Bagian 8 - Part 8

1K 101 14
                                    

"PERSETAN KAU MARHAN!!!" bentak Datuak.

Tapi kata kata itu tidak membuat Marhan goyah. Ia terus berjalan selangkah demi selangkah mendekati Datuak yang kini sudah berdiri diam menunggu ia mendekat.

Datuak merogoh lagi saku jubahnya dan mengeluarkan sebuah cincin berwarna merah, cincin pemberian Labai yang menjadi tempat bagi Rismah tinggal, lalu ia memakainya.

Marhan mengenali cincin itu yang ia lihat saat pingsan dan menyaksikan pria menarik tali untuk menggantung seorang wanita.

"Sekarang.. apa kau pernah melawan sosok jin yang disembah, Marhan?.." ujar Datuak.

Sekelebat bayangan hitam seperti jatuh dari langit dan masuk ke dalam tubuh Datuak lalu menyatu dengannya. Tubuh Datuak meregang dan nafasnya terdengar berat. Ia tertunduk jatuh dan mengerang dengan sangat kuat seperti menahan sakit.

Marhan menghentikan langkahnya dan melihat gestur Datuak yang mulai aneh..

Datuak kini merangkak dengan menggunakan sikunya.. bibirnya tersenyum lebar dengan bola mata putih. Tubuhnya membesar dengan urat urat di tubuhnya yang semakin mengeras.

Di dalam diri Datuak kini bersemayam sosok hitam berlengan panjang itu..


Gerakan Datuak seketika meningkat tajam. Dengan cepat ia melompat ke arah Marhan dan menindih tubuhnya. Tubuh Datuak yang besar ditambah lagi dengan keadaanya yang sedang dikuasai jin itu membuat Marhan tidak mampu menahannya.

Marhan coba merapal bacaan Quran sekali lagi namun sebuah tamparan telak mengenai pipinya hingga bacannya terhenti. Untuk sepersekian detik tamparan itu membuat mata Marhan tidak bisa melihat. Sebuah tamparan yang sangat kuat dan menyakitkan!

Marhan mencoba membaca bismillah, namun lagi lagi sebuah pukulan telak mengenai pipi dan hidungnya dari Datuak. Marhan tidak akan bisa meruqiyah jika ia saja tidak bisa berkata kata apapun!

Dengan kedua tangannya Marhan lalu menutup wajahnya sambil terus membaca surah surah al Quran sementara Datuak masih menindih tubuhnya.

Dari sela sela tangannya, Marhan bisa melihat Datuak memandanginya sambil teresenyum. Senyuman licik tanpa ekspresi seakan mengejek apa yang sedang Marhan lakukan.

"Bacalah.. bacalah terus surah apapun yang kau hapal Marhan.. selama ada rasa takut pada saya di hatimu itu, semua tidak akan berpengaruh!.. Saya hapal semua yang kau baca! Dan pria ini juga selalu membacakan apa yang kau baca itu setiap dia beribadah pada saya!!" ujar sosok hitam yang menyebutkan apa yang Datuak lakukan padanya.

Marhan tau sosok itu hanya menguji mentalnya. Ketika bacaan ayat kursi yang ia baca selesai, Marhan mengambil kesempatan untuk membuka tangannya dan segera merenggut kepala Datuak Kayo. Kini Marhan dalam posisi berdiri dan Datuak setengah duduk bersimpuh di hadapannya.

Datuak Kayo tidak sempat mengelak.. atau lebih tepatnya, ia seakan membiarkan Marhan melakukannya.

"TERBAKARLAH KAU JIN KUFFAR!!!!" ujar Marhan, mengulangi apa yang ia lakukan pada Salma sebelumnya.

Namun..

Datuak tersenyum.

Marhan sadar bahkan wajah Datuak tidak berubah seperti yang terjadi pada Salma. Wajah Datuak yang ada di genggamannya sekarang seperti wajah Datuak normal..

"Tidak! Tidak!! Audzu billahi minassyaithoni rojim!!" ujar Marhan kembali mengulangi bacaannya untuk meruqiyah.

Datuak masih dalam posisinya. Ia tidak lari dan menghindar. Ia bahkan tertawa saat Marhan mulai membaca surah An Nas, Al Falaq dan Al Ikhlas.

SURAUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang