"Aku akan menikahimu!"
Seperti itulah kalimat yang ratusan kali berputar pada kepala wanita yang berusia 26 tahun itu. Setelah kemunculan Victor yang datang melamarnya dengan sederhana, sungguh hal masih ia pertanyaan berkali- kali dalam benaknya. Apakah keputusan ini sudah tepat? Apakah langkah yang akan ia ambil ini tidak akan membuatnya kecewa nantinya?
Wajah Victor kembali muncul dengan tampilan yang jauh lebih segar. Masih dengan kemeja putih yang sama, rambut yang masih basah terlihat sedikit berantakan. Tangan Victor sibuk menggosok rambutnya mendekati Ruby yang berpura- pura berfokus kepada latihan lembaran soal ujian.
"Aku tau. Baru saja, kau mencuri pandang ke arahku." Victor duduk di salah satu sofa yang berada di samping tubuh Ruby, matanya juga ikut melihat ke arah lembaran soal sangat mudah baginya. "Jawabanmu masih banyak yang salah!" tegur Victor menunjuk ke berapa bagian yang telah di isi namun salah.
"Biarkan saja! Aku sudah yakin dengan jawabanku," balas Ruby yang menahan malu.
"Kau membantah padahal aku mengatakan hal yang jujur."
Ruby sedikit menoleh lalu kembali berkata "Semua orang butuh proses. Aku juga butuh proses untuk belajar, jika terus di perbaiki orang lain. Aku justru membuat diriku merasa malas, dan berpikir untuk memanfaatkan orang lain terus menerus memperbaikinya. Jadi biarkan aku menikmati proses benar atau salahnya."
Senyum Victor terulas lebar setelah mendengar ucapan Ruby. Benar- benar mencuri perhatiannya, ia pikir Ruby wanita yang haus akan sebuah perhatian dan akan bersikap manja kepada pasangan. Tapi Victor tidak menemukan hal itu sama sekali, Ruby begitu tegas, berpendirian kuat.
"Kalau begitu katakan kepadaku, kapan kau siap untuk menikah?" tanya Victor dengan serius memajukan tubuhnya, menatap serius wajah Ruby yang menjatuhkan pulpen yang ada di tangannya. "Tak perlu terkejut Ruby, setiap kali aku tanyakan hal ini. Cepat atau lambat kau harus siap akan hal itu," sambung Victor lagi.
"Apa arti pernikahan untukmu?" cetus Ruby menatap dalam mata Victor. Sebelum ia memutuskan untuk terjun dalam hal yang bernama pernikahan, ia harus pastikan bahwa ini pilihan tidak akan membuatnya sengsara di kemudian hari.
"Aku tau kau pria yang bertanggung jawab. Tapi jika menikah hanya karena bertanggung jawab terdapat bayi ini, kuharap kita dapat berpikir kembali.
"Lalu apa yang kau inginkan? Aku tidak mungkin melepaskan tanggung jawabku," sahut Victor yang masih tidak mengerti dengan jalan pikir Ruby. Ia juga sulit untuk mengatakan bahwa tujuannya ingin menikahi Ruby, bukan karena kehamilan.
"Di luar sana masih banyak pasangan yang memiliki anak tanpa menikah. Aku rasa itu bisa menjadi solusi, asal kau tidak melepaskan tangung jawab bersama sebagai orang tua. Kita bisa pikirkan kembali lagi, setelah bayi ini lahir," imbuh Ruby mencakup wajah Victor. "Apa kau mengerti dengan apa yang aku katakan?" ulang Ruby.
"Aku mengerti."
"Aku masih harus banyak belajar menjadi seorang ibu, kau juga harus banyak belajar untuk menjadi ayah. Aku ingin ia tumbuh dalam kasih sayang orang tuanya yang tidak lagi egois, dan tidak terlalu banyak menuntutnya untuk melakukan apa pun yang tidak ia inginkan."
****
"Apa anda hanya datang sendiri Nona?""Lalu kenapa! Apa salahnya aku datang sendiri tanpa calon suamiku," kata Carly dengan lirikan tajam ke arah pelayan. Jemari lentiknya menyentuh satu persatu patung yang mengenakan gaun pernikahan, semuanya terlihat indah. Hanya saja Carly merasa semuanya terlalu pasaran, ia ingin berbeda dari yang lain.
"Apa ada gaun yang lain? Aku ingin yang berbeda, dan belum satupun pengantin yang mengunakan selain aku," ujar Carly bertanya pada kedua pelayan yang muncul di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐁𝐎𝐘𝐒 𝐌𝐑. 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄
Romance⚠️ Konten mengandung hal yang dewasa, brutal dan banyak bahasa yang kasar! CERITA AKAN DI PRIVATE SECARA ACAK JIKA INGIN BACA PART LENGKAP DI HARAPKAN FOLLOW DULU. BALAS BUDI! Begitulah yang terjadi Ruby tak menyangka. Victor Anthony meminta kemba...