Malam...
Baru update karena baru kelar ketik.
Btw, terima kasih untuk 1,3 k komen di chapter sebelumnya 🤍
Vote dulu yuk sebelum baca. Dan jangan lupa ramein kolom komentar biar ceritanya terlihat rame gitu 🥹
Selamat membaca!
────────────────────────────────────────────
Tabib yang ikut dalam rombongan baru saja selesai mengobati Isvara. Tidak ada luka dalam serius yang Isvara dapatkan, kecuali bagian punggung kiri atas yang terkena sayatan pedang, serta beberapa bagian tubuh lain yang juga terkena pedang namun tidak terlalu dalam seperti yang berada di punggung. Setelah menjahit luka di punggungnya, tabib memberikan botol ramuan cair yang cara pemakaiannya dibalurkan ke bagian luka.
Sepeninggal tabib dari tenda yang Isvara tempati, kini Ellis membalurkan ramuan ke punggung Isvara. Sementara itu, Isvara sedang menyantap sup ayam sebagai menu makan malamnya. Makan malam yang sudah terlambat sebenarnya, sebab saat ini hari sudah hampir larut malam.
"Beruntung, Anda menguasai ilmu bela diri, Selir. Sehingga Anda bisa melakukan perlawanan dan tidak berakhir tragis seperti selir Lysia yang mengalami kekerasan seksual." ujar Ellis dari balik punggung Isvara.
"Tau dari mana selir Lysia mengalami kekerasan seksual? Tabib yang menyebarluaskan hal itu?"
"Bukan, Selir. Saya mengetahuinya dari pelayan yang membantu membersihkan tubuh selir Lysia. Mereka bilang, banyak itu....emm, maksud saya, cairan milik pria banyak ditemukan di tubuh selir Lysia."
"Mulut orang yang suka mengumbar aib orang lain itu seharusnya dijahit. Apalagi yang dibicarakan aib orang yang sudah meninggal," dengus Isvara.
Ya, nyawa selir Lysia pada akhirnya tidak tertolong setelah terluka parah di bagian punggung akibat tusukan pedang yang tembus hingga paru-paru.
Mengingat tentang kejadian itu, membuat Isvara memelankan kunyahan makanan di mulutnya. Ia berada di sana ketika manusia-manusia biadap itu menyakiti fisik selir Lysia dan berlanjut memperkosa selir Lysia secara bergilir. Tak sampai di situ, dengan kejamnya pemimpin bandit menusuk punggung selir Lysia dengan pedang. Sungguh malang sekali nasib selir Lysia.
"Padahal aku ada di sana, tapi aku tidak bisa menolongnya," keluh Isvara penuh sesal.
"Bukan salah Anda, Selir. Lagipula justru selir Lysia yang minta maaf pada Anda, bukan?"
Ketika Ellis tadi menemani Isvara ke tenda milik selir Lysia, sebelum menutup mata untuk selama-lamanya, selir Lysia sempat meminta maaf pada selir Isvara karena telah mengajak selir Isvara ke sungai dan membuat keselamatan mereka terancam. Begitulah yang Ellis dengar.
Isvara merasa tidak perlu menanggapi perkataan Ellis barusan. Mungkin benar, andai mereka tidak terlalu jauh dari rombongan, mereka tidak akan bertemu dengan bandit-bandit itu. Tapi mau bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi dan tidak dapat diulang kembali.
Kemudian Ellis beralih membalurkan ramuan pada lengan Isvara yang terdapat luka sayatan namun tidak terlalu dalam. "Tapi Anda memang perlu merasa beruntung, karena seandainya Anda disentuh oleh pria lain, Anda jelas akan diasingkan sebelum waktu enam bulan Anda habis," ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle of Life
FantasyBukannya pergi ke alam baka setelah insiden penembakan yang ia alami, namun pada saat membuka mata, pemandangan yang pertama kali dilihatnya adalah wajah seorang pria rupawan yang membayang tepat di atasnya. Ia dan pria itu sama-sama telanjang dan p...