“Di mana dia?” Adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Hiro saat melihat pria yang diperintahkan untuk menangkap Aya, menemuinya tanpa membawa gadis itu. Tatapannya tegas, tangannya terkepal keras, matanya menampilkan kemarahan saat melihat pria itu terus menunduk dan meminta maaf.
“Maafkan saya, Tuan, saya membiarkan gadis itu pergi atas permintaan Anna. Sa—”
“Sudah. Saya tidak mau mendengar alasan kamu lagi,” sela Hiro sembari bangkit dari tempat duduknya. Lalu melangkah cepat ke luar ruangan dan meninggalkan pria yang masih menunduk itu sendirian.
Dia pergi menemui Anna.
“Tuan Hiro.” Wanita itu langsung berhenti memotong sayur saat melihat majikannya hadir di dapur. Sedangkan dua pelayan lain, langsung pergi tanpa diminta karena mereka tahu, Hiro datang untuk menemui Anna.
“Jangan pura-pura terkejut.” Suara pemuda itu pelan dan datar. Namun, lebih dari cukup untuk membuat Anna sadar jika sang majikan sedang diselimuti kekesalan. “Setelah kamu membiarkan gadis itu pergi, kamu pasti sudah tahu jika saya akan menemui kamu.”
“Sa—”
“Kenapa kamu melakukan itu?”
Wanita paruh baya itu menunduk dan menjawab pelan. “Gadis itu … dia terlihat sangat takut, Tuan. Saya tidak mau dia salah paham dan mengira Anda ingin menculiknya. Jadi saya meminta Edrik melepasnya dan membiarkannya pulang. Tapi Anda tidak perlu khawatir, dia tidak akan menceritakan yang terjadi hari ini kepada siapa pun.”
Hiro menarik napas pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari Anna. Kemudian dia bergumam, “Padahal saya memang ingin menculiknya.”
Terkejut, wanita itu mengangkat wajah dan menggeleng. “Anda tidak boleh melakukannya.”
Senyuman sinis langsung tercetak di bibir Hiro. “Saya akan melakukan apa pun demi mendapat informasi tentang keberadaan saudara saya, termasuk menculik gadis itu.”
Anna menggeleng lagi. Ia benar-benar tidak ingin percaya dengan apa yang dikatakan majikannya. “Jangan, Tuan.”
“Jika kamu ingin menentang saya, silakan pergi dari rumah ini.”
“Tapi—” Anna tidak sempat merampungkan kalimatnya karena Hiro sudah lebih dulu pergi dari hadapannya. Alhasil, wanita itu hanya memejamkan mata, membiarkan pendar membasahi pipinya. Sungguh, ia tidak menyangka jika Hiro akan bertindak sejauh ini.
***
Aya tidak tahu berapa lama ia berlari di bawah hujan hingga tiba di rumah. Gara-gara salah naik mobil tadi pagi, Aya jadi tidak mau mencari ojol atau taksi online lagi. Dia takut hal yang sama terjadi dan dia berakhir di rumah itu kembali. Ia sengaja tidak meminta tolong pada temannya karena takut mereka terjerumus ke masalah yang sama.
“Akhirnya sampai juga.” Napas Aya ngos-ngosan waktu dia tiba di depan pagar rumahnya. Ia sempat membungkuk dan memegang lutut sesaat, sebelum kemudian memasuki pekarangan rumahnya yang sederhana.
Aya berbalik untuk mengunci pintu pagar, namun, ia justru dikagetkan oleh suara seseorang yang entah sejak kapan sudah berdiri di teras rumahnya.
“Gimana interviewnya?”
Aya diam sejenak, ia menarik napas beberapa kali, mencoba menghilangkan ekspresi takut yang membanjiri wajahnya, barulah mendekati si pemilik suara.
Geovano Andre Nugroho. Lelaki yang langsung tersenyum lebar begitu mendengar jawaban Aya.
“Nggak tau. Pertanyaannya aneh-aneh.” Padahal bibir gadis itu manyun. “Nggak kayak yang gue pelajari sama Mika.”
Geo menaruh jaketnya ke pundak Aya. “Udah, sekarang lo masuk dulu, mandi, ganti baju, habis itu baru ceritain semuanya ke gue. Okay?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
RomanceAya pikir, undangan interview dari Nolan Investment merupakan langkah pertama dari perubahan hidupnya menjadi lebih baik, namun, setelah pertemuannya dengan pemuda bernama Hiro Nicholas, alias pemilik perusahaan itu, Aya justru dihinggapi masalah be...