────────────────────────────────────────────
Bukan hal yang mudah untuk kabur dari Kastil Quinte yang memiliki penjagaan luar biasa ketat. Tapi bukan Isvara namanya jika tidak berhasil melalui penjagaan yang ketat itu. Sebagai seorang agen, ia tidak hanya dituntut harus cerdas, namun perlu melakukan penalaran yang presisi dan perhitungan akurat saat bertindak. Seorang agen juga harus memiliki gerakan yang lincah, mampu memahami keadaan dan bisa mencari jalan keluar dari masalah yang kompleks.
Setelah berhasil turun dari lantai dua kastil melalui jendela yang terletak di peraduannya, yakni dengan cara merayap di dinding, selanjutnya Isvara perlu mengecoh beberapa prajurit yang memang sudah tugasnya berkeliling menjaga keamanan sisi luar bangunan kastil. Menimbulkan suara dengan melempar batu ke sisi lain yang berlawanan dengan arah yang ingin ia tuju, begitulah caranya mengecoh prajurit. Setelah mereka terkecoh barulah ia memanfaatkan kelengahan mereka untuk menuju ke semak bunga mawar yang sempat ia kunjungi bersama Ellis.
Isvara mendapatkan hambatan saat menuju ke semak bunga mawar. Ada dua prajurit yang kebetulan sedang berkeliling ke sana dan menyadari keberadaannya. Ia tidak memiliki pilihan lain selain melawan. Setelah berhasil membuat mereka tidak sadarkan diri, barulah ia memanjat tembok di sana yang memiliki ketinggian kurang lebih 10 meter. Saat berjalan-jalan bersama Ellis ke area semak bunga mawar, Isvara melihat ada sisi tembok di bagian sana yang tidak rata. Oleh sebab itu ia memanfaatkan kondisi tembok yang tidak rata itu sebagai pijakan ketika memanjat.
Setelah berhasil memanjat tembok, yang dilakukan Isvara berikutnya adalah menceburkan dirinya ke sungai. Beruntung, karena curah hujan sedang tinggi maka air di sungai itu mengalir deras dan tidak dangkal. Sehingga resiko bahaya yang ia terima jauh lebih sedikit saat mendarat. Setelah keluar dari sungai pun Isvara masih perlu berhati-hati, sebab Kastil Quinte memiliki beberapa menara pengawas yang memang berfungsi untuk mengamati area sekitarnya.
Begitulah kisah singkat tentang usaha Isvara kabur dari kastil. Kini ia telah resmi menjadi gelandangan dan luntang-lantung tanpa memiliki tujuan. Bahkan semalam ia tidur di atas pohon karena tidak tahu harus tidur di mana. Tidak masalah, bagi Isvara ini malah menyenangkan karena ia adalah orang yang memiliki jiwa bebas, suka berpetualang dan menyukai tantangan.
Matahari belum terbit ketika Isvara meninggalkan pohon yang ia gunakan untuk beristirahat, lalu ia menuju ke pasar untuk membeli pakaian ganti. Gaun yang ia kenakan tampak lusuh, gaun ini juga membuatnya tidak nyaman karena bagian bawahnya hingga menyapu tanah. Oleh sebab itu ia perlu membeli pakaian ganti.
Walau matahari belum nampak, pasar yang Isvara kunjungi telah ramai aktivitas antara penjual dan pembeli. Layaknya pasar tradisional pada umumnya, kawasan ini dipadati dengan suara pedagang yang menjajakan dagangannya, serta pembeli yang berlalu lalang memilih apa yang diinginkan. Barang-barang yang dijual pedagang di pasar ini cukup beraneka ragam. Tidak hanya sembako, ada juga pedagang yang menjual makanan yang sudah matang, lalu ada penjual pakaian, alas kaki, aksesoris wanita, peralatan dapur, dan masih banyak lagi.
"Tadi saat perjalanan kemari ada prajurit yang bertanya padaku, prajurit itu mencari keberadaan seorang wanita."
"Seorang wanita? Siapa wanita itu? Pencuri atau siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle of Life
FantasyBukannya pergi ke alam baka setelah insiden penembakan yang ia alami, namun pada saat membuka mata, pemandangan yang pertama kali dilihatnya adalah wajah seorang pria rupawan yang membayang tepat di atasnya. Ia dan pria itu sama-sama telanjang dan p...