30. Menuju Sembuh

3.9K 360 200
                                    

Lagi-lagi Aya bangun kesiangan, kali ini bergadang karena menangis semalaman. Aya pikir, ia tidak akan melihat Hiro pagi ini, ternyata orang pertama yang ia dapati saat membuka mata justru Hiro yang tersenyum hangat ke arahnya. Wajah pemuda itu cerah, rambutnya tertata rapi seperti biasa, ia memakai kaos hitam berlengan pendek dan duduk tepat di sebelah Aya.

"Bapak nggak ke kantor?" tanya gadis itu serak.

"Saya tidak akan ke kantor sebelum kamu sembuh," balas Hiro dengan tatapan terus tertuju pada Aya yang balik menatapnya. Ia selalu berhasil dibuat terpana oleh pemuda itu.

"Saya udah sembuh kok." Aya mengubah posisi menjadi duduk. Hiro ingin menahannya, tetapi gadis itu sudah lebih dulu berkata, "saya mau ke kamar mandi."

"Saya akan menemani ka-"

"Nggak usah," potong gadis itu sembari mendengkus, lalu turun dari tempat tidur perlahan-lahan. Hiro memegang tangan kanannya, sedangkan tangan kiri Aya gunakan untuk berpegang pada tiang infus.

"Kamu yakin? Kalau kamu jatuh bagaimana?" Hiro terlihat khawatir.

"Bapak yakin mau nemenin saya ke kamar mandi?" Tatapan sinis Aya tertuju ke arah Hiro yang langsung menggusap tengkuknya.

Pemuda itu menyengir canggung. "Sa-saya akan menunggu di luar."

"Kirain mau ikut ke dalam."

"Boleh?"

"NGGAK LAH!" Aya melotot galak sampai Hiro mundur satu langkah karena terkejut.

"Saya hanya bercanda, Ayana." Pemuda itu manyun sembari kembali mengikuti langkah Aya yang terus-terusan meliriknya dengan ekor mata. Ketika sudah masuk, gadis itu langsung membanting pintu, tepat di depan wajah Hiro.

"AWAS AJA KALAU BAPAK NGINTIP!"

"Iya, iya." Hiro menghela. "Jangan teriak-teriak kamu lagi sakit."

Selanjutnya Hiro hanya mendengar suara air yang mengalir dari keran karena Aya sepenuhnya diam, bahkan hingga ia keluar dari kamar mandi beberapa menit kemudian. Gadis itu terkejut melihat Hiro masih menunggunya di sana.

Tetapi Aya tidak berkata apa-apa saat pemuda itu kembali menuntunnya berjalan.

"Kamu sangat kuat, saat sakit saja masih bisa banting pintu sama teriak-teriak." Hiro berkomentar tatkala Aya sudah duduk di tepi tempat tidurnya.

"Iya dong, saya kan strong women," balas gadis itu sembari menunjukkan otot lengannya dengan percaya diri. Padahal ototnya nyaris tidak terlihat sama sekali.

"Saya curiga otot kamu sudah pindah ke pipi semua." Hiro malah mencubit pipi Aya pelan.

Sontak Aya berdecak kesal. "Mentang-mentang pipi saya lagi bengkak."

Kali ini Hiro menanggapi kelimat Aya dengan tawa tertahan.

"Nggak boleh ya ngetawain orang sakit!" Gadis itu jadi semakin geram melihat Hiro yang terus saja menahan tawa. Alhasil, ia menekan kedua pipi Hiro menggunakan telapak tangannya keras-keras sampai bibirnya manyun ke depan. Sekarang giliran Aya yang menertawai pemuda itu. "Hahaha lucu banget kalau Bapak monyong kayak gini."

Kali ini Hiro tidak bisa membalas kalimat Aya karena pintu kamar diketuk tiba-tiba.

"Kayaknya Tante Anna." Aya melepas tangannya dari pipi Hiro.

Seketika wajah Hiro yang cerah berubah datar, ia menghela napas gusar, demi apa pun ia masih sebal karena Anna memasak udang kemarin siang. Meski demikian, pemuda itu tetap bangkit untuk membuka pintu.

"Maaf mengganggu, Tuan, saya hanya ingin membawa sarapan untuk Ayana." Anna menunduk sopan dan tersenyum lebar. Ia tahu betul jika Hiro masih marah kepadanya.

Fix YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang