48. Hatred

55K 5.8K 809
                                    

Malam....

Maaf gais baru bisa up karena moodnya nulis lagi jelek banget dan idenya jadi ga mengalir dengan lancar deh 😩 mohon dimaklumi yak 🥹

Vote dulu yuk sebelum baca. Dan jangan lupa ramein kolom komentar 🙂

Selamat membaca!

────────────────────────────────────────────

"Silakan duduk, Selir Isvara," ujar Gaver saat Isvara memasuki ruangannya.

"Terima kasih," balas Isvara seraya mendudukkan diri di bangku yang berada di depan meja kerja Gaver.

"Tidak biasanya kau datang menemuiku, apakah ada hal penting yang ingin kau bicarakan?" tanya pria yang menjabat sebagai penasihat kerajaan tersebut.

"Begini, saya ingin berbisnis sepatu dan sandal. Apakah Anda bisa membantu saya mencari perajin yang bersedia bekerja sama dengan saya?" Isvara mengutarakan maksud dan tujuannya kemari.

"Aku akan membantumu mencari perajin sepatu dan sendal." Gaver langsung menyahut dengan cepat, ia sama sekali tidak keberatan membantu Isvara.

"Emm, Penasihat Gaver, sebenarnya saya memiliki kendala dalam finansial. Saya tidak memiliki modal untuk menyiapkan bahan baku pembuatan sepatu dan sendal," akunya.

"Tidak perlu cemas masalah modal. Kau bisa meminjam dana kerajaan dan mengembalikannya saat bisnismu sudah mulai berjalan."

Isvara tersenyum seiring dengan kalimat yang terucap dari bibirnya. "Terima kasih banyak."

"Aku dengar, sepeda hasil ciptaanmu dan Tristan diminati banyak orang. Sudah berapa pesanan yang masuk?" kata Gaver berganti topik pembicaraan.

"Baru 27 orang yang memesannya, belum mencapai ratusan bahkan ribuan. Dan yang memesannya juga baru masyarakat yang tinggal di sekitar kastil."

"Itu karena masyarakat dari desa lain belum mengenal dan bahkan melihat secara langsung seperti apa sepeda kayuh. Lama kelamaan sepeda kayuh akan dikenal masyarakat luas dan aku yakin, mereka akan tertarik untuk memilikinya karena harganya pun juga terjangkau."

"Ya, saya juga berharap pesanan sepeda kayuh akan bertambah dan bahkan hingga ke luar kerajaan."

Isvara dan Penasihat Gaver masih lanjut berbincang membahas beberapa hal. Entah itu membahas pembangunan rumah produksi tekstil dengan mesin uap, membahas bisnis busana yang sedang Isvara geluti, dan lain sebagainya. Sekitar 20 menit berikutnya barulah Isvara berpamitan karena ia harus mengawasi para pekerja yang turut serta dalam kegiatan pembuatan busana hasil rancangannya sendiri.

✮✮✮✮✮

Hari ini Sebastian mengajak istrinya, yaitu Ellen untuk menjenguk putri semata wayangnya yang terbaring lemah di ruang perawatan kastil. Mereka berdua tidak sengaja berpapasan dengan Isvara serta pelayan pribadinya saat menuju ruang perawatan. Lalu di belakang Isvara ada empat prajurit yang mengawalnya.

Isvara sempat tersenyum singkat dan menundukkan kepala hanya untuk sekedar beramah tamah dengan mereka. Berbeda dengan Sebastian yang memilih mengabaikan sapaan Isvara, Ellen menyapa balik Isvara dengan tersenyum ramah dan juga menundukkan kepalanya sekilas.

Miracle of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang