Setibanya di rumah Arasyi, Hiro langsung disambut ramah oleh pemuda itu. Arasyi menatapnya dengan senyuman lebar, merangkulnya dan mengajaknya masuk ke dalam. Di ruang tamu, sudah ada Juna dan Aiden yang asyik bercanda, serta Lexy dan Rinjani yang yang sibuk bercerita. Mereka semua lekas menoleh saat sadar jika orang yang mereka tunggu sudah datang.
“Akhirnya lo datang juga. Gue udah kangen banget sama lo tau,” ucap Juna bersemangat sambil bergeser, memberi ruang agar Hiro duduk di sebelahnya. Sementara Arasyi duduk di sebelah Rinjani. Lexy duduk sendirian, tetapi tidak bisa berhenti tersenyum melihat Hiro. Dulu, pemuda itu sangat lugu dan banyak tidak tahu, tetapi sekarang ia sudah dewasa dan belajar banyak hal, bahkan akan menjadi pemimpin perusahaan di masa depan. Jika Oliver masih ada, ia pasti akan sangat bangga melihat Adiknya.
“Saya juga kangen sama kalian.” Hiro memaksa diri untuk tersenyum. Seperti biasa, ia lebih banyak diam dibanding bicara. Mengamati mereka yang tidak pernah kehabisan cara untuk tertawa. Dalam diam itu, Hiro jadi membayangkan bagaimana jadinya jika Oliver ada di antara mereka. Mungkinkah suasananya akan jauh lebih berwarna?
“Eh, bantu gue cariin kerjaan baru dong, males banget gue satu kantor sama Rafka, makin lama makin nyebelin tuh orang. Dia manas-manasi gue mulu tau, baru juga seminggu putus, masa langsung pacaran sama Meira, mana sengaja banget lagi mesra-mesraan di depan gue.” Tiba-tiba Rinjani mengoceh, bibirnya tipisnya sedikit manyun.
Juna langsung membelalakkan mata mendengarnya. “Udah putus?! Baru sebulan udah putus?!”
Rinjani mengangguk dan semakin cemberut. “Emang cowok-cowok di hidup gue dari dulu tuh nggak ada yang benar. Ada yang benar nggak mau sama gue.”
“Siapa?” Lexy bertanya.
“Tuh.” Tanpa tunggu lama gadis itu langsung menunjuk Hiro dengan dagunya. “Lo nggak mau kan jadi pacar gue?”
Sontak seisi ruangan tertawa gara-gara gadis itu. Sementara Hiro menoleh ke arah lain karena merasa malu.
“Kalau kayak gini Hiro malah takut sama lo, Rin!” ujar Aiden di tengah-tengah tawa yang tersisa.
“Tapi kalau Hiro mau nggak ada salahnya juga. Daripada jomblo terus.” Arasyi sengaja menggoda Hiro. “Lo mau nggak pacaran sama tukang ngoceh?”
“Gue cuma bercanda woi!” Gadis itu berdecak sebal karena ia sadar, wajahnya mulai memerah. Arasyi hendak bicara lagi, tapi Rinjani langsung melemparinya dengan bantal sofa.
Di tempat duduknya, Hiro tersenyum tipis melihat tingkah mereka. Meski jarang berkumpul karena memiliki kesibukan masing-masing, mereka tetap tidak pernah melupakannya. Terutama Arasyi yang senantiasa menyempatkan diri untuk menanyakan keadaannya walau melalui pesan singkat.
Sebagai teman, Hiro senang bisa menghabiskan waktu bersama mereka, setidaknya sampai Juna tiba-tiba berkata, “Nanti pulang dari sini, gimana kalau kita ke makam Oliver?”
Detik itu juga tangan Hiro terkepal.
“Iya, gue juga udah kangen banget sama si Oliv.” Aiden mengangguk setuju. Begitu pula dengan Arasyi, Lexy dan Rinjani.
“He’em. Udah lama gue nggak ke sana.” Begitu kata Arasyi, pandangannya tertuju kepada Hiro yang menunduk. “Lo ikut juga kan, Ro?”
Pemuda itu tidak menjawab, tetes demi tetes air mata mulai membasahi pipinya.
“Hiro?” panggil Arasyi lembut, ia bangkit dari duduknya untuk mendekati Hiro. “Ikut, ya. Udah lama lo nggak ke makam Oliver. Dia pasti udah kangen banget sama lo.”
“Jika dia kangen sama saya, kenapa dia tidak pulang?” Tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari mulut Hiro. sangat pelan, namun, cukup jelas terdengar di telinga Arasyi, Juna dan Aiden. Rinjani dan Lexy hanya mengerutkan kening penasaran sambil menatap satu sama lain kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
RomanceAya pikir, undangan interview dari Nolan Investment merupakan langkah pertama dari perubahan hidupnya menjadi lebih baik, namun, setelah pertemuannya dengan pemuda bernama Hiro Nicholas, alias pemilik perusahaan itu, Aya justru dihinggapi masalah be...