"Bisakah, kau berfokus kepada makanan di depanmu Tuan Antony yang terhormat!" tegur Ruby yang merasa jengah melihat Victor terus menatap ke arahnya dengan suara garpu yang di gesekan pada piring. Suara decitan yang membuat ia merasa terganggu.
"Jangan hiraukan aku. Habiskan saja makannmu, kau ingin tambah?" sahut Victor. Ia meletakan garpu di tangannya lalu sedikit bersandar dengan kedua tangan bersilang.
Ruby juga meletakan sendok dan garpu miliknya. Ia menarik gelas kaca dan meneguk seluruh air yang ada di dalam gelas, semakin mata Victor menatapnya Ruby semakin salah tingkah. Ruby masih menjaga rapat- rapat rahasia kehamilannya dari Victor, dengan memberi alasan bahwa ia memiliki riwayat penyakit lambung-membuat pria ini justru terus menerus menatap ke arahnya tanpa henti.
"Kenapa kau berhenti? Kau bilang bahwa kau lapar? masih banyak makanan yang belum kau makan," ucap Victor menunjukan ke arah piring- piring yang masih belum di sentuh. Victor tidak percaya dengan nafsu makan Ruby yang melonjak tinggi, tumpukan piring nyaris penuh pada meja bundar yang hanya dapat menampung dua orang.
"Kau memintaku makan. Tapi kau tidak memperdulikan, apa aku merasa nyaman atau tidak. Bagaimana bisa aku makan! Dengan tatapan dan raut wajahmu seperti rentenir," balas Ruby tak kalah sarkas ia juga melipat kedua tangannya di depan dada.
"Setampan dan sekaya diriku kau samakan dengan wajah rentenir? Sungguh tidak dapat aku percaya, Ruby... Mengecewakan," balas Victor melepaskan silangkan tangannya, mencondongkan tubuhnya dengan menatap intens mata Ruby satu alis yang terangkat. Seakan- akan Victor ingin memastikan sekali lagi, apakah Ruby yakin dengan apa yang ia katakan kepada Victor barusan.
Perut Ruby kembali bergejolak. Ia yakin karena parfum yang di gunakan Victor begitu menyengat, dengan menciumnya dari jauh saja sudah cukup membuat mabuk. Apalagi saat posisi Victor yang mencondongkan seperti saat ini. Ruby memijat pelipisnya mengatur pernapasan, ia mencoba untuk tetap tenang. Tidak, tidak, ia tidak ingin memuntahkan makanan mahal yang ia kunyah 32 kali sebelum di telan.
"Apa sakitnya kembali kambuh? Sudah aku katakan, ke rumah sakit saja!" Victor berdiri dan panik saat melihat wajah Ruby yang pucat, terlebih lagi wanitanya ini tidak lagi bersemangat.
"Tidak,tidak, tidak aku baik- baik saja. Tetap di sana jauhkan tanganmu dariku," balas Ruby dengan singkat mencoba untuk berdiri dengan menahan napasnya.
Victor hanya mengikuti tubuh Ruby yang berjalan terlebih dulu. Bukan ia tidak berani untuk melawan, tapi Victor hanya ingin Ruby merasa tenang untuk saat ini. Victor menarik tas yang ada di tangan Ruby, lalu membawanya.
Benar saja! Ruby kembali memuntahkan makanannya saat mereka keluar dari restoran. Victor hanya berdiri di belakang Ruby, menggambil seluruh rambut dalam satu genggamannya tangannya sedangkan tangan yang lain mengusap perlahan tengkuk Ruby.
"Lepaskan jasmu! Aku mual mencium bau parfum yang begitu menyengat," kata Ruby mengusap mulutnya dengan tisu lalu menerima uluran air mineral dari Victor.
Victor mengangguk melepaskan jasnya tanpa membantah. Hanya menyisakan kemeja putih dengan dua kancing yang terbuka, ia sampirkan jas mahal miliknya pada sandaran kursi taman. Menilik wajah Ruby yang terlihat tak memperdulikan keberadaan dirinya.
"Aku akan menikahinya," ucap Victor dengan secara tiba- tiba ia ingin melihat reaksi wajah Ruby.
"Aku tidak ingin menikah denganmu," balas Ruby dengan singkat. Masih dengan memandang lurus ke depan, entah apa yang meracuni pikirannya. Ia tak ingin termakan akan omongan manis pria seperti Victor.
"Ruby, lihat ke arahku! Apa yang sebenarnya terjadi padamu?" imbuh Victor menarik pergelangan tangan Ruby membuat tubuh kecil itu mau tak mau menoleh ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐁𝐎𝐘𝐒 𝐌𝐑. 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄
Romance⚠️ Konten mengandung hal yang dewasa, brutal dan banyak bahasa yang kasar! CERITA AKAN DI PRIVATE SECARA ACAK JIKA INGIN BACA PART LENGKAP DI HARAPKAN FOLLOW DULU. BALAS BUDI! Begitulah yang terjadi Ruby tak menyangka. Victor Anthony meminta kemba...