Ruby hanya terdiam di dalam mobil Victor. Entah beberapa kali ia mengigit bibirnya, membayangkan hal yang akan terjadi dalam hidupnya mulai 9 bulan ke depan. Anggap saja satu tahun ini akan ia habiskan di dalam neraka yang terdapat Victor Antony sebagai iblisnya.
Dunia memang teramat sempit. Seharusnya, Ruby pergi dari Boston mungkin ceritanya hidupnya akan berbeda di usia 26 tahun ini. Victor terlihat berlari keluar dari apotik, Ruby kembali mengatur posisi duduknya dengan bermain ponsel.
"Ambil," ucap Victor memberikan beberapa vitamin dan juga testpack.
"Untuk apa?" balas Ruby menatap ke arah kantong plastik yang berada atas pangkuannya. Tak berniat sedikitpun menyentuh, walaupun ia sudah melihat apa saja benda yang berada di dalam kantong plastik.
"Pertanyaan yang bodoh. Tentu saja untuk kau kedepannya," timpal Victor yang menjawab dengan singkat.
Victor menghidupkan mesin mobil meninggalkan apotik. Ia hanya berfokus ke arah jalan, tanpa menoleh Victor sudah tau ekspresi Ruby yang duduk di sampingnya.
"Mulai ke depannya. Aku tak ingin lagi melihatmu mengkonsumsi makanan sampah, tidak boleh meminum minuman beralkohol, merokok!" jelas Victor terus berbicara di sepanjang perjalanan menuju ke minimarket.
"Umhh." gumam Ruby.
"Hanya itu responmu?" imbuh Victor menoleh sekilas ke arah Ruby.
"Aku harus bereaksi seperti apa? Apa harus menari- nari bahagia seperti orang gila?" timpal Ruby yang merasa kesal dengan sikap Victor yang selalu saja menuntutnya.
"Biasakan dirimu untuk menjawab. Seperti iya, baiklah, apa pun itu respon dengan sopan." Victor menekan gas dan menambah kecepatan mobil yang dikendarainya.
"Baiklah donatur," sambung Ruby yang tetap tenang. Meskipun kecepatan mobil yang dikendarai Victor seperti akan mengajaknya untuk mati sebentar lagi.
"Bagus! Aku ingin kau mengandung bayi yang sehat bukan yang kurang gizi," kata Victor dengan entengnya menyindir Ruby.
"Tentu saja tidak akan aku biarkan hal itu terjadi. Bayi yang aku kandung akan menghasilkan banyak uang untukku," gumam Ruby tersenyum smirk saat matanya dan mata Victor bertemu beberapa detik.
"Materialitis," cetus Victor menghentikan mobil di parkiran minimarket.
"Aku hidup membutuh uang, semua bisa di beli jika ada uang," sindir Ruby.
"Kesempatan emas bukan untukmu?" bisik Victor mendekatkan tubuh Ruby yang tiba- tiba kaku.
Klik.
Victor hanya membantu membuka seatbelt Ruby. Menjauhkan tubuhnya, dan turun dari mobil terlebih dahulu. Victor merapikan jasnya menunggu Ruby turun, tetapi yang ia lihat Ruby masih dengan posisi diamnya.
"Turun!" ucap Victor mengetuk kaca pintu mobil.
Ruby turun dari mobil. Mengikuti langkah kaki Victor yang berjalan di depannya, tangan Ruby terangkat ia ingin sekali memukul tempurung kepala Victor. Aksinya justru terlihat di pantulan kaca lemari es, membuat Victor menoleh ke arahnya yang buru-buru mengambil benda apa pun yang ada di rak.
"Apa yang ingin kau lakukan?"
"Melakukan apa? Aku hanya ingin mengambil ini," ucap Ruby menunjukan mie instan yang ada di tangannya.
"Tidak! Tidak, aku tidak mengizinkan kau untuk makan- makanan sampah seperti ini," sambung Victor mengambil mie instan di tangan Ruby dan mengembalikannya di rak.
"Lambung yang higenis," sindir Ruby berjalan melewati Victor.
"Belanja apa pun yang kau ingin. Tapi tidak dengan makanan yang aku larang!" papar Victor mendorong
trolley ke arah Ruby.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐁𝐎𝐘𝐒 𝐌𝐑. 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄
Romance⚠️ Konten mengandung hal yang dewasa, brutal dan banyak bahasa yang kasar! CERITA AKAN DI PRIVATE SECARA ACAK JIKA INGIN BACA PART LENGKAP DI HARAPKAN FOLLOW DULU. BALAS BUDI! Begitulah yang terjadi Ruby tak menyangka. Victor Anthony meminta kemba...