Sementara itu Marhan merasa ini adalah cara terbaik bagi mereka berdua. Niko selama ini sudah ingin menyerah, dan ia sekarang mendapatkan apa yang ia inginkan. Sekarang semuanya hanya bergantung bagaimana Marhan seorang diri, tanpa pesaing, tanpa bantuan siapapun.
Marhan masuk ke dalam Surau dan membuka nasi goreng yang tadi Niko belikan untuknya. Seporsi nasi goreng pedas tanpa acar dengan telor ceplok yang kuningnya setengah matang.. Niko tau itu adalah tipe telur yang Marhan suka, tanpa perlu diberitau, ia sudah paham apa yang sahabatnya itu inginkan.
Di jalan raya, dengan pikiran kosong Niko melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menyalip nyalip bus bus pembawa pasir yang banyak berlalu lalang di ruas jalan itu.
Ia berkali kali harus mengusap matanya yang belum bisa berhenti mengeluarkan air mata. Ia kembali mengingat momen momen kebersamaannya dengan Marhan selama di pondok dan bagaimana perjuangan mereka di Surau Nurul Falah itu.
Pada sebuah tikungan, Niko salah mengambil ancang ancang menyalip dari kiri truk. Ia tidak menyangka jalan di depan dipenuhi tanah lumpur yang licin sedangkan motor yang ia kendarai sudah tancap gas dengan kecepatan tinggi.
Roda motor Niko slip, ia tergelincir dan terbanting ke arah semak di tepi jalan bersama dengan motornya. Benturan itu membuatnya tidak sadarkan diri. Tapi nasib Niko masih cukup baik, motor dan tubuhnya tidak terpelanting ke tengah jalan.
Beruntung, sebuah motor yang dinaiki dua orang kebetulan lewat di lokasi itu dan melihat kejadian tadi. Keduanya segera menepi dan menolong Niko.
Pengemudi motor itu turun dan memeriksa keadaan Niko. Sedangkan penumpang di belakangnya tetap duduk diatas jok motor sambil mengarahkan pengendara agar tidak mengambil ke arah tepi.
"hah?.. iko anak nan jadi marbot di surau tu kan?" (hah?.. ini anak yang jadi marbot di surau itu kan?) tanya pria itu pada penumpang yang ia bawa saat melihat motor dan Niko yang terbaring beralaskan semak dan rumput.
"Apo wak tolong anak ko?..."(apa kita tolong anak ini?..) tanya Piri, pengemudi motor itu lagi pada penumpangnya.
Penumpang itu nampak ragu. Ia menggigit bibirnya sendiri sebelum mengambil keputusan berat itu.
"Bao ka rumah sakik. Bukan anak ko nan mambunuah amak den. Tapi nan ado di surau tu. Kok awak padiaan inyo disiko, samo jo awak lah jadi pambunuah!" (Bawa dia ke rumah sakit. Bukan anak ini yang membunuh ibu saya. Tapi apa yang ada di dalam Surau itu. Kalau kita biarkan dia disini, sama saja kita adalah pembunuh..) ujar Darwis, penumpang motor itu.
Tubuh Marhan lalu didudukkan diantara keduanya. Sementara motor yang ia kendarai dititipkan pada penduduk di dekat ruas jalan itu untuk sementara waktu.
---
Sementara beberapa waktu sebelumnya, saat Marhan dan Niko terlibat pertengkaran hebat di Surau, Salma yang setengah berlari mulai memperlambat kecepatannya. Ia tidak menuju ke pemukiman warga, ia berbelok ke arah rerimbunan hutan gelap tanpa cahaya.
Sosok Salma yang semula anggun dan cantik perlahan berubah.. kulitnya menjadi hitam, jari jemarinya menjadi panjang dan senyum manisnya berubah menjadi senyuman licik. Ia berjalan merangkak mengarah ke hutan.
Di tengah tengah hutan itu berdiri seseorang yang sudah menunggu kedatangan Salma sejak tadi. Salma yang sudah tidak lagi berwujud seperti Salma itu kemudian memeluk pria itu. Wujudnya perlahan berubah lagi menjadi seorang wanita dewasa dengan kulit pucat dan rambut panjang.
Pria itu menyambut sosok wanita itu dan keduanya berpelukan dengan erat.
"Bagaimana?..." tanya pria yang berdiri sendirian di tengah rimbunan pohon itu.
"Sudah kulakukan.. pria itu sudah kehilangan rasa takutnya pada Tuhannya.. dan aku sudah pastikan temannya itu melihat apa yang aku perbuat tadi di dalam Surau.."
"Berarti pengganggu itu akan segera pergi?.." tanya pria itu lagi.
"Iya.. Pria itu pasti akan memilih Salma.. dan sekarang kamu bisa memfokuskan target kita pada pria alim itu Uda..dialah orangnya.." ujar wanita itu.
"baguslah... sedikit lagi, dan kita bisa bersama lagi untuk selamanya, sayang.."
Bersambung ke Bagian 6
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAU
HorrorKisah dari sebuah Surau yang menjadi lokasi seseorang mengakhiri hidupnya sendiri di Sumatera Barat. Marhan dan Niko, ditugaskan meramaikan kembali Surau ini setelah kosong dan dicap terkutuk oleh warga setempat selama bertahun tahun..