CHAPTER 6

18.6K 398 5
                                    

Pemandangan pertama saat Ruby berada di dapurnya. Kapal pecah apartemennya seperti rumah terbengkalai, semua belanjaan yang ia ambil di minimarket berhamburan di lantai dan di atas meja. Kepala Ruby masih pening mencoba untuk meraih satu botol air mineral dingin di dalam kulkas, tangannya menarik gagang pintu kulkas dan pemandangan nyaris sama seperti di lantai. Semua minuman dingin di dalam kulkasnya hilang, dan berganti menjadi buah, susu dan juga sayur yang di gabung menjadi satu.

"Argh! Victor sialan!" Ruby mengumpat melihat ke arah tong sampah.

Seketika moodnya rusak, kepalanya yang pusing semakin bertambah pusing. Tidak ada energi untuk hari ini selain berjalan menuju sofa dan kembali berbaring disana, matanya yang sempat terpejam kembali kepikiran akan satu hal.

"Kartu black cardnya masih berada bersamaku," gumam Ruby mulai memikirkan hal apa yang akan ia lakukan dengan kartu black card milik Victor.

Victor yang sedang berada di ruang kerjanya mengalihkan wajah dari layar laptop ke arah ponselnya. Notifikasi terus muncul, pembelian barang mengunakan kartu Blackcard miliknya.

"Sepatu, sepeda?" ucap Victor melihat notifikasi pesan teratas.

"Shit! Pandai sekali dia dalam mengunakan uangku," gumam Victor lagi saat melihat list harga sepeda dan sepatu yang Ruby beli hari ini secara online.

Sedangkan disisi lain Ruby sedang menikmati bersepeda. Dengan hanya mengunakan kaos serta topi yang di pasang terbalik, Ruby menikmati suasana pagi dengan bersepeda. Sepeda impiannya yang akhirnya dapat dirinya beli meskipun, mengunakan uang Victor. Ruby berhenti di salah satu coffee shop, ia memesan segelas ice coffee dan croissant.

Duduk di outdoor sembari menatap wanita hamil yang juga duduk sendirian, tak jauh darinya. Ruby kembali kepikiran apa yang akan terjadi jika ia berhasil mengandung? Bayi tabung telah sukses hanya menunggu waktu untuk di pindahkan pada rahimnya. Pertanyaannya saat ini apa ia bisa melewati semuanya? Mental yang mungkin akan terganggu, mood yang juga akan berantakan. Ia harus menjalani tanpa support system, Victor dan Carly hanya menginginkan bayi mereka lahir, tanpa memikirkan Ruby.

"Rubyjane."

Ruby tersentak saat pelayan datang dan memanggil namanya, ia hanya mengangguk melihat pesannya telah di antar.

"Argh! Tolong," teriak wanita hamil di depannya yang tiba- tiba saja meminta pertolongan.

Ruby menoleh ke kiri dan kenan tidak ada yang bergerak. Tak ada pilihan, Ruby segera meninggalkan mejanya mendekati wanita muda yang sedang menahan kesakitan.

"Apa yang harus aku bantu?" tanya Ruby yang juga bingung. Pertama kalinya, ia mengalami kejadian yang tak terduga.

"Hubungi suamiku," balas wanita muda itu memberikan ponselnya kepada Ruby.

Tangan Ruby dengan cepat mencari nomor yang tersimpan. Tetapi anehnya tidak ada nomor yang di beri nama suami, ia kembali menatap wanita hamil di depannya.

"Suamimu bernama siapa?" tanya Ruby lagi.

"Ex. Kami telah bercerai," balas wanita muda itu.

Ruby langsung mendapatkan nomor dengan nama Ex. Ia menunggu panggilan di jawab dengan perasaan kesal, sampai nada panggilan ketiga baru panggilan di jawab.

"Hallo, istrimu. Maksudku mantan istrimu meminta kau datang___,"

Belum sempat Ruby menjelaskan, suara wanita terdengar mendesah. Ruby mengerenyitkan alisnya, ia mencoba mengulangi lagi apa yang ia katakan.

"Hallo! Apa kau mendengarkan aku! Mantan istrinya sedang merasakan sakit sekarang," sambung Ruby terus berbicara tetapi ia dapatkan justru balasan yang tak sesuai.

𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐌𝐑. 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang