CHAPTER 39

7K 252 27
                                    

Sedari pagi hingga menjelang malam. Ruby terus menunggu- nunggu kembalinya Victor, sampai pakaian telah berganti. Surai panjang miliknya, ia biarkan tergerai bebas di sapu perlahan angin malam menusuk kulitnya yang hanya di balut piyama tipis, raut wajah ruby begitu tenang-teramat sangat tenang sampai tidak ada satupun pelayan yang berani mendekatinya sekedar untuk mengajaknya berbincang- bincang.

Pikirannya kalut, banyak hal yang berkecamuk dalam pikiran Ruby. Ia terus memikirkan sebab akibat kenapa Victor tidak lagi menghubunginya, Apa lagi yang terjadi? Kenapa suaminya meminta untuk tidak pergi kemanapun, padahal Ruby sangat ingin menemui Victor setelah mendengar bahwa suaminya mengalami masalah di perusahaan.

Kenapa Victor selalu menyembunyikan masalah yang terjadi padanya?

"I love your dress." suara bisikan lembut menyapu lembut hati Ruby yang menghangat seketika.

Sedikit menoleh, tubuhnya ikut berputar. Lengan kekar Victor mendarat sempurna, meraup pinggang kecil miliknya yang habis dalam dekapan hangat suaminya. Mata Ruby memejam singkat, ia hirup dalam- dalam wangi parfum maskulin yang menjadi candu untuknya. Jemari kecil Ruby mencekram lengan kemeja Victor, kepalannya mendongak menatap dalam kedua mata Victor yang terlihat redup.

Matanya menilik liar ke kiri dan ke kanan mencari- cari jawaban atas pertanyaan yang berputar- putar dalam pikirannya. Haruskah ia bertanya? Atau menunggu kepekaan Victor menjelaskan kepadanya.
Beberapa detik berlalu begitu saja, tanpa penjelasan tanpa sepatah kata selain lengkungan garis tipis yang membingkai wajah suaminya.

Benar! Victor merahasiakan lagi darinya.

"Ponselku mati. Aku lupa meminta Jaxon untuk mengisi dayanya, aku merindukanmu." Victor kembali mendekap erat tubuh Ruby, ia hirup wangi shampo beraroma buah- buahan.

Ia kecup dalam puncak kepala istrinya, sungguh hal berat yang dirinya pikul sedari pagi sedikit demi sedikit membuat tubuhnya tenang. Ruby sumber kekuatan untuk Victor menghadapi masalah yang terjadi antara dirinya dan masa lalunya, sedikit merasa bersalah ketika ia memilih untuk menyembunyikan ketimbang untuk mengatakan- Victor hanya tak ingin Ruby kembali kepikiran, dan membuat hubungan mereka kembali di selimuti kesalahpahaman seperti waktu lalu.

"Victor-"

Suara Ruby seperti tercekat di tenggorokan, matanya kembali berkaca- kaca. Ia letakan kedua tangannya di bahu Victor, mendorong lepas tubuhnya hingga terlepas dekapan hangat suaminya.

Victor ikut terkejut saat Ruby melepaskan paksa pelukannya. "Kau marah?" Merasa tidak mendapatkan jawaban Victor kembali berusaha untuk bertanya lagi. "Kau marah karena aku tidak menghubungimu? Ruby."

"Apa kau masih ingin merahasiakannya semuanya dariku? Seolah- olah aku istri yang bodoh yang hanya diam, mengikuti semua perintah suaminya. Bahkan sedikitpun aku tidak tau apa yang terjadi dengan suamiku di luar sana," putus Ruby menatap dalam kedua mata Victor dalam.

"Aku tidak merahasiakan apa pun darimu, sayang," balas Victor mencoba untuk meraih pergelangan tangan Ruby.

Ruby menggeleng, memejam singkat lalu menatap lurus ke depan. Ia alihkan pandanganya dari tatapan Victor, setelah mendengar ucapan suaminya. Ruby semakin tidak bisa menatap mata Victor. Ia hanya takut, dan semakin tidak percaya jika melihat kebohongan jelas mata suaminya. Mati- matian ia menahan diri untuk tidak menangis, padahal hanya masalah kejujuran yang ingin Ruby dengar. Ia hanya ingin Victor lebih terbuka akan masalah apa pun yang tengah dia hadapi, Ruby juga memiliki peran untuk bertukar pikir, berbagi pendapat dan mungkin menenangkan pria itu saat mengalami kesulitan.

"Maafkan aku."

"Aku tidak membutuhkan kata maafmu Victor. Kau tidak membuat kesalahan fatal, hanya saja aku terlalu berlebihan berpikir bahwa hubungan pernikahan dapat membuat kita saling terbuka satu sama lain. Seharusnya sejak awal kau katakan kepadaku, bahwa aku tidak perlu mengetahui urusan pribadimu-"

𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐁𝐎𝐘𝐒 𝐌𝐑. 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang