Sebulan setelah kejadian malam itu..
"Jo mie atau kuah sajo?" (mau paki mie atau kuah saja?) tanya seorang ibu penjual kerupuk sate pada pembeli bocahnya.
"Mie buliah. Banyakan yo tek hehe" (pakai mie boleh. Banyakin ya tante. Hehe) ujar anak itu
"awang mambali limo ratuih minta banyak lo. Ndak balabo dagang etek tu doh"(kamu ini beli cuma lima ratus tapi minta banyak. Ga untung lah tante jadinya kalau begitu) ujar ibu itu dengan tertawa.
"hahaha" anak itu ikut tertawa lalu tiba tiba sebuah usapan halus terasa di kepalanya.
"pacapek makannyo dih, sabanta lai maghrib, urang ka mulai mangaji li" (cepat makannya ya, sebentar lagi maghrib, pengajian bakal dimulai) ujar orang yang mengusap kepalanya itu.
Anak itu mendongak lalu tersenyum.
"jadih pak ustadz!" ujarnya.
Sementara di ujung surau, anak anak kecil yang lain bersorak memperingati teman temannya yang masih bermain main kejar kejaran.
"Ehhh Ustadz lah tibooo. Capek ambiak wudhuak ei kalian!" (Ehh ustadz sudah dataang. Cepat ambil wudhu hei kalian!) ujar salah satu anak yang lebih tua dari yang lain.
Anak anak yang tadi berlarian satu persatu langsung menghampiri Ustadz dan mencium tangannya. Ustadz membalasnya dengan mengusap kepala anak anak itu dan menyuruh mereka untuk segera bersiap.
Anak anak itu mengiyakan dan segera berlari ke tempat wudhu. Ustadz tadi lalu berjalan di teras Surau dan melihat ke beberapa penjaja makanan yang sedang melayani anak anak yang akan mengaji dan juga orang dewasa.
Salah seorang penjual makanan saat itu juga menawari ustadz makanan yang ia jual.
"Ustaadz, nio teh es ndak atau apo jo lah piliah kamari ha" (Ustaadz, mau es teh tidak? atau apa saja boleh, pilih kesini ayo) panggil ibu ibu penjual minuman dingin itu.
"ah, ndak bu, mokasih banyak. Beko kok lah hauih wak pasti kasinan" (ah, tidak bu, terima kasih banyak. Nanti kalo saya sudah haus, saya pasti kesana) ujar Ustadz itu sambil sedikit membungkuk.
Ia lalu melihat jamnya, hanya dua menit lagi sebelum waktu adzan Maghrib masuk. Sudah ada beberapa anak yang bersiap di dalam membentuk saf sholat di barisan paling belakang.
"Nah, sia nan ka adzan hari ko? Hadiahnyo teh es di ibu dimuko tu, ustadz nan balian" (nah, siapa yang mau adzan hari ini? Hadiahnya akan dapat es teh dari ibu di depan, ustadz yang belikan) ujar ustadz itu yang disambut anak anak laki laki yang bersemangat mengangkat tangan mereka.
Ustadz nampak memilih milih diantara beberapa anak yang mengangkat tangan.
"Nah, hari kini Reza nan adzan dih" (Nah, hari ini Reza yang adzan ya) ujar Ustadz.
Anak anak yang lain nampak kecewa, sementara Reza dengan semangat mengambil mic dan mulai mengumandangkan adzan.
Dari arah jalan kampung nampak dua orang berpakaian serba putih yang berjalan ke arah Surau dengan bergandengan tangan. Keduanya menyapa setiap orang yang mereka temui dengan senyuman dan dibalas senyuman kembali oleh para warga. Keduanya berpisah karena wanita bermukenah putih itu masuk melalui pintu perempuan, sedangkan pria berbaju putih masuk melalui pintu utama.
"Assalamualaikum.." ujarnya mengucapkan salam saat masuk ke dalam Surau.
"waalaikumsalam.." jawab anak anak pengajian yang langsung bangkit dan menyalami pria itu dengan bersemangat.
Ustadz yang saat itu ada di shaf depan juga bangkit dan menyalami pria itu.
"Makin banyak aja nih anggota ustadz Niko ahaha" ujar pria berbaju putih itu pada sang ustadz guru ngaji Surau Nurul Falah tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAU
HorrorKisah dari sebuah Surau yang menjadi lokasi seseorang mengakhiri hidupnya sendiri di Sumatera Barat. Marhan dan Niko, ditugaskan meramaikan kembali Surau ini setelah kosong dan dicap terkutuk oleh warga setempat selama bertahun tahun..