CHAPTER 2

31.7K 598 52
                                    

"Apa dia pikir bisa mengancamku? Oh tentu saja tidak bisa," monolog Ruby yang masih merasa kesal dengan ucapan Victor.

Ruby masih berkutat dengan sejumlah barang- barang material. Ia sampai melewatkan waktu makan malamnya, Ruby sudah terbiasa akan hal ini. Ia menyimpan satu persatu kotak berukuran besar yang begitu berat ke dalam gudang, apa ada yang membantunya? Tidak Ruby hanya bekerja sendirian.

"Ruby. Selesaikan ini sebelum kau pulang."

Ruby kembali mendapatkan dua tumpukan kotak besar berisikan berbagai macam jenis kuas cat. Tubuhnya sudah hampir ingin patah berdiri dan duduk berjam- jam di dalam gudang, dan ia harus menarik napas dalam lagi saat melihat dua tumpukan kotak baru yang harus dirinya selesaikan malam ini.

"Semangat Ruby! Bukankah ini pekerjaan yang kau inginkan," batin Ruby mencoba untuk menyemangati dirinya sendiri.

Senyum kembali terukir di wajahnya. Ruby kembali dengan energi semangatnya, mulai menyelesaikan lagi dua kotak yang tersisa sebelum ia pulang ke apartemennya. Hampir satu jam terbuang sia- sia, Ruby dapat merenggangkan ototnya menatap ke arah jam dinding. Ternyata sudah hampir jam 11 malam, Ruby segera berdiri dan mengambil tasnya. Bus tak mungkin akan lewat di jam segini, mau tak mau Ruby harus menaiki taksi atau tidak ia berjalan kaki selama 30 menit.

"Jika tidak terlalu lelah. Tidak ada salahnya sedikit berolahraga," ucap Ruby menuruni tangga yang akan membawanya menuju lantai dasar.

Ruangan sudah sepi, Ruby menoleh ke kiri dan kenan mencoba mencari karyawan lain. Tapi sepertinya memang hanya tersisa dirinya, kakinya melangkah dengan cepat menuju pintu keluar. Saat tangan Ruby menyentuh knop pintu dan berusaha memutarnya, Ruby tak bisa membukanya. Pintu terkunci, ia mencoba lagi dan lagi tetapi tetap saja tidak berhasil. Sialnya ia terjebak di dalam toko material dalam keadaan gelap gulita, Ruby tetap tenang. Ia berusaha menghubungi seseorang dengan senter ponsel yang menerangi pandanganya.

"Shit! Jessie juga tidak menjawab panggilanku." Ruby hanya bisa mengumpat dan menendang pintu kaca.

Perutnya terus berbunyi. Ruby lapar, tubuhnya lelah dan sialnya ia malah terjebak di dalam toko.

"Rubyjane__,"

Panggilan suara membuat mata Ruby yang terpejam kembali terbuka. Ruby melihat wajah Victor berada di luar tokoh, bersaman itu juga bunyi kaca pecah terdengar begitu nyaring. Ruby panik! Pintu kaca toko material pecah, Victor memukulnya dengan sebuah balok.

"Apa kau baik- baik saja," ucap Victor mencakup kedua pipi Ruby.

"Jauhkan tanganmu. Apa yang kau lakukan! Kau merusak toko!" gumam Ruby yang lebih memikirkan keadaan pintu toko material yang rusak di bandingkan keadaan dirinya.

"Kau masih mementingkan pintu toko yang rusak?" sambung Victor menggelengkan kepalanya, ia merasa kesal tapi tak bisa marah.

"Tentu saja! Kau membuatku harus mengganti rugi," imbuh Ruby menatap tajam mata Victor.

"Tunggu disini!" gumam Victor menjauh dari Ruby mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

Ruby hanya melihat Victor dari kejauhan. Entah siapa lagi yang libatkan Victor dalam kekacauan ini, Ruby sudah muak! Ia hanya memikirkan kerugian yang harus dirinya tanggung.

"Aku sudah menghubungi Bos mu." Victor kembali memberitahu Ruby.

"Kau bercanda?" balas Ruby dengan mengerenyitkan alisnya.

"Lihat saja," sambung Victor.

Tak lama kemudian dua mobil polisi dan juga satu buah mobil hitam berhenti di depan toko material yang masih terdapat Ruby dan Victor disana. Kali ini Ruby benar- benar di buat terkejut nyaris susah bernapas saat melihat kedatangan, Mack Bos besar pemilik toko material dimana Ruby bekerja. Bahkan, selama berkerja 3 tahun di toko ini Ruby hanya bertemu dengan Mack 6 kali.

𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐁𝐎𝐘𝐒 𝐌𝐑. 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang