CHAPTER 37

7.6K 234 25
                                    

1500 kata tolong ramaikan vote
Selamat membaca

****

Jemari Victor yang sebelumnya melingkar di pinggang Ruby berpindah mencakup bokong sintal Ruby, mendorong tubuh Ruby mentok pada tembok di belakangnya. Masih terus melumat, bibir Ruby telah di isap dalam dan begitu kuat Victor masukan lidahnya dalam mulut Ruby mata mereka saling terpejam menikmati ciuman yang semakin kacau.

Ruby menarik napas dalam- dalam saat Victor melepaskan panggutan dengan mata sayu begitu redup. Mata Ruby liat menilik wajah Victor, kedua tangannya masih berada pada leher Victor mengusap tengkuknya sedari tadi. Victor terus menatap mata Ruby, saling menatap dalam dengan bibir yang terbuka dan membengkak, Ruby terima jadi jempol Victor yang masuk kedalam mulutnya.

"Kali ini aku tidak bisa berjanji akan bersikap lembut," katanya dengan suara yang berat dan serak.

"Aku tidak perduli," balas Ruby menekan dada kekar Victor mengusapnya. Sedikit terkejut saat Victor mengangkat tubuhnya seperti sekarung beras, kepalanya tepat mengarah ke bawah. Tamparan kecil Ruby dapatkan pada kedua bokong miliknya.

"Ruby-" terdengar putus asa saat menindih Ruby mencumbu kembali bibir Ruby dengan intens, ia tautan kedua tangan kecil wanitanya dan membawa ke atas kepala.

Dada Ruby membusung tinggi, Victor menyatukan kedua tangan Ruby dalam satu genggaman tangan miliknya, suara decapan mengalun lembut di telinga.

Ia robek paksa dress rumahan yang Ruby kenakan. Menyisakan dua helai kain tipis yang masih melindungi bagian kecil nan manis milik Ruby, Victor merasa ragu, takutnya ia akan membuat Ruby merasa tidak nyaman. Takut jika sentuhannya begitu kasar dan tak terkendali. Mengingat sudah lama dirinya tidak menyalurkan hasrat pada siapa pun.

"Ada apa? Kau ragu?"

Victor menggeleng kembali ia tatap mata Ruby melepaskan cekatan tangannya. "Apa kau yakin?"

"Kau terlalu banyak bertanya!" Ruby bergerak cepat menyentak lepas handuk Victor. Berusaha payah ia menelan salivanya, matanya terus berfokus pada benda yang begitu padat serta berurat.

"Sebesar ini? Dulu tidak sebesar ini," kata Ruby. Ia bergumam sambil terus memperhatikan serta memikirkan perbedaan ukuran milik Victor yang dulu dan yang sekarang. Jujur Ruby sedikit dibuat shock. Padahal ini bukan pertama baginya, bahkan sudah menghasilkan karya-tapi kenapa Ruby merasa malu melihatnya kembali.

Victor memejam singkat. Mendadak ia merasa gelap mata, melihat wajah Ruby yang merona dan bertanya dengan nada polos. Victor membayangkan Ruby yang akan berteriak, dan mendesah saat berada di bawahnya. Tidak, tidak semuanya tidak dapat lagi Victor tunda- tunda.

"Lebih tepatnya kau tidak menyadari ukuran sebenarnya."

Victor mendorong tubuh Ruby kembali berbaring, menarik lepas semua pakaian yang tersisa pada tubuh istri kecilnya. Terlihat begitu jelas karya yang begitu indah tepat berada di depan matanya, ia pandangi sembari mengingat ukuran milik Ruby jauh lebih kecil tapi saat ini terdapat perubahan. Ia basahi bibir Ruby, menyesap kuat leher Ruby dan meninggalkan tanda kepemilikan.

Bibir basahnya juga mengecup pada kedua benda kembar sebelum membuka lebar kedua kaki Ruby. Tepat di sana Victor membenamkan wajahnya, melumuri dengan saliva sebelum lidahnya beraksi.

"Akh!" kacau Ruby menggigit bibirnya dalam. Tangannya meremas seprai, dadanya membusung. Mencoba merapatkan kedua kakinya yang di buka lebar Victor, seluruh bibir bawahnya di isap kandas tanpa tersisa decapan- decapan begitu lembut membelai miliknya.

Wajahnya memanas, kedua pipinya merona. Ia gelisah bersusah payah menahan desahan yang hampir meledakan kepalanya, tubuhnya meliuk mencoba untuk melepaskan Victor yang masih sibuk mencumbui miliknya serta menahan pinggangnya.

𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐁𝐎𝐘𝐒 𝐌𝐑. 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang