CHAPTER 32

10.6K 416 30
                                    

"Aku yang akan menyetir," kata Ruby tanpa melirik, terus saja melangkah dengan cepat lalu masuk ke dalam mobil Jaxon. "Bagaimana bisa semuanya terjadi?" lanjut Ruby duduk di balik stir.

Mulai menghidupkan mesin mobil dan memacu dalam kecepatan tinggi. Mobil yang di kendari olehnya telah meninggalkan hotel, kedua tangan Ruby begitu cekatan memegang stir dan berfokus menatap ke jalan, meskipun rasanya begitu sulit untuk berkonsentrasi dalam keadaan seperti ini.

"Sebelumya kami berdua mampir ke sebuah bar, banyak hal yang aku bicarakan kepada Tuan, begitupula dengannya. Aku tidak sadar berapa banyak wiski yang telah aku teguk lantas membuatku merasa sedikit mabuk. Tak lama kemudian aku mendengar sayup- sayup suara Tuan mengatakan bahwa dirinya yang akan menyetir," jelas Jaxon secara rinci.

"Aku terus menolak dan meminta agar sebaiknya menghubungi satu supir di mansion, karena aku tau Tuan juga mungkin sedikit mabuk. Sepanjang perjalanannya Tuan memintaku untuk tidur saja, dan semuanya terjadi tanpa terduga," lanjutnya.

Gemetar. Seluruh jemari Ruby gemetar setelah mendengarkan cerita Jaxon, bagaimana jika Victor pergi meninggalkan hidupnya. Tidak hal itu tidak pernah akan terjadi dalam hidup Ruby, Rune masih membutuhkan peran ayah-dan hanya Victor yang bisa melakukannya.

Perjalanan serasa begitu lambat sampai Ruby berpikir ingin menghantam mobil ke bahu jalan. Pikirannya kacau, sangat kacau sampai berkali- kali mengigit bibirnya.

****
Ruby berlari menuju ruangan dengan perasan kalut. Membuka pintu dengan kencang, semua orang yang berada di ruangan memperhatikannya. Tapi mata Ruby hanya tertuju kepada seseorang yang duduk dengan mengunakan gips pada bagian kaki kiri.

Napas yang sempat tertahan akhirnya dapat di hembusan dengan perasan yang jauh lebih tenang. Ruby mengambil langkah cepat menuju ke arah Victor, tidak ia pedulikan siapapun yang berada di dalam ruangan ini. Hanya Victor, hanya pria itu. Hidupnya, rumahnya, kenangan yang tidak bisa dirinya hilangkan meskipun mencobanya sampai hampir mati.

"Apa yang terjadi? Apa semuanya baik- baik saja?"

"Kau datang."

"Pertanyaan yang tidak penting! Kenapa begitu ceroboh, sialan."

Victor menatap serius mata Ruby. Ia meringis kecil, memejamkan mata singkat. "Maafkan aku kalau begitu, aku yang ceroboh ini. Aku terus kepikiran denganmu, kau yang marah lalu pergi meninggalkan mansion. Aku terus menyalahkan diriku, tidak bisakah aku mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki komunikasi antara kita? Jangan menutup akses untukku, aku menunggumu cukup lama Ruby."

Bukankah terdengar memalukan seorang Victor Antony mengemis cinta pada wanita. Persetan! Victor lebih takut tidak dapat membuka mata dan menyatakan cintanya kepada Ruby. Hampir, ia hampir mati tapi untungnya dirinya selamat dari maut.

Ruby memalingkan wajahnya berdecih, lalu kembali menatap dalam matanya. Merasa menciut nyali Victor saat mata Ruby menatapnya tajam dan begitu dingin, dia memperlihatkan senyum manisnya. "Kau berpikir aku akan dengan mudah luluh? Aku datang bukan karena aku khawatir padamu. Jaxon memintaku datang."

Sekarang Victor yang terkekeh. Benar- benar ingin tertawa tapi ia tahan karena mereka masih berada di rumah sakit. "Kau begitu menghancurkan hidupku, Ruby. Kau meremehkan usahaku."

"Dimana Jaxon? Aku harus pulang," sambung Victor berucap tanpa menatap mata Ruby.

"Jaxon sudah pulang mengunakan taksi. Kepalanya baru saja di obati, jika kau ingin pulang aku bisa mengantarmu," jawab Ruby.

"Begitulah Miss. Rubyjane? Kau tidak ingin memaafkan aku, tapi kau masih bersikap ingin membantuku. Begitu bertolak belakang sekali otak dan hatimu kau begitu plin plan. Tapi maaf, aku lebih baik menelpon supirku yang lain," balas Victor mengeluarkan ponselnya lalu meletakkannya pada telinga kanan.

𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐌𝐑. 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang