Victor masih merasa kesal dengan perkataan Ruby sejak kemarin. Fokusnya terpecah, ia tidak lagi mendengarkan rapat kali ini. Jemarinya memainkan pen Spinning dengan kedua kakinya terbuka lebar menarik sedikit dasi yang serasa mencekik erat lehernya.
"Mr. Antony bagaimana dengan penjelasan yang saya sampaikan."
Seketika pusat perhatian berpindah ke arahnya. Seperti jiwa yang kerasukan, Victor menunjukan sisi pemimpin sekaligus pemilik perusahaan yang bukan hanya sekedar nama.
"Aku akan memastikan sekali lagi Tender ini. Aku tidak mau membuang uang dengan jumlah besar, untuk sesuatu yang masih kurang perencanaan," jelas Victor dengan lugas dan tegas semua orang di dalam ruangan sana hanya mengangguk setuju, Victor tau di dalam hati mereka pasti ada yang mengumpatnya.
"Kurasa rapat hari ini sudah cukup," ucap Victor berdiri seraya merapikan jasnya. Ia berlalu begitu saja pergi meninggalkan ruang rapat, langkah kakinya kian lebar mempercepat langkahnya menuju ke dalam lift khusus petinggi.
Baru saja ia ingin meluapkan semua amarahnya. Tidak di duga Carly berada di dalam ruangannya dengan menunjukan paper bag restoran kesukaan mereka berdua.
"Ada apa dengan wajahmu," ucap Carly melihat ke arah Victor yang berjalan mendekat, menyadarkan kepalanya bersandar pada bahunya.
"Hanya masalah pekerjaan," balas Victor mengecup puncak tangan Carly yang membelai pipinya.
"Masalah besar?" Carly menatap wajah Victor dengan serius.
"Tidak. Semuanya baik- baik saja sayang, tidak seburuk yang kau pikirkan," sambung Victor dengan bibir yang membentuk lengkungan senyum lebar.
"Aku yakin semuanya akan segera membaik. Aku membawakan makanan, ayo makan siang bersama," timpal Carly mulai membuka makanan dan menyiapkannya untuk Victor kekasihnya.
Victor hanya menatap wajah Carly. Tidak! Carly sudah cukup sempurna di mata Victor, paras yang cantik, tutur kata yang lembut. Semua yang ada di dalam diri Carly sudah sangat sempurna baginya, meskipun ia sebenarnya ingin memiliki keturunan yang lahir dari Carly tetapi dirinya berusaha untuk memahami bahwa ia belum bisa menghilangkan trauma di masa lalu kekasihnya.
"Terima kasih sayang. Aku mencintaimu," ucap Victor sebelum menerima suapan dari Carly.
"Aku juga mencintaimu Victor," balas Carly dengan senyum tipis serta sentuhan rona merah pada pipinya.
"Bagaimana pertemuanmu dengan wanita itu? Tunggu, siapa namanya?" tanya Carly.
"Rubyjane," imbuh Victor dengan cepat.
"Rubyjane? Kenapa aku seperti tidak asing dengan namanya," sambung Carly yang mencoba mengingat, di mana ia pernah mendengar nama yang benar tak asing baginya.
"Sayang. Nama Rubyjane itu banyak di dunia ini," timpal Victor dengan tersenyum kecil. Berdiri dan berjalan menuju kulkas kecil yang berada di sudut ruangannya.
"Benar! Rubyjane banyak. Aku juga lupa di mana aku pernah mendengar nama itu, mungkin saja dari salah satu klienku." Carly menerima sambutan air yang di berikan Victor kepadanya.
"Belum. Aku belum menemuinya ada rapat yang mendadak kemarin," ucap Victor menarik lepas dasi serta menggulung lengan kemejanya.
"Apakah setelah kau selesai bekerja kita bisa menemuinya?"
"Hmm. Aku akan menghubunginya untuk memberitahu bertemu di tempat yang kita siapkan," ujar Victor mengeluarkan ponselnya dan mencari nomor Ruby yang telah ia save di ponselnya.
Victor meletakan ponsel di telinga kanannya. Menunggu nada sambung yang tak kunjung di jawab, wajah Carly sudah begitu bersemangat sedangkan Victor terus menghubungi Ruby yang sama sekali tak menjawab panggilannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐌𝐑. 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄
Romance⚠️ Konten mengandung hal yang dewasa, brutal dan banyak bahasa yang kasar! CERITA AKAN DI PRIVATE SECARA ACAK JIKA INGIN BACA PART LENGKAP DI HARAPKAN FOLLOW DULU. BALAS BUDI! Begitulah yang terjadi Ruby tak menyangka. Victor Anthony meminta kemba...