Di Surau, Marhan tidur bagaikan orang mati dan melewatkan waktu tahajud bahkan hampir ketinggalan subuh. Dalam tidurnya itu, ia bermimpi sesuatu yang aneh. Ia melihat dihadapannya ada sebuah tali yang tengah ditarik oleh tangan pria dengan cincin berwarna merah terang di jari tengahnya.
Sementara dari arah belakang, ia mendengar suara sesorang yang tengah tercekik, suara yang sama yang ia dengar beberapa waktu lalu dari arah shaf wanita. Suara erangan itu terdengar sangat pilu dan menyakitkan. Namun Marhan tidak bisa menoleh ataupun bergerak. Ia bahkan tidak bisa melihat wajah kedua orang itu..
Namun mimpi itu hanya sampai disana, ia tersentak bangun saat sebuah salam mengejutkannya, dan itu berasal dari suara Datuak Kayo.
Marhan awalnya terkejut Datuak sudah ada dalam Surau padahal semua pintu terkunci, ia sempat mengira Datuak yang membangunkannya adalah jin, namun dengan tertawa Datuak menunjukkan kunci cadangan yang ia punya. Datuak sengaja membawanya karena tidak mendengar suara adzan dari Surau padahal waktu shubuh sudah masuk.
"Niko kemana?" tanya Datuak ketika menyadari Niko tidak ada di kamar bersama Marhan.
"eng.. Niko pulang lagi katanya pak. Sedang ada urusan keluarga kalau dia bilang. Yang kali ini kayaknya cukup lama, bisa seminggu atau lebih katanya" ujar Marhan.
"Lama juga ya.. berarti kamu akan terus sendirian disini selama Niko pulang?" tanya Datuak.
"Iya pak. Tidak masalah kok. Toh juga sudah tidak ada gangguan apa apa" ujar Marhan dengan wajah yakin.
Datuak mengangguk paham.
"ya, semoga urusannya cepat selesai" tutup Datuak.
Keduanya sholat berjamaah dengan Marhan menjadi imamnya. Salma saat itu tidak ikut karena sedang ingin sholat di rumah, menurut kabar dari Datuak.
Seusai sholat, sambil menunggu terang, Marhan dan Datuak seperti biasa mengobrol ringan seputar hal hal di desa dan bagaimana suka dukanya selama berada di pondok dulu.
"..itu awal awal mondok, saya tahajud dalam keadaan baju basah pak gara gara disiram ustadz hahaha" kenang Marhan.
"hahaha, wajar, kalau tidak begitu, akan susah buka matanya. Bakal tidur lagi, tidur lagi" ujar Datuk.
"Tapi, sekarang berarti jadi terbiasa kan bangun tahajud?" tanya Datuak.
"alhamdulillah jadinya memang terbiasa. Badan otomatis bangun di jam jam sholat tahajud. Memang manusia harus dikasih rasa takut dulu ya pak baru dia akan tunduk, anehnya meskipun rasa takutnya udah hilang karena tidak ada hukuman lagi, sekarang tahajud itu tetap saya lakukan, nah itu yang namanya cinta. Dari sesuatu yang terpaksa karena takut sampai akhirnya jadi suka dan cinta" ujar Marhan.
"ahahaha. Benar itu, boleh lah, nanti kalau bapak kebetulan bangun, bapak temani tahajud disini ya. Sekitar jam dua kan?"
"Iya pak. Sekitar jam segitu saya biasanya. Nanti bapak sms saya aja, kalau saya balas, berarti saya sudah bangun" pesan Marhan yang dibalas anggukan paham Datuak.
Setelah berbincang, Datuak berpamitan. Sebelum pulang, Datuak berpesan untuk Marhan banyak istirahat. Dari pandangan Datuak, Marhan kini terlihat begitu lelah dan ada cekungan hitam di kantung matanya.
Dengan segan Marhan mengiyakan nasehat itu. Mungkin karena banyaknya pikiran dan beban yang ia bawa sekarang membuat penampilannya sedikit lebih kacau dari sebelumnya.
Dari pagi hingga sore Marhan habiskan dengan berbaring di kamar. Ia hanya bangkit untuk adzan dzuhur tadi dan makan siang. Tidak terasa, sebentar lagi ia akan mengumandangkan adzan ashar. Ia seakan sudah lupa dengan Niko dan segala kemarahannya kemarin. Ia semakin yakin bahwa ia bisa melalui ini seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAU
HorrorKisah dari sebuah Surau yang menjadi lokasi seseorang mengakhiri hidupnya sendiri di Sumatera Barat. Marhan dan Niko, ditugaskan meramaikan kembali Surau ini setelah kosong dan dicap terkutuk oleh warga setempat selama bertahun tahun..