36. Dua Pilihan

3.6K 341 163
                                    

Arasyi, Juna dan Aiden sudah mencari Hiro ke berbagai tempat, namun, mereka tidak kunjung menemukannya. Anna, Haris dan beberapa pengawal pun demikian, mereka belum juga mendapati sang majikan.

“WOI! KAYAKNYA ITU MOBILNYA HIRO!” Di tengah kebingungan yang melanda, Aiden tiba-tiba berteriak, tepat ketika melihat audi R8 berwarna hitam yang terparkir di pinggir jalan. “Gue pernah liat Hiro bawa mobil itu beberapa kali!”

“Benar atau nggak, tetap harus kita pastikan,” ucap Juna sembari menoleh ke arah Aiden. Wajah pemuda itu panik dan marah, hanya saja tersembunyi di balik helm. Lalu ia menelepon Anna yang langsung mengangkat panggilan itu. “Tante, tadi Hiro pergi pake mobil apa?”

“Audi R8 V10 hitam.” Bukan Anna, tetapi Haris yang menjawab, karena ia memang melihat ketika Hiro dan Aya menaiki mobil itu. Hanya saja ia tidak mengekori mereka karena Haris pikir, Hiro dan Aya keluar untuk bersenang-senang seperti sebelumnya.

“Kayaknya kami nemuin mobil dia,” beritahu Juna tatkala Aiden dan Arasyi mulai sudah memarkirkan motor mereka di dekat mobil Hiro. Dan melewati jalan setapak dengan berlari. Mereka sengaja tidak bawa motor ke sana karena tidak mau, orang yang ingin bermain-main dengan Hiro itu langsung tahu kedatangan mereka. Juna baru menyusul setelah ia memberitahukan keberadaan mereka kepada Haris dan Anna. Ketika itu, ia sudah tertinggal lumayan jauh.

“Ini semua gara-gue,” gumam Arasyi sembari berhenti berlari karena mereka mulai mendekati sebuah gedung tua yang keberadaannya nyaris ditelan gelapnya malam. Yang menerangi hanya satu lampu neon dan cahaya bulan.

“Nyalahin diri sendiri udah nggak ada gunanya lagi sekarang.” Aiden menyeletuk. Saat ini mereka mendekati pintu gedung itu.

“Iya, satu-satunya yang harus kita pikirin adalah nemunin Hiro dan mastiin kalau Hiro baik-baik aja.”

Kalimat Juna diangguki oleh Aiden. Sedangkan Arasyi mulai melangkah masuk. Sayangnya, di langkah pertama dia sudah dibuat membelalakkan mata oleh Hiro yang terkapar di lantai, tepat di sebelah Geo yang mencabut pisau di perut pemuda itu.

“Lo bakal mati mengenaskan tanpa ada yang tau.” Geo tersenyum menang melihat tubuh Hiro yang bersimbah darah. Ia ingin menusuknya sekali lagi, tetapi Arasyi sudah lebih dulu berlari dan menendang punggung Geo dari belakang.

Geo tersungkur di hadapan para preman bayarannya yang langsung berdiri. Arasyi tidak peduli, yang dia lakukan selanjutnya adalah mendekati Hiro dengan mata berkaca-kaca.

“MATI LO BANGSAT!” Aiden yang tidak kalah marah menerjang Geo tanpa ampun. Sedangkan Juna menghadapi para preman yang hendak mendekati Arasyi.

“Hiro maafin gue,” ucap Arasyi sembari membersihkan pipi Hiro yang kotor dengan darah.

Hiro sendiri masih tersadar, matanya sayu menatap wajah takut Arasyi, ia tidak berkata apa-apa karena sangat sulit bersuara. Satu-satunya yang keluar dari mulutnya hanyalah darah.

Lalu dengan rasa bersalah dan pikiran kacau, Arasyi memeluknya dengan air mata tidak bisa dibendung lagi. “Maaf … maaf …”

“CEPAT BAWA HIRO KE RUMAH SAKIT, ARASYI!” teriakan Aiden menyentak Arasyi yang tenggelam dalam kekalutan sampai tidak bisa berpikir apa-apa. Pemuda itu mengangguk, lalu membawa tubuh ringkih Hiro dalam gendongannya. Di saat yang sama, Anna, Haris dan para pengawal Hiro tiba di sana dengan ekspresi panik yang kentara.

Namun, begitu melihat kondisi Hiro yang tidak berdaya, wajah mereka menjadi berkali-kali lipat lebih marah. Tangan Haris terkepal keras, pria itu lantas bergabung bersama Aiden dan memberi pelajaran pada Geo, sedangkan anak buah Hiro membantu Juna untuk membereskan para pereman yang hendak melarikan diri itu.

Fix YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang