27. Rebel

70.7K 8.2K 2K
                                    

Malam....

Ada yang nungguin update?

Vote dulu yuk sebelum baca. Dan jangan lupa ramein kolom komentar 🙂

Selamat membaca!

────────────────────────────────────────────

"Saya menghadap Anda, Pangeran Javas. Apakah ada yang bisa saya bantu?" ujar prajurit begitu masuk.

Pangeran Javas mengabaikan prajurit lantaran wanita penyusup itu berbicara padanya sambil menampilkan sedikit wajahnya dari pintu kamar mandi yang tidak tertutup rapat.

"Kita bisa bicarakan ini baik-baik, Pangeran. Usir prajurit itu," ucap wanita itu dengan nada rendah.

Pangeran Javas termenung sesaat karena benaknya sedang memikirkan sesuatu. Jika wanita itu penjahat, bukankah seharusnya dia langsung berlutut dan meminta ampunan? Tapi wanita yang entah siapa namanya itu, malah bersembunyi di dalam sana. Reaksi macam apa itu?

Dan melihat ekspresi wanita itu, alih-alih menunjukkan ekspresi ketakutan karena kepergok menyusup kemari dan akan ada hukuman yang menantinya, wanita itu justru menampilkan ekspresi merengut seolah sedang menunjukkan ketidaksetujuan berbalut kekesalan nan pekat.
Persis seperti ekspresi anak kecil yang sedang bermain petak umpet dan bersembunyi, lalu persembunyiannya diketahui oleh lawan. Reaksi yang terlihat dari wanita itu bukan layaknya reaksi pelaku kejahatan yang baru saja tertangkap.

Kemudian Pangeran Javas menoleh ke arah prajurit. "Keluarlah, aku akan memanggilmu jika membutuhkan sesuatu," putusnya.

Pangeran Javas mengurungkan niat untuk bertanya pada prajurit tentang keberadaan wanita itu di peraduannya. Tiba-tiba ia ingin mendengar jawaban secara langsung dari wanita itu. Jika benar wanita itu memiliki niat jahat, ia sendiri yang akan menghukum dan menyeretnya ke penjara.

Prajurit itu tampak mengerutkan kening, ia pikir Pangeran Javas memanggilnya karena ada hal penting atau mungkin memerlukan sesuatu. "Baik, Pangeran. Saya akan memanggil pelayan kemari untuk membersihkan peraduan Anda."

Pangeran Javas pulang ke kastil tanpa pemberitahuan sebelumnya, sehingga peraduan beliau yang biasanya kosong kini belum dibersihkan. Tapi prajurit itu keheranan setelah pandangannya terarah ke perapian. Ada sisa bara api yang masih menyala dalam perapian. Lalu di depan perapian terdapat gaun yang terpentang di atas kursi. Kemudian ia melihat ubi tergeletak di atas meja. Namun prajurit itu tidak sempat berpikir terlalu banyak, karena suara Pangeran Javas yang terdengar menyudahi pertanyaan-pertanyaan yang terlintas di benaknya.

"Tidak usah sekarang, tidak banyak debu di ruangan ini. Keluarlah."

"Baik, Pangeran. Kalau begitu saya permisi." Prajurit itu membungkuk sopan sebelum keluar peraduan.

Pangeran Javas kemudian membuka pintu itu lebar-lebar dan beradu pandang dengan wanita yang berdiri tidak jauh dari posisinya berada. Wanita itu tersenyum padanya dan ia hanya berekspresi datar tanpa ingin membalas senyum aneh wanita itu.

"Peraduan ini terkunci dari luar. Kuncinya ada bersamaku dan satu kunci lagi dipegang oleh Carlos. Apa kau berada di sini karena Carlos yang membukakan pintu untukmu?"

Miracle of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang