Bagian 4 - Part 7

1.1K 61 6
                                    

"apa ya ini pak?.." tanya Marhan.

Tanpa ragu, Datuak Kayo mencelupkan tangannya ke dalam genangan itu dan menciumnya.

"bapak juga tidak tau. Tapi lebih baik kalian buang saja ke tanah" ujar Datuak.

"Apa gapapa pak? Kami takut ini air ada sesuatunya"

"pertemukan air ini dengan tanah. Seharusnya tidak masalah Tanah bumi itu penetral" jelas Datuak.

Marhan dan Niko lalu mengambil gayung dan selang pembuangan air. Agar lebih cepat, selain melalui pipa mereka juga menyerok air coklat itu hingga tidak bersisa. Air itu mereka tumpahkan tanah di dekat posisi dipan itu berada.

Setelah tidak ada lagi yang hendak dibicarakan, Datuak lalu izin pulang dan meninggalkan keduanya.

"bapak duluan ya, Assalamualaikum" ujar Datuak.

"Waalaikumsalam"jawab Marhan dan Niko hampir bersamaan.

Datuak keluar melalui pintu tengah dengan menariknya, suara decitan antara lantai semen dan kayu pintu yang sudah turun mengeluarkan suara gesekan yang cukup keras.

Niko hanya terdiam..


Ketika akhir pekan kedua sejak mereka tinggal disini, Niko memutuskan untuk pulang selama satu hari, ia akan berangkat pada sabtu sore itu, dan kembali Minggu sore besok. Orang tua Niko memerintahkan anaknya itu pulang sebentar karena ada acara keluarga yang tidak bisa dilewatkan.

Niko sempat mengajak Marhan juga ikut pulang dengannya. Namun Marhan menolak dan memilih untuk tetap berada di Surau sendirian. Ia tidak ingin Surau ini kembali kosong total meskipun hanya satu atau dua hari.

Mendengar jawaban itu, sebenarnya Niko menjadi dilema. Ia khawatir meninggalkan Marhan sendirian, tapi orang tua Niko memang sudah memintanya untuk pulang beberapa hari lalu karena ada urusan keluarga yang harus mereka lakukan.

"Santai aja, gapapa. Cuma satu malam, insyaAllah aman Nik. Nanti kita juga bakal gantian, kalau aku ada keperluan ngurus berkas kuliah, bisa jadi kamu yang aku tinggal selama ngurus ini itunya" ujar Marhan.

"Yaudah, kalau ada apa apa cepat kontak saya ya. Nanti saya langsung kesini" ujar Niko ketika sudah berada di atas motornya.

"Iya, salam buat ibu sama ayahmu ya" ujar Marhan.

"Yo, Assalamualaikum"

"waalaikumsalam" jawab Marhan sambil melepaskan kepergian Niko dengan motornya.

Marhan masuk ke Surau dan mengambil handphonenya untuk mengabari Datuak Kayo bahwa makan malam cukup 1 porsi saja karena Niko pulang ke rumah.

Pesan itu hanya dibalas "Ya" oleh Datuak.

Sambil mengisi waktu, Marhan memutuskan untuk mandi dan mengaji sampai malam menjelang. Namun jika biasanya makanan dari Datuak sudah tiba menjelang Maghrib, namun hingga jam enam lewat belum ada tanda tanda kedatangan Datuak.

"mungkin sibuk atau Salma belum selesai masak" gumam Marhan kemudian mengumandangkan adzan Maghrib. Suasana surau begitu terasa sepi tanpa keberadaan Niko yang biasanya ia ajak mengobrol sambil menunggu isya.

Tidak beberapa lama kemudian, dari arah teras terdengar suara seseorang yang berjalan mendekati pintu.

"Marhaan" panggil seseorang diluar. Dari suaranya, Marhan hapal itu adalah Salma.

"Yaa, sebentar" ujar Marhan sambil berjalan ke pintu. Disana sudah berdiri Salma dengan beberapa bungkus lauk makanan.

"maaf terlambat" ujarnya sambil menyerahkan bungkus itu pada Marhan.

SURAUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang