CHAPTER 17

11.7K 356 9
                                    

Ruby kembali ke mansion setelah mengantar Noah. Tangannya berkali- kali refleks menyentuh bibirnya, ciuman yang terjadi antara dirinya dan juga Noah semakin membuat Ruby yakin. Bahwa tidak ada perasaan apa pun yang tersisa untuk Noah, sedikit tidak ada getaran yang menggila berbeda ketika ia mendapatkan ciuman dari Victor.

Ruby masuk ke dalam mansion berjalan dengan kaki telanjang serta menjinjing heels di tangan kanannya. Ruby berharap ia tidak akan bertemu dengan Victor, tetapi ia salah! Saat kakinya melangkah melewati ruang tamu suara deep voice Victor kembali terdengar.

"Kau sudah pulang?"

Ruby sedikit memutar tubuhnya menoleh ke arah sofa, tidak ia sangka Victor berbaring di sana. Mata pria itu menatap ke arahnya, anehnya Ruby melihat kesedihan yang tercetak jelas di wajah Victor. Rasa takutnya hilang, kakinya kecil justru mengambil langkah pasti mendekati sofa dan berdiri dalam jarak yang dekat dengan Victor.

"Apa yang terjadi?" tanya Ruby yang mengalihkan pertanyaan Victor.

"Aku tidak tau," balas Victor dengan singkat.

"Terlihat begitu menyedihkan. Sungguh, apakah kau Victor Antony?" sindir Ruby menatap ke arah gelas kaca dan satu buah botol minuman beralkohol.

"Ummh!" gumam Victor mengangguk kecil dengan mata yang terpejam.

"Apa sekarang kau sudah mabuk, uh?" Ruby melambaikan tangannya di depan wajah Victor.

Tangan Victor dengan cepat menangkap pergelangan tangan Ruby dan mengcengkramnya. Victor mengangkat tangannya ke atas lalu menutupi matanya dengan pergelangan tangan, ia masih sadar hanya sedikit mabuk.

"Apa kau mencintai Noah?" ucap Victor dengan suara yang serak.

Ruby hanya diam. Ia terkejut mendapatkan pertanyaan ini, seketika Ruby ingin sekali mengungkapkan perasaanya tetapi di satu sisi ia terpaksa harus memilih merahasiakannya.

"Aku selalu membencimu Ruby, tetapi kau juga salah satu jawaban doaku di malam Natal," gumam Victor.

"Saat aku berusia tujuh tahun, aku selalu berdoa dengan serius untuk diberikan sebuah kado natal. Seorang yang tidak akan membuatku merasa kesepian, dan orang tuaku mewujudkan itu saat aku berusia 13 tahun, membawa adik perempuan dari panti," sambung Victor menurunkan tangannya dan membuka matanya kembali.

"Aku pikir semua itu berjalan dengan baik, setiap hari aku justru merasa benci dan iri karena perhatian orang tuaku berpusat kepadamu. Aku seorang anak berusia 13 tahun harus mengerti memiliki adik perempuan yang berusia tujuh tahun."

"Berhentilah bercerita!" ucap Ruby menarik tangannya untuk di lepaskan.

"Tidak. Aku masih ingin bercerita," sahut Victor mengubah posisinya menjadi duduk.

"Tapi aku tidak ingin mendengar ceritamu!" balas Ruby dengan sedikit bentakan.

"Apa karena kau tidak ingin menjadi adikku? Kau justru ingin di panggil wanitaku di bandingkan, adik bukan?" Victor menyentak tangan Ruby membuat tubuh kecil itu tertarik lalu berpindah duduk di atas pangkuannya.

Tangan Victor berpindah menyentuh lengan Ruby yang terbuka. Mata mereka saling bertemu dan menatap dalam, terlalu dekat sampai hembusan napas Ruby menerpa wajah Victor yang berubah menegang. Rahang tegasnya, tatapan mata yang begitu dalam seketika menghipnoptis Ruby yang berubah gugup dalam sekejap.

"Tidak ini salah," bisik Ruby mencoba mencoba untuk sadar.

"Apa yang salah? Kita bukan saudara kandung Ruby, tidak ada darah yang sama mengalir di antara tubuh kita berdua," sahut Victor berbisik mendekatkan wajahnya lalu membenamkan di sela- sela celuk leher Ruby.

𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐁𝐎𝐘𝐒 𝐌𝐑. 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang