Bagian 1 - Part 1

3.5K 116 1
                                    

Kamar tidur Marhan dan Niko terlihat lebih rapi dari biasanya. Dua buah koper besar sudah berjajar di samping pintu bersama beberapa perlengkapan lainnya. Sementara kedua orang pemilik koper itu masih berbaring di dipan mereka masing masing sambil mengulang lagi momen momen kebersamaan keduanya.

"Gak nyangka udah mau selesai aja ya.. kayak waktu cepet banget rasanya" ujar Marhan.

"Tanda kiamat itu namanya, baruak" ujar Niko terkekeh sambil menggunting kuku kakinya.

Marhan memandanginya dengan sinis, kalau bukan Niko adalah sahabat sekaligus teman satu kamarnya selama di pesantren, mungkin sudah lama bibir orang itu pecah dengan pukulan silatnya.

"kamu bisa panggil saya pakai nama saya agak sekalii aja? Udah mau tiga tahun masih aja panggil saya pakai panggilan itu" dengus Marhan.

"sekali baruak, tetap baruak ahaha" ledek Niko.

Panggilan itu begitu melekat pada Marhan. Ini terjadi tiga tahun lalu, Marhan yang merupakan santri pindahan dari Jawa diminta memperkenalkan diri di hadapan santri penghuni asrama ikhwan lainnya.

Marhan datang ke pondok ini setelah salah satu pengajar di anti asuhan yang menampung Marhan merekomendasikannya kepada salah satu Buya di pesantren ini

Niko sebagai teman kamarnya sekaligus orang asli Minang menemaninya saat itu.

"disini rata rata orang Padang kawan. Jadi kamu perkenalannya pakai bahasa Padang juga biar cepat akrabnya" ujar Niko.

Marhan yang tidak tau apa apa hanya menuruti Niko yang menurutnya lebih paham. Tepat ketika bada isya setelah shalat berjamaah, seluruh penghuni asrama berkumpul di ruang tengah. Niko membuka obrolan diantara mereka.

"kawan kawan, ado santri pindahan ka mampakenalan diri koaa" (teman teman, ada santri pindahan mau memperkenalkan diri nih) panggil Niko kepada seluruh santri disana.

Marhan maju dengan tatapan meyakinkan, ia memang seseorang yang memiliki rasa percaya diri diatas rata rata.

"halo semuanya, perkenalkan, saya Marhan, pindahan dari Jawa, saya anak baru disini dan saya sekamar sam.."

"BAMINAAANGGGG~" (Pakai bahasa Minaaang) tiba tiba hampir semua santri disana bersorak. Mereka hanya menerima bahasa minang di asrama ini.

Marhan terkesiap lalu melihat ke arah Niko di sampingnya.

"bantu saya.." bisiknya.

"kan. Udah saya bilang pakai bahasa Padang. Yaudah kamu ikuti apa yang saya bilang. Tapi harus yakin dan kenceng suaranya" ujar Niko.

Marhan mengangguk.

"Assalamualaikum.." bisik Niko.

"ASSALAMUALAIKUM" Marhan mengulanginya dengan suara lantang.

"Namo ambo Marhan.."

"NAMO AMBO MARHAN"

"Ambo anak baruak.."

"AMBO ANAK BARUAK" ujar Marhan tanpa ragu.

Para santri lain nampak menahan tawa mereka dan coba memotong Marhan.

"Ulang ulang, anak apo?"(ulang ulang, anak apa?) tanya salah satu santri senior.

Marhan tidak yakin, ia melihat ke Niko.

"anak baruak, baruak itu artinya baru. Anak baru" jelas Niko.

"ANAK BARUAK!" tegas Marhan sekali lagi.

Tawa seluruh santri meledak, termasuk Niko yang terlihat bangga saat teman teman yang lain memukuli bahunya sambil memuji betapa jahatnya dia terhadap anak pindahan baru.

SURAUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang