22. Be a Suspect

69.6K 7.3K 2.1K
                                    

Malam...

Btw, terima kasih untuk 1,7k+ komen di chapter sebelumnya 🤍

Jangan lupa vomen 🙂

Selamat membaca!

────────────────────────────────────────────

Selepas penemuan barang bukti berupa pisau berlumur darah dan juga perhiasan milik korban, Isvara sebagai tersangka dibawa ke penjara bawah tanah untuk menjalani proses interogasi. Di salah satu ruangan yang berada di penjara bawah tanah itu, Isvara diminta untuk berbaring di atas meja kayu. Berikutnya, mereka mengikat kedua kaki Isvara dan kedua tangannya pun juga terikat ke atas.

Isvara sama sekali tidak memberontak telah diperlakukan seperti penjahat. Sebab, tidak ada gunanya meraung dan melakukan pembelaan ketika ia dicurigai terlibat dalam kasus kejahatan. Barang bukti ditemukan di peraduannya, secara otomatis ia telah menjadi orang yang tertuduh dalam kasus penikaman Yelena.

"Selir Isvara, kami paham bahwa kau baru saja melakukan kesalahan. Semua akan menjadi lebih mudah jika kau mengatakan yang sebenarnya kepada kami." Salah satu petugas mulai melakukan interogasi.

"Baik kau menggunakan metode interogasi dengan cara baik-baik, hingga metode interogasi dengan cara menghancurkan, jawabanku tetaplah sama, bukan aku pelakunya," jawab Isvara dengan tenang.

Petugas itu mengabaikan perkataan Isvara. "Menurut kesaksian yang kami peroleh, kau dengan selir Yelena juga sempat bertengkar dan sebelumnya kau juga memukul selir Yelena," ucapnya.

"Ya, aku tidak akan mengelak pernah bertengkar dan memukul selir Yelena. Walau sebelumnya aku dan dia terlibat pertengkaran, bukan berarti aku orang yang telah menikamnya."

"Jangan lupakan barang bukti yang ditemukan dalam peraduanmu, Selir Isvara."

"Ada yang memfitnahku," dengus Isvara.

"Apakah semalam kau keluar peraduan?"

"Ya. Aku ke peraduan Yang Mulia untuk memenuhi panggilannya."

"Pada pukul berapa kau ke peraduan Yang Mulia?"

"Antara pukul sembilan hingga sembilan lebih lima belas menit."

"Jam berapa kau keluar dari peraduan Yang Mulia?"

"Jam sepuluh lebih tapi tidak lewat jam sebelas malam."

"Apa yang kau lakukan usai dari peraduan Yang Mulia?"

"Masuk ke peraduanku dan tidur," jawab Isvara seadanya.

Isvara melirik petugas yang sedari tadi menginterogasinya, pria itu kini berbisik-bisik dengan petugas lain yang juga berada dalam ruangan ini.

Tak lama kemudian, mata Isvara membelalak lebar ketika salah satu petugas menutup wajahnya dengan kain. "Aku sudah mengatakan yang sebenarnya!" serunya.

Isvara sedikit bisa menebak, teknik interogasi apa yang akan mereka lakukan untuk menekannya. Kini kedua tangan dan kakinya terikat, ia tadi juga melihat bak air, dan sekarang wajahnya ditutup oleh kain. Mereka jelas akan menggunakan teknik interogasi berupa waterboarding. Ya, jika di dunianya dulu ini dinamakan waterboarding. Bahkan badan intelijen tempat di mana Isvara bernaung, pernah menggunakan penyiksaan semacam ini untuk menekan penjahat.

Miracle of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang