Jam sudah menunjukan pukul dua pagi. Masih dengan posisi duduk di atas permukaan lantai tepatnya bersembunyi di samping ranjang, Ruby terus terngiang- ngiang akan kejadian yang terjadi beberapa jam yang lalu. Jari telunjuknya bahkan tidak berhenti mengusap bibir bagian bawanya yang sedikit membengkak, ciuman panas yang terjadi di taman sungguh membuatnya berdebar. Ratusan kupu- kupu seakan berterbangan di dalam perutnya, jantungnya berdetak nyaris putus- dengan napas yang tidak beraturan, saat kedua matanya di tatap lekat oleh kedua manik mata Victor dalam persekian detik.
"Kapan kau siap? Aku tidak ingin lagi menunda pernikahan, bagaimana jika besok? Aku harus mempersiapkan semuanya dengan cepat. Karena tidak ingin lagi kau berubah pikiran, lalu membatalkannya."
"Victor—"
"Tidak Ruby, jangan lagi di tunda- tunda. Lebih cepat lebih baik, semakin kau menunda semua yang direncakan akan semakin kehilangan kepastian. Aku sudah cukup tua, tidak ada waktu lagi untuk menunggu."
"Lalu bagaimana dengan kekasihmu, Olivia?"
"Olivia? Sejak kapan dia menjadi kekasihku? Dan dari mana kau mengetahui tentangnya, aku belum menjalin hubungan serius dengannya."
"Sayang, pikirkan kembali. Kapan sekiranya kau siap? Aku akan mempersiapkan semuanya, kau hanya perlu duduk manis dan menunggu aku menarik tanganmu di atas altar. Jangan ambil pusing, dengan tentang konsep pernikahan. Aku hanya ingin segera menjadikanmu istri."
Semua perkataan Victor begitu serius sampai ia sulit untuk tertidur. Ruby belum memberi jawaban yang pasti, dia meminta waktu-setidaknya sampai besok pagi dan Victor menyetujui.
Sebenarnya tidak ada lagi keraguan di dalam benak Ruby. Victor juga bukan pria yang baru dirinya temui kemarin malam, mereka sudah mengenal bertahun- tahun. Dadanya berdesir, membayangkan pernikahan yang hampir di depan mata. Harus dirinya jawab seperti apa saat mereka kembali bertemu besok pagi? Haruskah dirinya menjawab dengan satu kata singkat seperti 'iya' atau 'Aku siap menikah denganmu' Ruby masih bingung untuk memberi jawaban kepada Victor.
"Argh! Sial, sial bagaimana ini," gumam Ruby melompat ke atas ranjang terlungkup dan menyembunyikan wajahnya di atas bantal. Ia berteriak kecil, dirinya sedang di buat mabuk perkataan manis pria tua seperti Victor yang berani mengutarakan dengan brutal perasaanya tepat dihadapan Ruby.
Entah di jam berapa matanya merasa berat lalu tertidur dalam posisi terlentang tanpa selimut maupun bantal.
****
"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Victor lengkap dengan setelan jas kantor yang mengkilap, surainya telah di tata naik memperlihatkan ketampanan berkali- kali lipat seperti wangi uang saat di tarik dari mesin ATM."Nona Ruby... Kami telah mencoba untuk memanggilnya berkali- kali, tidak ada mendapatkan respon," kata si pelayan muda dengan kepala yang tertunduk.
"Biarkan aku yang membangunkannya."
Setelah mengatakan perintah itu dengan nada datar. Pelayan pergi dengan cepat meninggalkan Victor yang berdiri di depan pintu kamar ruang tamu, ingin segera meraih kenop tapi ia tunda lalu membenarkan letak dasinya yang sebenarnya baik- baik saja. Membasahi bibir lalu mengulum senyum, meraih kenop pintu kembali membukanya.
Hal yang tidak pernah berubah. Ruby tidak pernah mengunci kamarnya, entahlah apa sebabnya. Ruby bukannya merasa takut, tapi justru Victor yang takut pada dirinya yang tak bisa mengontrol diri. Ingatlah! Dia pria dewasa yang sudah lama kesepian, mustahil dirinya tidak tertarik bukan?
Victor berpikir akan melihat Ruby yang tidur dalam posisi yang cantik. Tapi yang ia lihat membuatnya menarik napas dalam, ranjang Ruby seperti kandang babi. Dan babinya tidur terlungkup tanpa bantal, bahkan selimut dan seprai berserta bantal- bantal berteman bersama lantai.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐁𝐎𝐘𝐒 𝐌𝐑. 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄
عاطفية⚠️ Konten mengandung hal yang dewasa, brutal dan banyak bahasa yang kasar! CERITA AKAN DI PRIVATE SECARA ACAK JIKA INGIN BACA PART LENGKAP DI HARAPKAN FOLLOW DULU. BALAS BUDI! Begitulah yang terjadi Ruby tak menyangka. Victor Anthony meminta kemba...