1. Lukisan Sendu

12K 641 144
                                    

"Eh." Butuh satu menit untuk Aya tersadar kalau mobil yang dia tumpangi telah berhenti. Jendela mobil masih dibasahi tetesan hujan ketika ia menilik ke luar dengan kening berkerut samar. Gadis itu meneliti pemandangan luar selama beberapa saat, sebelum kemudian menoleh ke arah sopir. "Pak, saya tuh mau ke Nolan Investment, bukan ke sini. Saya pikir Bapak udah tau alamatnya."

Bukannya menjawab pertanyaan Aya, pria berpakaian hitam itu justru mengambil payung hitam yang terlipat rapi di sebelahnya dan keluar begitu saja.

"Pak-" Aya ingin mengomel. Tetapi kalimatnya terhenti ketika pria itu membukakan pintu mobil untuknya. Sontak saja, Aya bergeser ke jok sebelah sambil mengamankan tasnya. "Pak, saya mau interview-"

"Saya tahu, makanya saya bawa kamu ke sini." Setelah sekian lama, pria itu bersuara. Sementara Aya mulai menunjukkan ekspresi takut yang cukup kentara.

"Tapi ini bukan Nolan Investment!"

"Memang. Karena ini rumah pemiliknya." Pria itu mencoba tersenyum hangat, yang entah kenapa malah tampak mencurigakan di mata Aya. "Kamu tidak percaya?"

Dilihat dari ukuran dan desain rumah yang mewah nan megah, masuk akal jika pemilik Nolan Investment tinggal di sini. Tetapi kalau dipikir-pikir lagi, bisa saja pria itu berbohong agar bisa menjebak dan menculiknya. Jadi Aya memutuskan untuk menunduk tanpa menjawab apa-apa.

Tahu Aya diliputi kebimbangan, pria itu menambahkan, "kamu ingin diterima kerja 'kan?"

Ragu-ragu gadis itu mengangguk. "I-iya."

"Kalau begitu jangan membuat majikan saya menunggu lebih lama."

Aya masih saja gundah. Kalimat yang keluar dari mulut pria itu terasa sulit untuk dipercaya. Setahunya, pria itu hanya supir taksi online yang mengantarnya ke Nolan Investment, tapi kenapa malah membawanya ke rumah ini? Selain itu, dari mana pria itu bisa memastikan kalau bangunan di hadapannya adalah rumah pemilik Nolan Investment? Apa keduanya saling kenal? Atau ... Aya menipiskan bibir, berpikir sambil meneliti mobil yang membawanya ke mari. Hingga ia menyadari jika mobil yang ia tumpangi terlampau mewah untuk dijadikan taksi online.

Jangan-jangan ... Aya menutup mulut. "Kayaknya saya salah naik mob-"

"Kamu tidak salah. Saya memang datang untuk menjemput kamu. Soal Taksi online yang kamu pesan itu, saya sudah memintanya untuk tidak lanjut mengantar kamu karena itu tugas saya. Saya juga telah membayarnya jauh lebih banyak dibandingkan jumlah yang akan dia terima setelah mengantar kamu ke Nolan Investment. Jadi, sopir itu tidak masalah jika harus pergi dan membiarkan saya yang mengantar calon penumpangnya." Suara pria itu terdengar hangat dan jelas, mudah sekali bagi Aya memahami kalimatnya. "Sekarang keputusannya ada di kamu. Jika kamu memang serius ingin bekerja, saya akan membawa kamu ketemu majikan saya, karena dia sendiri yang akan menginterview kamu. Jika tidak, kamu akan tetap saya bawa ke sana, tapi secara paksa."

Gadis itu diam lagi. Jika sudah seperti ini, dia bisa apa selain mengikuti perintah pria itu. Maka setelah beberapa menit melamun, Aya keluar dari mobil. Hujan masih sederas sebelumnya ketika ia menapaki heelsnya di halaman rumah mewah yang diyakini menjadi impian kebanyakan orang. Termasuk Aya sendiri. Dan pria yang pura-pura jadi sopir taksi tadi, langsung sigap memayungi dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.

"Kok saya jadi makin deg-degan, ya, Pak?" ujar Aya saat dirinya sudah berada di teras rumah itu. Ia masih berusaha berpikir positif walau segalanya semakin mencurigakan. Aya bahkan mencoba mengajak pria itu bicara agar kegugupannya menghilang walau sia-sia. Karena dia malah tambah grogi ketika mendapati tiga pelayan tersenyum ke arahnya.

"Itu wajar. Semua orang akan merasa gugup saat akan diwawancarai." Pria itu melipat payung yang ia bawa dan menyerahkan kepada salah satu pelayan yang ada di sana.

Fix YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang