Hiro benar-benar tidak mau bertemu siapa pun selain Anna, ia ketakutan, merasa terintimidasi bahkan sampai menangis berulang kali. Hiro meminta pulang, tetapi dengan kondisinya yang sekarang, mustahil Dokter mengizinkannya.
Saat ini pemuda itu sudah ditenangkan dan kembali terlelap, kendati sesekali Anna melihat majikannya bergerak tidak nyaman. Seakan sedang menghindari mimpi buruk yang mengganggunya. Di ruang ICU Anna menjaganya bersama perawat yang selalu siaga, di luar ada Haris yang tidak pernah bosan menanti kabar baik tentang sang majikan, meski ketika menemui Hiro, ia selalu diusir keluar sebab pemuda itu ketakutan.
Haris tidak masalah, ia tidak sakit hati sama sekali, justru memaklumi sikap Hiro yang sedang memiliki masalah ingatan dan kembali takut bertemu orang-orang. Bertolak belakang dengan gadis yang sedang berdiri di sebelahnya sekarang, gadis yang selalu datang untuk melihat Hiro walau Hiro enggan melihatnya.
“Menurut Om, hari ini Hiro mau nggak ketemu aku?” tanya Aya penuh harapan. Ini adalah hari ke dua setelah Hiro siuman dan pemuda itu masih juga ketakutan saat orang selain Anna masuk ke ruangannya.
Jujur saja, Aya sudah berulang kali menahan diri agar tidak ke rumah sakit, tetapi tidak bisa, karena sekeras apa pun ia berusaha, ujung-ujungnya rindu terhadap Hiro selalu membuatnya berada di sini. Tempat yang seharusnya menyembuhkan, tetapi justru menyakitinya berulang kali.
“Saya tidak tahu, Nona, karena sepertinya kita harus menunggu ingatan Tuan Hiro kembali lagi baru kita bisa menemuinya dan mengajaknya bicara. Jika masih seperti ini, kehadiran kita justru membuat Tuan Hiro tidak nyaman dan itu bisa saja memperburuk kondisinya.” Haris kasihan kepada Aya, tetapi ia tidak mau memberikan harapan palsu kepada gadis itu.
Aya menunduk, menatap kakinya sendiri. Mungkin inilah alasan kenapa Mahesa tidak melarangnya ke rumah sakit seperti yang sudah-sudah. Mahesa tahu, Aya tidak bisa mendekati Hiro seperti dulu.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Anna keluar dari ruangan Hiro, detik itu juga Aya berdiri dari tempat duduknya.
“Hiro gimana, Tante? Kondisinya udah semakin baik ‘kan? Dia udah mulai ingat ‘kan?” Aya bertanya tidak sabaran, ada harapan yang besar dalam matanya. Hal itu membuat Anna tersenyum sedih.
“Kondisi Tuan Hiro masih sangat lemah, Ayana.”
“Kalau aku ketemu dia, dia bakal marah lagi nggak, Tante?”
Anna menarik napas pelan. “Saya tidak bisa menjawabnya.”
“Kalau gitu aku mau ketemu Hiro sekali lagi.”
“Tapi kalau Tuan Hiro memarahi kamu lagi bagaimana?” Anna terlihat khawatir.
Aya tersenyum lebar, mencoba meyakinkan. “Nggak apa-apa karena aku tau pelan-pelan Hiro pasti bisa nerima aku lagi.”
Anna dan Haris mengangguk pelan, membiarkan gadis itu masuk menemui Hiro. Benar kata Anna, kondisi Hiro masih begitu lemah, wajahnya pun masih sepucat hari-hari sebelumnya.
“Kamu datang lagi?” Suara Hiro berubah ketus begitu mendapati Aya masuk ke ruangannya. Aya membatu, walau sakit hati, ia tetap memaksa diri tersenyum. Mencoba memaklumi tingkah Hiro karena sedang sakit.
“Iya, aku mau ketemu kamu,” balas Aya saat dia sudah duduk di tepi ranjang Hiro.
Hiro menoleh ke arah lain. “Keluar. Saya mau tidur.”
“Hiro—”
Hiro kembali menatap Aya, kali ini dengan ekspresi diliputi kemarahan. Membuat Aya terdiam saat itu juga. “Keluar atau saya minta perawat yang usir kamu.”
“Kamu benar-benar nggak mau kenal aku lagi?” Air mata Aya mulai turun. Dan menjadi semakin deras mendengar jawaban Hiro.
“Tidak.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
RomanceAya pikir, undangan interview dari Nolan Investment merupakan langkah pertama dari perubahan hidupnya menjadi lebih baik, namun, setelah pertemuannya dengan pemuda bernama Hiro Nicholas, alias pemilik perusahaan itu, Aya justru dihinggapi masalah be...