CHAPTER 11

10.9K 268 21
                                    

Bangun di pagi hari dengan tidak melakukan apa pun hal yang buruk bagi Ruby. Ia justru membantu pekerjaan pelayan, entah menyiram bunga membersihkan meja merapikan benda apa pun yang posisinya tidak rapi.

Sekarang ia berpindah ke area dapur utama mansion. Memperhatikan kegiatan chef utama yang menyiapkan sarapan pagi untuknya, pagi ini Ruby bisa bernapas lega. Tidak menemukan Victor berada di mansion, awalnya kabar ini sempat ia dengar dari bisikan kecil pelayan yang lewat, mereka mengatakan Victor mengunjungi kekasihnya kemarin malam.

"Berapa lama kau bekerja bersama Victor?" tanya Ruby. Tangannya memainkan sedotan yang berada pada gelas miliknya.

Pelayan dan chef tampak terkejut dengan pertanyaannya, tetapi bagi Ruby hal ini biasa saja. Ia bukan pelayan untuk apa memanggil Victor dengan begitu hormatnya, seperti sebutan Tuan, Raja atau apa pun gelar kehormatan. Ia mungkin akan memanggil Victor dengan Tuan jika pria itu sedang memberikan uang dengan nominal yang besar kepadanya, begitulah kira- kira cara ia menghormati.

"Saya baru saja bekerja selama beberapa minggu ini Nona." Chef mematikan kompor dan sibuk memindahkan makannya ke dalam wadah.

"Beberapa minggu ini? Lalu siapa chef sebelumnya," imbuh Ruby yang menerima sajian makan satu persatu di tata rapi di depan matanya.

"Tuan nyaris tidak pernah lagi menginap di mansion Nona. Bahkan saat kembali saja bisa di hitung dengan jari, kami disini hanya bekerja merapikan setiap harinya meskipun tidak tau kapan Tuan Victor akan datang berkunjung," jelas salah satu pelayan yang lebih dekat dengan Ruby.

"Aku mengerti sekarang," sambung Ruby dengan mengangguk kecil.

Ia mulai menikmati makannya, pelayan hanya berdiri memperhatikan ia makan. Ruby bukan tidak ingin menawarkan untuk makan bersama, tetapi ia tau bahwa ada larangan bagi pelayan untuk makan bersama tamu ataupun pemilik rumah ini. Dan hal itu ia pelajari, dari didikan keluarga Antony saat ia masih kecil.

Ruby meletakan sendok dan garpunya. Ia sudah selesai makan dan segera bangkit dengan membawa piring kotor, saat dirinya ingin membawanya menuju wastafel pelayan mencoba mencegatnya dan berusaha untuk mengambil piring kotor itu dari tangannya.

"Tidak. Biarkan aku membersihkannya sendiri, terima kasih untuk makanan yang enak ini," gumam Ruby kembali melanjutkan langkah kakinya menuju wastafel.

"Panggil yang lain. Kalian boleh makan sekarang," sambung Ruby mematikan wastafel dan meletakan piring ke dalam mesin pengering.

Ruby berlalu dan kembali berjalan masuk ke dalam lift. Ruby melupakan ia menyimpan ponselnya di dalam kamarnya, setelah sampai di dalam kamar. Benar saja teleponnya terus berdering dari dua orang yang berbeda, salah satunya Victor dan satu lagi satunya nomor Noah.

'Ruby, bisakah menghubungiku kembali?'

Ruby tersenyum saat membaca pesan Noah. Tanpa berpikir panjang ia kembali menghubungi nomor Noah, menunggu nada sambung dengan perasaan yang sedikit gugup.

"Hallo."

"Ummh, Noah maaf terlambat menjawab panggilanmu."

"Tidak masalah Ruby. Kapanpun kau menghubungiku, aku akan siap menjawabnya."

"Noah, untuk masalah kemarin maafkan aku sekali lagi."

"Kenapa kau terus meminta maaf. Tidak masalah Ruby, kita bisa melakukanya di lain waktu."

"Aku merasa bersalah. Jika bertemu lagi, izinkan aku yang membayar untuk."

"Benarkah? Kapan waktu itu akan tiba?"

𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐁𝐎𝐘𝐒 𝐌𝐑. 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang