8. Iras Teduh

5.4K 294 13
                                    

“Bapak kenpa sih membaca mulu dari tadi? Saya bosan tau nggak ada teman.” Hari sudah sore, dan Aya masih belum membiarkan Hiro tenang barang sebentar saja. Sekarang ia merebut buku di tangan Hiro dan meletakkannya ke samping.

Hiro berdecak dan mengambil bukunya lagi. Lalu membacanya kembali.

Saat ini keduanya sedang duduk di ruang keluarga. Di atas sofa yang menghadap ke arah televisi. Tadi Aya mengikori Hiro hingga ke tempat ini.

“Saya nonton ya, Pak?”

“Hm.”

“Nonton drakor, ya?”

Lagi-lagi pemuda itu hanya bergumam, sedangkan matanya terus tertuju pada buku yang ia baca.

Tanpa tunggu lama, Aya langsung menyalakan televisi dan mulai mencari drama korea yang sekiranya bagus untuk ditonton. Ia terlihat bahagia, seperti lupa jika dirinya sedang jadi korban penculikan.

“Ini mah kurang snack doang sih, Pak,” ucapnya sambil mengubah posisi menjadi bersila. Hiro masih membaca di sampingnya, tetapi pemuda itu jelas mendengar apa yang barusan Aya katakan. Lantas tanpa sepengetahuan Aya yang mulai larut dengan tontonannya, Hiro mengirim pesan kepada Anna.

Saya sedang menonton di ruang keluarga.

Anna membalas.

Tidak biasanya.

Hiro menghela napas.

Bawakan cemilan untuk saya.

Anna melanjutkan.

Untuk Anda atau Ayana?
Atau untuk Anda dan Ayana?

Hiro tidak membalas lagi, ia memilih menyimpan ponselnya dan lanjut membaca buku.

“Kirain film comedy, padahal sedih banget,” gumam Aya dengan bibir manyun. Ia menatap Hiro, matanya berkaca-kaca. Membuat Hiro mendengkus dan mengambil selembar tisu untuk kemudian diserahkan kepada gadis itu.

Tapi alih-alih menerima tisu tersebut, Aya justru mendekat ke arah Hiro yang langsung bergeser. Pemuda itu menatapnya sinis. Alih-alih peduli, Aya justru semakin mendekat hingga ia bisa menempelkan wajahnya di bahu Hiro dan mengelap air matanya di sana. Seketika aroma lembut dan memenangkan dan parfum pemuda itu mengisi rongga penciumannya.

Hiro berdecak geram, kemudian bangkit dan pindah ke sofa lain. Tidak menduga jika Aya akan terus mengikutinya. Alhasil, Hiro menyerah dan membiarkan gadis itu kembali menelungkupkan wajah di bahunya.

“Baru episode satu aja udah sedih banget.” Aya bergumam, ia enggan menjauhkan wajahnya dari Hiro. Aroma pemuda itu harum dan manis, lembut dan menenangkan, tidak begitu kuat, tapi, mampu memikat hingga Aya ingin terus membauinya.

“Padahal cuma film,” komentar Hiro datar.

“Tapi sedih!”

“Oh ya?” Hiro menutup bukunya dan beralih memandang pucuk kepala Aya.

“Bapak nggak percaya?” Gadis itu mengangkat wajah dan menatap Hiro yang balik menatapnya. Pemuda itu menggeleng. “Kalau Bapak nggak percaya, nonton aja sendiri.”

“Ya sudah, sana pergi. Saya mau nonton sendiri.”

Aya berdecak. “Nggak lucu loh, Pak.”

Hiro tertawa pelan--sesuatu yang jarang sekali terjadi. Yang entah kenapa malah membuat Aya geram. Gadis itu bahkan mengangkat tangan untuk memukulnya. Untungnya, sebelum pukulan Aya mendarat, Anna sudah muncul terlebih dahulu bersama sekotak susu, sereal, dua mangkuk dan dua sendok. Di sebelahnya ada seorang pelayan lain yang membawa nampan berisi minuman.

Fix YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang